Kedudukan Relawan dalam Sudut Pandang Islam

 Senin, 14 Desember 2020 | 05:11

Oleh: Muh. Thoriq Aziz Kusuma [Praktisi Studi Islam dan Arab, Dai Solo Raya]

"Agama Islam adalah agama yang tidak didasarkan pada individualisme atau keegoisan. Sebaliknya, agama Islam adalah agama sosial yang mana satu anggota dengan yang lain seperti struktur bangunan yang kokoh. Itulah sebabnya Islam menghimbau untuk bekerja dan beramal saleh di luar lingkup untung dan rugi, yaitu kerja sukarela atau menjadi relawan yang hanya mengharap rida Allah, Swt."

 

Vokal Berdakwah, Kota Surakarta – Bekerja secara sukarela merupakan salah satu tindakan yang didesak dan diserukan oleh Islam melalui Nabi, Saw. Bekerja sebagai relawan merupakan fenomena sosial yang mengantarkan pada kesalingtergantungan, kerukunan dan persaudaraan antar sesama anggota masyarakat untuk tegaknya sebuah titah dari Sang Maha Kuasa, yakni prinsip saling tolong-menolong.

 

Nabi, Saw., bersabda:

 

"Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." [HR. Muslim]

 

Di saat-saat situasi sulit, kedudukan para relawan adalah menjadi penghubung antar pelaku utama serta menjangkau pihak yang tidak terjangkau. Mereka adalah pejuang yang paling dibutuhkan di waktu yang tepat dan berada di garis terdepan.

 

Para relawan sangat layak untuk dipanggil pahlawan. Ya, mereka adalah pahlawan sejati. Hal ini karena mereka mengabdikan hidupnya untuk membantu sesama tanpa biaya atau kompensasi moral, melainkan untuk pengabdian kemanusiaan, baik untuk rakyat di negaranya sendiri atau untuk yang lain.

 

Relawan adalah salah satu perbuatan terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Muslim dituntut untuk berbuat baik dengan cara yang sebahu dan sesuai dengan batas kemampuannya. Hal ini berdasarkan pada Firman Allah, Swt., sebagaimana berikut ini:

 

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (perbuatan) kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." [QS. Al-Maidah ayat 2.]

 

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." [QS. An-Nisa' ayat 114]

 

Masalah dalam dua ayat di atas adalah soal tindakan relawan secara fisik, baik itu dalam hal sedekah, amar ma'ruf nahi munkar, dan berusaha untuk memperbaiki hubungan baik antar sesama.

 

Al-Hasan Al-Basri, mengatakan Aku lebih suka memenuhi kebutuhan seorang saudaraku dibandingkan aku salat seribu rakaat, dan aku lebih suka memenuhi kebutuhan seorang saudaraku dibandingkan aku  beriktikaf selama dua bulan lamanya.

 

Nabi, Saw., menjelaskan kepada kita soal kedudukan relawan dalam Islam dalam banyak hadis, termasuk sabdanya:

 

"Setiap persendian dari manusia itu ada sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit padanya. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang dalam urusan kendaraannya membantunya agar bisa menaiki kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya itu juga sedekah. Sebuah ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang kamu ayunkan menuju tempat salat adalah sedekah dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” [HR. Bukhari dan Muslim]

 

من مشى في حاجة أخيه كان خيرا له من اعتكاف عشر سنين ، ومن اعتكف يوما ابتغاء وجه الله جعل الله بينه وبين النار ثلاث خنادق ، كل خندق أبعد مما بين الخافقين

 

"Barang siapa yang berjalan dalam rangka menolong saudaranya maka perbuatannya itu lebih baik dari pahala beri’tikaf 10 tahun, dan barang siapa beri’tikaf sehari karena mencari rida Allah maka Allah menjadikan penghalang berupa 3 parit antara dia dan neraka yang mana setiap paritnya lebih jauh jaraknya dari ujung timur ke barat." [HR. Al- Thabrani dalam Al-Awsath]

 

Perhatikanlah bagaimana Nabi, Saw., menjelaskan kepada kita bahwa membantu orang yang kebutuhan khusus adalah salah satu perbuatan terbaik dan menghentikan kejahatan diri sendiri dari orang lain adalah tingkat relawan yang lebih tinggi.

 

Dari Abi Dzar Jundub bin Junadah, Ra., berkata: Saya bertanya kepada Rasulllah, Saw., Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling utama. Nabi bersabda: "Iman kepada Allah berjuang di jalanNya.” Saya bertanya: Tanggungjawab apa yang paling utama? Nabi bersabda:  "Berbuat yang terbaik untuk keluarganya serta anggaran belanja keluarganya yang terbanyak (mampu mencukupi kebutuhan keluarga)." Saya bertanya: bagaimana jika saya tidak melakukan hal itu? Nabi menjawab: "Kamu bantu orang yang membuat sesuatu atau kamu sendiri membuatnya untuk dimasak." Saya bertanya; bagaimana jika sebagian itu aku tidak melakukannya? Nabi menjawab: "Cegah orang lain dari perbuatan burukmu, karena itulah sedekahmu atas dirimu." [Muttafaq alaih]

 

Nabi, Saw., menyeru umatnya untuk melakukan kebaikan dan berpartisipasi untuk sebuah maslahat sebisa dan sekuat kemampuannya, dan itu dilakukan dengan kesukarelaan murni.

 

Agama Islam adalah agama yang tidak didasarkan pada individualisme atau keegoisan. Sebaliknya, agama Islam adalah agama sosial yang mana satu anggota dengan yang lain seperti struktur bangunan yang kokoh. Itulah sebabnya Islam menghimbau untuk bekerja dan beramal saleh di luar lingkup untung dan rugi, yaitu kerja sukarela atau menjadi relawan yang hanya mengharap rida Allah, Swt.

 

Perlunya mengaktifkan kerja sukarela melalui mengembalikan kerja relawan ke posisi seperti di zaman Nabi, Saw. Dimana relawan adalah akhlak para orang-orang agung dan bangsawan, serta pentingnya usaha mendorong para pemuda untuk terlibat di dalam dunia kerelawanan untuk membantu masyarakat.

 

Konsep kerja relawan atau sukarelawan mesti ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini, dan Nabi, Saw., mendahului kita semua untuk hal ini. Memperluas kerja relawan ke jangkauan yang lebih luas dan tidak terbatas pada bidang-bidang yang terbatas, seperti perawatan masjid, tempat ibadah, panti asuhan dan jompo. Oleh sebab itu penting kiranya usaha-usaha untuk mendorong kerja relawan dan memotivasi kaum muda untuk mengisi waktu luang demi kepentingan dan maslahat umum baik melalui media visual, audio, dan bacaan-bacaan.

 

Kesimpulannya, ajaran Islam telah menunjukkan kepada kita bahwa konsep kerja relawan itu luas dan tidak ada batasannya. Maka setiap orang Muslim dapat mempersembahkan karya terbaiknya untuk komunitasnya, bangsanya, dan dirinya sendiri. Umat ​​Islam saat ini sangat membutuhkan untuk mengetahui nilai kerja relawan dalam Islam dan melakukannya dengan baik dan bersikap seperti yang diperintahkan oleh Allah, Swt., sehingga kebahagiaan, ketenangan dan keamanan dapat dicapai oleh individu dan masyarakat.


0 Comments