Mau Tahu Penyebab Bahagia Dunia-Akherat, Ini Lho Diantaranya!


Minggu, 6 September 2020 | 05:05

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Mau Tahu Penyebab Bahagia Dunia-Akherat, Ini Lho Diantaranya!
Vokal Berdakwah, Kota Surakarta – Setiap manusia berjuang dan berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup mereka.

Maka Allah, Swt., Tuhan yang Maha Kuasa menguji mereka dengan takdirNya, dan tidak satupun dari mereka yang luput dari kemalangan dan kesedihan, namun perbedaannya terletak pada bagaimana mereka merespon takdir Tuhan yang Maha Esa itu. Sebagai contoh permisalan saja, terdapat dua orang yang sama-sama menderita sakit, salah satunya bersikap mengeluh dan mengeluh, sementara yang lain bersikap optimis dan tersenyum, orang yang kedua ini mengungkapkan kepuasan dan penerimaannya atas pemberian Tuhan sesuai dengan perintahNya.

Para sahabat yang terhormat termasuk di antara orang-orang yang paling bahagia. Hal itu karena mereka ittibā' atau mengikuti jalan hidup Nabi, Saw., dia menjadi teladan dalam semua aspek kehidupan dengan segala kualitasnya untuk memperluas hati.

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Dari Anas, dari Nabi, Saw., beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Al-Bukhari)

Sebagaimana Nabi, Saw., juga membimbing dan menunjukkan jalan untuk manusia menuju kebahagiaan dan mengajak mereka kepada hal-hal yang baik untuk mereka. Jadi tatkala Allah, Swt., perintahkan kepada para wanita untuk mengenakan ḥijāb dan kemudian ditaati. Maka hal semacam ini, yakni menanggapi dan menuruti perintah Tuhan, membantu mereka menuju hidup bahagia. Karena ketaatan pada perintah Allah, Swt., Tuhan yang Maha Esa, dan mengenali nikmat-nikmatNya dan membersamai dengan ucapan syukur adalah salah satu hal yang paling mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.

وَإِن تَعُدّوا نِعمَةَ اللَّهِ لا تُحصوها ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفورٌ رَحيمٌ

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Nahl Ayat 18)

Jika seseorang itu memahami dan menyadari nikmat kesehatan dan adanya rasa sakit, alasan ini lebih dari cukup untuk merasakan kebahagiaan. Dan manakala manusia itu diperlihatkan dan diberi nikmat itu (kesehatan, red) sebelum hilang , maka manusia akan menjalani hidupnya dengan rasa sangat bahagia dan puas.

Adapun spenyebab kebahagian itu banyak sekali, termasuk nikmat waktu, kesehatan dan akal sehat, serta yang terkuat dari berbagai macam penyebab kebahagiaan adalah iman atau keyakinan kepada Allah, Swt. Iman adalah obat untuk yang menderita dan bersedih, kekayaan bagi yang miskin, dan kekuatan untuk yang lemah.

Penyebab kebahagiaan di dunia dan akhirat

Kebahagiaan adalah perasaan batin (syu'ūrun dākhilī), dan bukan merupakan salah satu hal indrawi yang dapat ditangkap. Termasuk dari rahmat atau belah kasih, kebaikan dan kelembutan Allah, Swt., kepada manusia, Dia menjadikan sebab-sebab untuk memperoleh kebahagiaan. Di antara penyebab terkuat dan paling berpengaruh pada jiwa manusia adalah kesadaran manusia itu sendiri bahwa kebahagiaannya bukanlah milik siapa pun untuk diberikan kepadanya, melainkan berasal dari dalam diri manusia  sendiri dan diperkuat oleh pengaruh eksternal. Kebahagiaan memiliki refleksi atau bayangan yang memantul pada orang lain. Berikut ini beberapa penjelasan tentang sebab-sebab paling menonjol yang menuntun seseorang menuju kebahagiaan.

Pertama, berinteraksi dengan qaḍā' dan takdir Allah, Swt., dengan sikap rida dan menerima. Sikap rida merupakan salah satu penyebab terbesar kebahagiaan, dan rida atau merasa puas dengan pemberian Allah, Swt., adalah karakteristik orang yang bahagia. Karena mereka yang bersikap rida akan selalu memandang hidup secara positif, mengabaikan kekhawatiran mereka, dimana mereka mengetahui dengan pasti bahwa apa yang menimpa mereka (yang sudah ditakdirkan) maka tidak akan pernah meleset dari mereka, dan apa yang belum menimpa mereka (yang belum ditakdirkan) maka tidak akan mengenai mereka.

Kedua, bertemu dengan siapapu dengan wajah yang tersenyum. Tersenyum dalam agama Islam adalah salah satu bentuk amal sedekah.

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

"Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu." (HR. Al-Tirmidzi)

Kenapa senyum dapat bernilai sedekah, itu karena senyuman memiliki pengaruh yang baik bagi jiwa, maka senyuman berarti kenyamanan dan ketenangan. Orang yang tersenyum dicintai diantara manusia, karena orang merasa senang tatkala melihatnya. Dan sebaik-baik amal perbuatan ialah membawa kebahagiaan di hati orang-orang yang beriman.

إن من أحب الأعمال إلى الله إدخال السرور على قلب المؤمن

"Sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang Mukmin.” (HR. Baihaqi)

إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ
"Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain." (HR. Al-Ṭabari)

Ketiga, menyebarkan salam perdamaian di antara orang-orang. Salam perdamaian berarti doa untuk keselamatan setiap orang yang ditemui oleh seorang hamba, dan itu memiliki efek yang besar dalam menyebarkan cinta di antara manusia.

والذي نفسي بيَدِه، لا تدخُلوا الجنَّةَ حتى تُؤمِنوا، ولا تؤمِنوا حتى تحابُّوا، أفلا أنبِّئُكم بشيءٍ إذا فعَلْتُموه تحابَبْتُم؟ أفشُوا السَّلامَ بينكم

"Demi jiwaku yang ada di tanganNya, Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan (benar-benar, red) beriman hingga kalian saling mencintai (karena iman, red)”. “Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai?” “Sebarkanlah salam diantara kalian” (HR. Muslim)

Salam perdamaian adalah panggilan eksplisit untuk keselamatan dan keamanan dalam masyarakat, yang mengarah pada penyebaran kebahagiaan di antara orang-orang (manusia, red).

Keempat, mengerjakan perbuatan baik secara sukarela, termasuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan miskin, serta mensponsori anak-anak yatim dan kaum duafa.

Kebahagiaan terletak pada memberi, dan orang yang memberi selalu merasa bahwa dia ada di sana, bahwa dia memiliki nilai dalam hidup ini, bahwa ia mampu memberi dan bermanfaat untuk orang lain. Karena banyak dari penyakit mental yang mulcul disebabkan oleh perasaan merasa tidak berharga dan bermanfaat. Dalam memberikan bantuan, seorang Muslim harus melakukannya tanpa meremehkannya, meskipun pemberian itu bernilai sekidit menurutnya, namun berat timbangannya di sisi Allah, Swt., Tuhan Yang Maha Esa.

Kelima, bersilaturahmi, menyambung tali kekeluargaan dan kekerabatan. Karena silaturahmi adalah merupakan salah satu kewajiban yang dikabarkan oleh Nabi, Saw., untuk dilaksanakan. Silaturahmi membawa kebahagiaan bagi hati orang-orang, dan bagi pelaku akan mendapat manfaat dengan banyak rezeki dan umur panjang.

Keenam, menjaga salat lima waktu di Masjid. Salat menjadikan seorang hamba dalam perawatan dan perlindungan Allah (ri'āyatullāh wa ḥifẓih).

Ketujuh, tekun mengingat atau berzikir kepada Allah, Swt., Tuhan yang Maha Esa. Zikir adalah salah satu faktor terpenting untuk menghilangkan kekhawatiran, menyembuhkan hati, dan melegakan hati dan jiwa.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al-Ra’d Ayat 28)

وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ahzab Ayat 35)

Kedelapan, bersemangat mendatangi majelis-majelis ilmu dan Al-Quran. Majelis ilmu itu dihadiri oleh para malaikat dan dipenuhi dengan ketenangan dan belas kasihan, serta para makhluk berdoa untuk mereka yang menghadiri majelis ilmu dengan keindahan amal mereka.

Kesembilan, beramar ma'ruf nahi munkar dengan kebaikan, kelembutan dan cinta.

Kesepuluh, melihat kondisi masyarakat, agar mengetahui bahwa ada banyak orang yang lebih susah dan menderita, maka hal ini dapat membuat seorang hamba bersyukur kepada Allah, Swt., Tuhan yang Maha Esa atas banyaknya nikmat dan berkah yang diberikan padanya.

 انْظُرُوا إِلَى مَنْ هو أَسفَل مِنْكُمْ وَلا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوقَكُم؛ فهُوَ أَجْدَرُ أَن لا تَزْدَرُوا نعمةَ اللَّه عَلَيْكُمْ 

"Lihatlah kepada orang yang keadaannya berada di bawahmu dan janganlah engkau melihat kepada orang yang keadaannya di atasmu. Karena yang demikian itu akan lebih menjadikan kalian untuk tidak meremehkan nikmat yang Allāh, Swt., berikan kepada kalian.” (HR. Bukhāri dan Muslim)

Kebahagiaan Menurut Al-Quran

Allah, Swt., Tuhan yang Maha Kuasa menginginkan Al-Qur'an menjadikan sebagi manhaj atau metode untuk hidup yang layak dan jalan menuju kebahagiaan dan kepuasan. Orang-orang yang berada di surga digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai orang yang bahagia.

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

"Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya." (QS. Hud Ayat 108)

Harga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya, yakni kehidupan akherat, adalah dengan mendapatkan keridaan Allah, Swt., Tuhan yang Maha Esa di dunia ini, sekaligus melaksanakan peribadatan kepadaNya dengan paripurna. Banyak anyat-ayat Al-Quran menyebutkan bahwa sabar dapat mengantarkan manusia menuju rida (rasa ikhlas menerima dan puas), dan rida adalah tingkat kebahagiaan yang tertinggi. Sebagaimana juga maaf dari manusia dapat pula meningkatkan cinta dan kasihsayang di antara orang-orang, serta berpegang teguh pada Al-Qur'an yang diturunkan agar dapat membuat orang bahagia.

Orang sering berpikir bahwa kebahagiaan diperoleh dengan banyaknya uang, atau dengan meraih posisi yang lebih tinggi, tetapi kenyataan membatalkan itu semua. Jika seseorang memperoleh semua kesenangan sesaat berupa uang, prestise dan ketenaran, namun kehilangan ketenangan dan ketenteraman di dalam hatinya, maka ia akan menjadi orang yang paling menyedihkan.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha Ayat 124)

Simpulannya ialah bahwa kebahagiaan sejati ada saat seorang hamba dekat dengan Allah, Swt., Tuhan yang Maha Kuasa, dan kesengsaraan, kesusahan dan kegelisahan hidup terjadi saat jauh dariNya.


0 Comments