Fenomena Normalisasi Maroko dengan Israel

Sabtu, 12 Desember 2020 | 07:35


Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma [Praktisi Studi Islam dan Arab]

Fenomena rezim Arab duduk bersama Netanyahu atau Israel adalah sebuah pengkhiatanan yang berkontribusi untuk melestarikan pendudukan Zionis di tanah Palestina.

 


Vokalberdakwah, — Maroko membuat sebuah keputusan yang cukup mengejutkan. Maroko memutuskan untuk normalisasi hubungan dengan Isreal dengan ditengahi oleh Amerika Serikat. Tentu normalisasi ini membuat reaksi global yang beragam khususnya dari dunia Islam dan Arab.


Pada hari Kamis (10/12/2020), Maroko menjadi negara Arab keempat sejak Agustus lalu yang mencapai kesepakatan yang bertujuan untuk menormalkan hubungan dengan Israel. Yang lainnya adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan.


Kritik keras atas normalisasi datang dari warga Palestina, normalisasi bagi warga Palestina berarti menampik tujuan perdamaian. Artinya kesepakatan bersama setelah negeri-negeri Arab mundur dari Arab Peace Initiative (2020, yang menetapkan bahwa normalisasi hanya terjadi setelah Israel mengakhiri pendudukannya atas tanah Palestina dan Arab, sehingga jika tidak begitu, normalisasi tidak dapat diterima dan bahkan dapat mengakibatkan meningkatnya sikap agresif Israel dan penolakannya terhadap hak-hak rakyat Palestina. Normalisasi hanya akan digunakan Israel untuk meningkatkan agresinya terhadap rakyat Palestina dan meningkatkan perluasan pemukimannya.


Rakyat Maroko heran dan bertanya-tanya apa di balik upaya Israel untuk menormalkan hubungannya dengan Maroko, mengingat seringnya pembicaraan di media Israel tentang normalisasi yang diharapkan antara kedua negara. Tidak ada setiap usaha penerimaan upaya normalisasi itu merupakan tikaman yang menusuk rakyat Maroko dan Palestina dari belakang, dan dorongan bagi Israel untuk terus membunuh orang-orang Palestina.


Fenomena rezim Arab duduk bersama Netanyahu atau Israel adalah sebuah pengkhianatan yang berkontribusi untuk melestarikan pendudukan Zionis di tanah Palestina. Diketahui setelah Netanyahu bertemu dengan para pemimpin Arab (pada konferensi Warsawa pada 14 Februari), Israel melanjutkan untuk menutup Masjid Al-Aqsa. Ini menunjukkan bahwa hubungan apa pun dengan Israel malah mendorong berlanjutnya pembunuhan terhadap rakyat Palestina.


Orang-orang Maroko dengan segala isyarat mereka, menolak upaya normalisasi, termasuk kunjungan Netanyahu yang akan datang. Banyak pengamat yang menolak normalisasi menyatakan bahwa fenomena ini bertujuan untuk menciptakan haluan politik dan memaksakan faith achievement. Inilah yang terjadi sebelum-sebelumnya melalui kunjungan normalisasi serupa  di beberapa negara Arab.


Raja Maroko Mohammmed mengatakan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam panggilan telepon pada hari Kamis bahwa Rabat mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Selain itu menurutnya, negosiasi antara Israel dan Palestina adalah satu-satunya cara untuk mencapai solusi akhir, abadi dan komprehensif untuk konflik tersebut.

0 Comments