Islam Menstimulasi Umatnya Untuk Rajin Bekerja

Islam Menstimulasi Umatnya Untuk Rajin Bekerja
(Dari kiri) Bapak Jaka Sutrisna, Bapak Muslimin, Saya dan Bapak Anton saat mengisi Seminar Kepemudaan & Remaja di SMP Muhammadiyah 9 Ngemplak, Boyolali 2017.  
Sejatinya dalam banyak ayat Al-Quran dan Hadist Nabi menyebutkan bahwa  perhatian Islam selalu fokus menstimulasi umatnya untuk rajin bekerja. Karena Islam memandang rajin bekerja merupakan akhlak yang sangat mulia. Firman Allah SWT :
وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون
Artinya: “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (At-Taubah: 105)
Ayat ini mensyariatkan kepada umat Islam untuk beramal atau bekerja, dan melarang keras mereka untuk menganggur. Umat Islam harus berusaha bekerja dan lebih mulia lagi menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang membutuhkan pekerjaan. Selain itu ayat tersebut menuturkan kepada kita, bahwa selain diri kita sendiri ada tiga yang lain yang melihat, memperhatikan dan menghargai amal perbuatan dan pekerjaan kita. Pertama yaitu Allah SWT, Dialah Sang Khalik yang akan menetapkan balasan yang pantas untuk kita terima baik di dunia maupun di akherat kelak, dari amal pekerjaan kita.  Yang kedua adalah Rasulullah SAW,beliau juga akan menilai dan menghargai amal perbuatan kita yang nantinya juga turut bersaksi di hadapan Allah SWT. Dan yang ketiga ialah orang-orang beriman yang akan menilai dan menghargai pekerjaan kita sehingga akan memberikan upah dan bayaran yang sesuai dengan pekerjaan kita di dunia ini serta turut bersaksi terhadap amal ibadah dan pekerjaan kita di hadapan Allah kalak di akherat. Firman Allah SWT:
من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن
 ما كانوا يعملون
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
هو الذي جعل لكم الأرض ذلولاً فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه وإليه النشور
Artinya: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al Mulk: 15)
Muatan yang terkandung dalam ayat diatas ialah perintah yang tegas dari Allah SWT kepada manusia untuk mencari rizeki, dan berusaha mendapatkan rizeki dengan jalan bekerja tanpa berleha-leha. Karena sesungguhnya Allah SWT menjadikan bumi itu mudah diatur untuk manusia, supaya manusia berusaha bekerja dan bergerak demi mendapatkan rezeki.
يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر الله وذروا البيع
ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون  *  فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون
Artinya: “Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu'ah: 9-10)
Secara eksplisit ayat di atas memberikan lampu hijau kepada manusia untuk mengadakan jual-beli dan perdagangan setelah usai melaksanakan sholat Jumu'ah, dengan tujuan supaya manusia mendapat profit, margin, nilai manfaat atau keuntungan, serta supaya manusia memperoleh karunia Allah dengan jalan bergerak, giat bekerja keras, berkarya dan dengan melalukan dari kegiatan perdagangan.
يا أيها الإنسان إنك كادح إلى ربك كدحا فملاقيه
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (Al-Insyiqaq: 6)
Sesungguhnya pondasi kehidupan dunia ini berdiri atas prinsip bekerja, bergerak, membanting tulang, berusaha dan mengambil sebab-sebab agar memperoleh rezeki. Bahwa manusia yang sudah bekerja keras, membanting tulang, bergerak dan berusaha, maka di akhir jalan ikhtiarnya itu ia akan memperoleh rezekinya.
Islam akan senantiasa menstimulasi setiap muslim untuk bekerja, bergerak dan berkarya sebagai bentuk upaya mencari sebagian karunia Allah. Sehingga dengan bekerja tersebut, akan mengantarkan seorang muslim kepada kehidupan yang lebih terhormat dan bermartabat. Di samping itu ia juga bisa berkontribusi dan berperan aktif dalam memperkuat daya ekonomi dan nama baik umat dan bangsanya.
Dalam buku miliknya Ali Ibn Sulthan Muhammad Al-Qaarii yang berjudul Mirqaatul Mafaatiih Syarh Misykaatil Mashaabiih (Jalan Atau Tangga Pembuka, Penjelasan dari Lentera Pemancar Cahaya), bab zakat, sub bab: “Perihal siapa yang tak layak meminta-minta dan siapa yang layak?” Ada sebuah Hadist Nabi SAW sangat bermakna sekali, berkaitan dengan pentingnya bekerja keras, membanting tulang dan berusaha mencari rezeki.
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ رَجُلاً مِنَ اْلاَنْصَارِ اَتَى النَّبِيَّ ص يَسْأَلُهُ فَقَالَ: اَمَا فِى بَيْتِكَ شَيْءٌ؟ قَالَ: بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ، وَ نَبْسُطُ بَعْضَهُ وَ قَعْبٌ نَشْرَبُ فِيْهِ مِنَ اْلمَاءِ، قَالَ: ائْتِنِى بِهِمَا. فَاَتَاهُ بِهِمَا، فَاَخَذَهُمَا رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ وَ قَالَ: مَنْ يَشْتَرِى هذَيْنِ؟ قَالَ رَجُلٌ: اَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ. قَالَ: مَنْ يَزِيْدُ عَلَى دِرْهَمٍ؟ مَرَّتَيْنِ اَوْ ثَلاَثًا. قَالَ رَجُلٌ: اَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ. فَاَعْطَاهُمَا اِيَّاهُ، وَ اَخَذَ الدّرْهَمَيْنِ فَاَعْطَاهُمَا اْلاَنْصَارِيَّ، وَ قَالَ: اِشْتَرِ بِاَحَدِهِمَا طَعَامًا فَانْبِذْهُ اِلَى اَهْلِكَ، وَ اشْتَرِ بِاْلآخَرِ قَدُّوْمًا فَائْتِنِى بِهِ، فَاَتَاهُ بِهِ فَشَدَّ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص عُوْدًا بِيَدِهِ، ثُمَّ قَالَ لَهُ: اِذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَ بِعْ، وَ لاَ اَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا. فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْتَطِبُ وَ يَبِيْعُ، فَجَاءَ وَ قَدْ اَصَابَ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ، فَاشْتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا وَ بِبَعْضِهَا طَعَامًا، فَقَالَ  رَسُوْلُ اللهِ ص: هذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ اَنْ تَجِىءَ اَلْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِى وَجْهِكَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. اِنَّ اْلمَسْأَلَةَ لاَ تَصْلُحُ اِلاَّ بِثَلاَثَةٍ: لِذِى فَقْرٍ مُدْقِعٍ اَوْ لِذِى غُرْمٍ مُفْظِعٍ اَوْ دَمٍ مُوْجِعٍ.
رواه أبو داود
Artinya: “Dari Anas bin Malik, bahwasanya ada seorang laki-laki Anshar datang kepada Nabi SAW lalu minta kepada beliau, maka beliau bertanya, “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu ?”. Orang tersebut menjawab, “Ya, ada pakaian (pelana) unta yang sebagiannya kami pakai (sebagai tutup) dan sebagiannya kami hamparkan (sebagai tikar) dan sebuah bejana yang biasa kami minum air dengannya”. Nabi SAW bersabda, “Bawalah kepadaku dua barang itu”. Kemudian orang tersebut datang kepada beliau dengan membawa dua barang tersebut. Lalu Rasulullah SAW mengambil dua barang itu dengan tangan beliau dan bersabda, “Siapa yang mau membeli dua barang ini ?”. Lalu ada seorang laki-laki berkata, “Saya mau mengambil dua barang itu dengan satu dirham”. Rasulullah SAW bersabda  lagi, “Siapa yang mau menambah dari satu dirham ?”. Beliau bersabda demikian dua atau tiga kali. Lalu ada seorang laki-laki berkata, “Saya mau mengambil kedua barang itu dengan dua dirham”. Maka Rasulullah SAW memberikan dua barang itu kepada orang tersebut. Setelah Rasulullah SAW menerima uang dua dirham tersebut lalu beliau berikan kepada orang Anshar yang punya barang tersebut sambil bersabda, “Belilah makanan dengan uang yang satu dirham ini lalu berikan kepada keluargamu, dan yang satu dirham belikan kapak lalu bawalah kepadaku. Kemudian orang laki-laki tersebut datang kepada beliau dengan membawa kapak. Maka Rasulullah SAW memasang pegangan kapak tersebut dengan sebatang kayu dengan tangan beliau, kemudian bersabda, “Pergilah mencari kayu bakar dan juallah ! Dan jangan sampai aku melihat kamu selama lima belas hari”. Lalu orang tersebut pergi untuk mencari kayu bakar dan menjualnya. Kemudian (setelah lima belas hari) orang laki-laki tersebut datang kepada beliau dan sudah mendapatkan hasil sepuluh dirham, yang sebagian untuk membeli pakaian dan yang sebagian untuk membeli makanan. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Yang demikian itu lebih baik bagimu dari pada kamu datang meminta-minta, karena meminta-minta itu akan membekaskan noda di wajahmu pada hari qiyamat. Sesungguhnya minta-minta itu tidak pantas dilakukan kecuali oleh tiga golongan, yaitu orang yang sangat faqir, atau orang yang terbeban hutang, atau orang yang harus membayar diyat (tebusan) yang sangat memberatkan”. (HR. Abu Dawud)
Hadits panjang di atas jelas sekali merupakan stimulasi dan anjuran langsung dari Rasulullah SAW untuk bekerja meskipun dalam kondisi yang seba sulit, serta anjuran untuk menjahui kehinaan dan sikap meminta-minta. Karena sejatinya bekerja adalah perbuatan yang mulia, meskipun perolehannya secara kasat mata tak seberapa.
Islam sangat menghormati sekali kepada siapa yang mau bekerja, bahkan Islam amat sangat menghormati perilaku bekerja (tindakan dan sikap bekerja). Dalam sebuah Hadist, Nabi SAW bersabda:
إِن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika tegak hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas. Maka jika ia mampu sebelum tegak hari kiamat untuk menanamnya, maka tanamlah.” (HR Al-Bukhari di Al-Adab Al-Mufrod)
Menurut pembacaan guru saya yang mulia, Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Presiden Persatuan Internasional Ulama Muslim, Hadist tersebut menceritakan bahwa jika kiamat akan tegak dan di tangan salah seorang dari kita ada sebuah tunas (batang kayu bakal tumbuhan), bahwa jika ia mampu untuk memanaamnya, maka menurut perintah tersurat dari Hadist ini, tanamlah! Padalah kiamat akan tegak, dan secara logika siapa yang akan merawat bakal tumbuhan tersebut, siapa yang akan mengairinya, dan meskipun akan berbuah, siapa yang akan memetik hasilnya? Padahal kiamat akan terjadi. Hadist ini berisi penghormatan terhadap perbuatan atau tindakan bekerja (menanam).
Mari kita kupas poin-poin mendalam yang dapat kita petik dari hadist ini, antara lain:  
  1. Dorongan kepada seorang muslim untuk mengunakan momentum sampai titik darah penghabisan dalam hidupnya untuk bekerja dan beramal shaleh.
  2. Seorang muslim tidak boleh berhenti bekerja dan berbuat kebajikan sampai akhir hajatnya.
  3. Seorang muslim harus bergerak, berkarya, produktif dan bernilai guna tinggi bagi diri dan masyarakatnya.
  4. Seorang muslim harus benar-benar memperhatikan waktunya dan mengisinya untuk bekerja dan beramal kebajikan.
  5. Seorang muslim harus selalu memancarkan aura positif, berikap optimis dan penuh cita-cita.
  6. Agama kita menyuru untuk bekerja keras, membanting tulang, dan berusaha untuk menggapai tangga-tangga keberhasilan, dan melarang kita untuk berleha-leha, bersikap lemah dan malas. 
Bekerja untuk kepentingan dunia merupakan tuntutan agama, sebagaimana bekerja untuk kepentingan akherat. Hal yang paling penting ialah ketepatan niat dan tujuan. Sabda Nabi SAW:
إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى
Artinya: “Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (Muttafaq 'Alaih)
Islam yang kita senandungkan adalah “Islam yang mengindahkan kegiatan pembangunan, bekerja dan berkarya unggul. Bukan islam yang terlena dengan pertikaian dan perdebatan yang tiada henti. Karena sesungguhnya jika Allah menghendaki kejelekan kepada sebuah bangsa atau kaum, maka Allah sibukkan bangsa atau kaum tersebut dengan perdebatan yang tiada henti dan menghalangi mereka dari bekerja dan berkarya unggul. 
Mengutip perkataan Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi:
ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﻹﺳﻼ ﻋﻤﻞ ﺣﻘﻴﺮ  ..  ﻓﺎﻋﻤﻞ ﺃﻱَّ ﻋﻤﻞ ﻣﺒﺎ،  ﻻ ﺗﻜﻦ ﻋﺎﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ
Artinya : “Dalam islam tidak ada pekerjaan yang hina. Bekerjalah apa saja yang diperbolehkan (dalam islam), dan jangan jadikan dirimu bergantung pada orang lain.”

Kawanku semua, mari semangat bekerja. 🙏🏻💐☕📚🖊🗒📖🏃💑

Written by Muh. Thoriq Aziz Kusuma, S.Pd., Lc.
Alumnus Departemen Bahasa Al-Azhar Kairo 2014, Student of Preparation Precedes.

0 Comments