Tidak Baik Jika Ulama Mendatangi Istana

http://selaluvokalberdakwah.blogspot.com.eg/, Saya heran dengan mereka yang menyebut diri mereka ulama, namun secara tiba-tiba atau terus-menerus memuji dengan berlebih rezim dunggu dan tebal janggat ini, bahkan mereka mendatangi istana.

Saya mendapatkan pelajaran dari guru-guru kami yang mulia, bahwa tidak baik jika ulama mendatangi istana, sekalipun untuk mengajar ngaji. Hal ini demi menjaga kehormatan dan ketulenan ulama.

Nabi SAW bersabda :

إن الله يحب الأمراء إذا خالطوا العلماء، ويمقت العلماء إذا خالطوا الأمراء، لأن العلماء إذا خالطوا الأمراء رغبوا في الدنيا، والأمراء إذا خالطوا العلماء رغبوا في الآخرة

“Sesungguhnya Allah mencintai penguasa yang berinteraksi dengan ulama. Dan membenci ulama yang mendekati penguasa, karena ulama ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun jika penguasa mendekati ulama ingi akhiratnya.”

Di lain hadist Nabi juga bersabda :

سيكون بعدي أمراء فمن دخل عليهم فصدقهم بكذبهم وأعانهم على ظلمهم فليس مني ولست منه وليس بوارد علي الحوض ومن لم يدخل عليهم ولم يعنهم على ظلمهم فهو مني وأنا منه وسيرد علي الحوض

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kezaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kezaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).”

عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا رسول الله من أهل البيت أنا؟ فسكت، ثم قال في الثالثة: « نعم ما لم تقم على باب سدة، أو تأتي أميراً فتسأله

Dari Tsauban radiallahu anhu berkata, Ya Rasulullah, apakah saya termasuk ahli bait,? Rasulullah pun diam, sampai pada ketiga kali, beliau menjawab, “ya selama engkau tidak berdiri pada pintu penguasa, atau mendatangi penguasa dan meminta padanya.”

Al-Haafiz Al-Mundirii mengartikan kata baabu suddah disini sebagai pintu penguasa.

Bahkan Sufyan Ats-Tsauri berkata begini :

إن دعوك لتقرأ عليهم: قل هو الله أحد، فلا تأتهم

“Jikalau penguasa mengundangmu untuk mengajari mereka qul huwallahu ahad, maka jangan engkau datangi.”

Jelas sudah, tidak baik ulama itu mendatangi ke istana, karena banyak fitnah dan iming-iming di sana.

Ulama yang tulen ialah ia yang tidak takut kecuali kepada Allah, yang menginginkan wajah Allah, dan ingin berkhidmat untuk umat ini, untuk menjaga kehormatan umat ini dan untuk menolong agama ini.

Jangan pernah takut dibenci dan dicela rezim dengan julukan ini dan itu.

Abu Firas Al-Hamdani berdendang dalam bait-bait syairnya :

فليتك تحلو والحياة مريرة # وليتك ترضى والأنام غضاب

وليت الذي بيني وبينك عامر # وبيني وبين العالمين خراب

إذا صح منك الود فالكل حين # وكل الذي فوق التراب تراب

Alangkah indahnya diri Mu, sedang hidup ini begitu pahit. Andaikan saja Engkau ridho biarpun manusia benci.

Andaikan hubungan antara aku dan diri Mu tetap mekar. Biarlah antara aku dan manusia tersisihkan.

Jika cinta itu tulus dari Mu maka segala perkara menjadi mudah. Dan setiap yg di atas debu adalah debu.

-Thoriq Aziz-,