Prinsip Ikhlas dalam Beramal

Prinsip Ikhlas dalam Beramal[1]
Oleh Muh Thoriq Aziz Kusuma, S.Pd., Lc[2]

Google pic.

Sudah menjadi semestinya bagi setiap hamba-hamba Allah untuk bersikap ikhlas dalam beribadah kepadaNya, karena bersikap ikhlas dalam beribadah kepadaNya merupakan yang paling wajib dari kewajiban-kewajiban yang ada. Ikhlas haruslah ada di setiap amal dan keadaan seorang hamba, sebab semua amal ibadah dan pekerjaan seorang hamba tidak akan diterima melainkan dengan ikhlas.[3]
Ikhlas adalah pondasi yang dibangun oleh dakwah para nabi dan rasul-rasul Allah tanpa terkecuali.[4]

a.     Definisi Ikhlas
Secara etimologi artinya pendedikasian diri secara total hanya karena Allah semata.[5] Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa definisi, antara lain:

1.    Mengkhususkan segala bentuk ibadah dan pekerjaan hanya kepada Allah serta meniadakan segala cacat terhadapNya, dan mengerjakan semua bentuk peribadatan yang sudah disyariatkan karena Allah semata bukan karena yang lain, lagi tidak takut melainkan hanya kepadaNya.
2.    Seorang mukallaf mengerjakan ketaatan benar-benar hanya karena Allah, tidak mengharapkan pengagungan, penghormatan atau sanjungan dari selainNya, serta tidak pula karena kemanfaatan  atau resiko duniawi.[6]
3.    Diam dan bergeraknya seorang hamba hanya karena Allah semata.[7]
4.    Pengosongan hati dari selain Allah.[8]
5.    Pemurnian amal perbuatan dari segala catatan, komentar dan apresiasi mahluk.[9]

b.    Langkah-Langkah Menuju Ikhlas
Menjadi tanggung jawab dan komitmen seorang muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap ikhlas dalam diam dan geraknya, dalam hati, perkataan dan perbuatannya, yang tampak dan tidak. Berikut di antara langkah-langkah menuju ikhlas:

1. Berusaha untuk menutup-nutupi amal perbuatan baik dan tidak menampakkannya.
2. Takut akan ketenaran dan popularitas.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن أول الناس يُقضى يوم القيامة عليه رجُل اسْتُشْهِدَ، فأُتي به، فعرَّفه نِعمته، فعرَفَها، قال: فما عَمِلت فيها؟ قال: قَاتَلْتُ فيك حتى اسْتُشْهِدْتُ. قال: كَذبْتَ، ولكنك قَاتَلْتَ لأن يقال: جَرِيء! فقد قيل، ثم أُمِرَ به فَسُحِب على وجهه حتى أُلقي في النار. ورجل تعلم العلم وعلمه، وقرأ القرآن، فأُتي به فعرَّفه نِعَمه فعرَفَها. قال: فما عملت فيها؟ قال: تعلمت العلم وعلمته، وقرأت فيك القرآن، قال: كَذَبْتَ، ولكنك تعلمت ليقال: عالم! وقرأت القرآن ليقال: هو قارئ؛ فقد قيل، ثم أُمِر به فَسُحِب على وجهه حتى ألقي في النار. ورجل وَسَّعَ الله عليه، وأعطاه من أصناف المال، فأُتي به فعرَّفه نِعَمه، فعرَفَها. قال: فما عملت فيها؟ قال: ما تركت من سبيل تُحِبُّ أن يُنْفَقَ فيها إلا أنفقت فيها لك. قال: كَذَبْتَ، ولكنك فعلت ليقال: جواد! فقد قيل، ثم أُمِر به فَسُحِب على وجهه حتى ألقي في النار - رواه مسلم[10]
Artinya : Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya manusia yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia dihadapkan kepada Allah lalu dikenalkan kepadanya nikmat-Nya, maka ia pun mengenalnya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat ini?" Ia menjawab, "Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau berperang agar disebut pemberani, maka sungguh hal itu telah dikatakan." Selanjutnya ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka. Selanjutnya, orang yang mempelajari satu ilmu dan mengajarkannya dan membaca Al-Qur'an. Ia pun dihadapkan kepada Allah, lalu dikenalkan kepadanya nikmat-Nya, maka ia pun mengenalinya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat tersebut?" Ia menjawab, "Aku mempelajari satu ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur'an karena-Mu." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau belajar agar disebut seorang yang berilmu dan engkau membaca Al-Qur'an agar disebut pembaca, maka sungguh semua itu telah dikatakan." Lalu ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka. Selanjutnya, orang yang diluaskan rezekinya dan diberi berbagai macam harta oleh Allah. Lalu ia dihadapkan kepada Allah kemudian dikenalkan nikmat-Nya, maka ia pun mengenalinya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat ini?" Ia menjawab, "Aku berinfak karena-Mu di semua jalan yang Engkau sukai." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau melakukan itu agar disebut dermawan, maka sungguh hal itu telah dikatakan." Kemudian ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka." HR. Muslim
Sesungguhnya manusia yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah tiga golongan: orang yang berperang dengan riya', orang yang belajar dengan riya' dan orang yang bersedekah dengan riya'.

3. Senantiasa mengevaluasi diri dengan kritik serta merasa masih kurang dalam ibadah dan memanajemen diri untuk menjadi lebih baik.
4. Berlaku zuhud atas pujiaan manusia

يُؤْتَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصُحُفٍ مُخَتَّمَةٍ فَتُنْصَبُ بَيْنَ يَدَيِ اللهِ تَعَالَى فَيَقُوْلُ الله: اَلْقُوَا هَذِهِ فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: وَعِزَّتِكَ ماَرَأَيْناَ اِلاَّ خَيْراً فَيَقُوْلُ اللهُ: إِنَّ هَذاَ كَانَ لِغَيْرِ وَجْهِى وَاِنِّى لاَ اَقْبَلُ اِلاَّ مَاابْتُغِىَ بِهِ وَجْهِى[11] (رواه البزار والطبرانى باسناديهه روى احدهما روة الصحيح)
Artinya: “Kelak pada hari kiamat akan didatangkan beberapa buku yang telah disegel[1] lalu dihadapkan kepada Allah SWT. (pada waktu itu) Allah berfirman:”Buanglah ini semuanya”. Malaikat berkata:”Demi kekuasaan Engkau, kami tidak melihat di dalamnya melainkan yang baik- baik saja”. Selanjutnya Allah berfirman:”Sesungguhnya isinya ini dilakukan bukan karena-Ku, dan Aku sesungguhnya tidak akan menerima kecuali apa- apa yang dilaksanakan karena mencari keridlaan-Ku”. ( HQR Bazzar dan Thabrani, dengan dua sanad, atau diantara para rawinya termasuk perawi Al- Jamius Shahih).
Dalam hadits di atas dapat diketahui bahwa buku catatan yang dibawa oleh malaikat, dan sudah diperkirakan akan baik, ternyata setelah diletakkan di hadapan Allah SWT, isinya ditolak lantaran seseorang tadi mengerjakannya bukan karena Allah SWT.
Para malaikat membuat catatan sebagaimana adanya, sesuai dengan tingkat pengetahuannya, namun Allah memberitahukan kepada para malaikat hakikat buku tersebut, bahwa amal yang dilakukan oleh yang bersangkutan, lahirnya baik dan bagus, tetapi pada hakikatnya tidak baik. Amal tersebut menurut penilaian Allah SWT dilakukan bukan karena Allah yang sebenar- benarnya. Allah Maha Mangetahui apa- apa yang tersirat dibalik amal perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Allah SWT mengetahui bahwa seseorang yang bersangkutan melakukan perbuatan baik bukan karena Allah tetapi karena riya’. Seorang tadi ingin disanjung dan dipuji. Dia ingin semua orang menilai kalau dirinya adalah orang yang baik dan taat beribadah. Allah tidak akan menerima amal perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah, tidak menerima segala sesuatu yang dilaksanakan dengan tidak ikhlas karena-Nya
5. Menuntut ilmu, belajar dan memperbanyak membaca kisah orang-orang saleh yang taat dan ikhlas
6. Sadar dan tahu tentang keutamaan ikhlas
7. Selalu rajin berdoa




[1] Disampaikan dalam pengajian rutin Jama’ah Masjid Al-Huda Pandeyan pada Kamis (21/2/2019) malam bertempat di Masjid Al-Huda.
[2] Koordinator Bidang Dakwah dan Kaderisasi PCP Muhammadiyah Ngemplak.
[3] Sebagaimana dalam hadist tentang niat yang diriwayatkan oleh Al-Bukhārī dalam Shahīh Al-Bukhārī dari ‘Umar ibn Khattāb, RA. (إنما الأعمالُ بالنياتِ، وإنما لكلِّ امرئٍ ما نوى )
[4] Sebagaimana Firman Allah Ta’ālā; QS. Al-Bayyinah (98) Ayat 5.
[5] Pembebasan diri dari selain Allah.
[6] Definisi Al-‘Iz ibn ‘Abdus Salām (  الإخلاص أن يفعل المكلف الطاعة خالصة لله وحده، لا يريد بها تعظيماً من الناس ولا توقيراً، ولا جلب نفع ديني، ولا دفع ضرر دنيوي )
[7] Definisi Sahal ibn Abdullāh (  الإخلاص أن يكون سكون العبد وحركاته لله تعالى خاصة )
[8] Dikatakan (  هو تفريغ القلب لله , ويكون ذلك من خلال صرف الانشغال عمّا سواه إلى الانشغال بعبادته  )
[9] Dikatakan ( الإخلاص تصفية الفعل عن ملاحظة المخلوقين )
[10] Imām Yahyā ibn Syaraf An-Nawawī Ad-Dimasyqī, Riyādhu As-Shālihīn, Bab Riya'.
[11] Nuruddīn 'Alī ibn Abī Bakar Al-Haitsamī, Majma' Az-Zawāid wa Manba' Al-Fawāiad, (Maktabah Al-Qudsī, 1994), Bab Hari Manusia Dibangkitkan.

1 Comments

  1. ayo bergabung dengan saya di (D(E(W-A)P)K)
    menangkan uang jutaan rupiah dengan menguji keberuntungan kalian
    hanya dengan minimal deposit 10.000
    untuk info lebih jelas segera di add saja Whatshapp : +8558778142
    ditunggu lohhh add nya... terima kasih waktu nya ^-^

    ReplyDelete