Ajaran Islam untuk Cegah Corona

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Corona Virus.

Vokalberdakwah,  —  Di media sosial, para aktivis telah mengabarkan sebuah artikel di sebuah surat kabar Prancis, yang menyatakan bahwa wanita berjilbab, merujuk pada wanita Muslim, "mereka tidak panik, karena mereka adalah yang paling partisi terhadap virus Corona."

Hal tersebut disebabkan, seperti yang telah diungkapkan oleh Salem Bin Saeed melalui twitter-nya, bahwa mereka tidak bertukar ciuman dalam bertegur-sapa maupun berjabat tangan atau berpelukan. Di semua itu, seluruh aurat tubuhnya tertutupi. Inilah saran atau usulan yang diberikan oleh para spesialis untuk menghindari infeksi corona.

Dr. Fatima Al-Wahsh, di halaman Twitter-nya, menulis tentang wudu saat hendak menjalankan salat, ia menjelaskan bahwa durasi virus Corona tetap berada di daerah hidung dari 3 hingga 4 jam sampai mengendap di saluran pernapasan. Oleh sebab itu para ilmuwan menemukan paling tidak bagi seorang Muslim dalam sehari wudu lima kali, utamanya saat menghirup air (membersihkan hidung) tiga kali, menjadi salah satu sebab pencegahan virus. Karena waktu salat antara satu dengan yang lain berkisar antara 3-4 jam.

Menurut pembacaan peneliti ilmu-ilmu Al-Qur'an dan mediator budaya di Islamic Center, Piacenza, Italia, Dr. Yassin Al-Yafi, bahwasanya para dokter dan spesialis mengatakan, cara terbaik untuk mencegah penyebaran dan perluasan korban corona ialah dengan hal-hal yang ditemukan dalam Islam, yang tidak lain adalah merupakan ajaran yang berdasar secara sanad dan dalil. Dalam hal menjaga kebersihan, Islam memangdang sebagai sebuah akal budi dalam beragama dan perilaku sehari-hari, bahkan menjaga kebersihan setengah dari iman. Dengan menjaga kebersihan dapat membatasi dan pencegah penyebaran virus corona.

Dalam penuturannya kepada Al-Khaleej Online, Al-Yafie mengatakan bahwa para dokter menekankan pentingnya mencuci tangan. Ia menambahkan selain mencuci tangan yang diulang-ulang berkali-kali setiap wudu, juga mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, kemudian wudu sebelum tidur, dan mencuci tangan saat bangun, berkumur dan menghirup air (membersihakan hidung). Dalam hal ini, dapat memotong mata rantai penyebaran penyakit dan penularan virus kepada orang-orang.

Kita mendapati Islam, bahkan telah meringankan banyak sekali hukum-hukum syariat bagi kita, untuk tujuan melindungi jiwa dan menyelamatkan agar tidak jatuh ke dalam penyakit atau kemungkinan terjadinya penularan penyakit virus corona. Oleh karena itu, kita dapat menemukan dalam berbagai fatwa dan penjelasan keagamaan dalam Islam, perihal tak wajibnya menjalankan salat jumat dan berjamaah, serta pergi ke masjid bagi pasien yang terkena virus atau bagi siapa saja yang takut atau khawatir jika ia pergi bisa terjangkit virus atau tertular. Bahkan Islam melarang orang yang makan bawang putih masuk ke masjid sebab bau yang tak sedap dapat mengganggu jemaah, bagaimana dengan virus corona yang dapat membahayakan nyawa manusia?

Hal yang menjadi kritik penulis ialah, perkataan orang bahwa takutlah kepada Allah, Swt., bukan takut kepada virus corona." Sekelebat tampak benar memang perkataan ini, namun dengan pembacaan yang tajam dan kritis perkataan ini tidak tepat penempatannya. "Kalimatu haqqin urīdu bihā bāthil," kalimat kebenaran, namun dimaksukkan untuk hal batil atau yang salah. Inilah teologi neo-jabariyah yang tidak tepat dan keliru dalam meletakkan dalil, bahkan terkesan bersifat fragmentatif serta miskin wawasan terhadap fiqh al-wāqi' (realita terkini) dan buta huruf pada maqāshid syarī'ah (tujuan-tujuan syariat). Penulis yakini, yang tepat adalah mengambil sebab-sebab dan menyerahkan segala hasil kepada Allah, Swt. Artinya usaha-usaha pencegahan, pemulihan dan penyembuhan harus dilaksanakan, masalah hasil kita serahkan sepenuhnya kepada Allah, Swt.

Seorang Muslim di mata dunia memiliki kekuatan dan kemampuan ilmiah yang luar biasa, manakala ia berpegang pada ajaran agamanya. Segala puji bagi Allah, Swt., yang telah menanamkan dalam setiap peribadatan ajaran kemurnian, kebersihan dan maslahat, serta meringankan sebagian syariat-syariat untuk melindungi jiwa dan akal manusia, serta tidak terjerumus pada kehancuran dan kehinaan.

0 Comments