Menggapai Kemenangan di Hari Raya Idul Fitri

Khutbah Idul Fitri 1440 H/ 2019 M
Menggapai Kemenangan di Hari Raya Idul Fitri
Oleh Muh. Thoriq Aziz, S. Pd., Lc.

الحمد لله, الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ بالله تعالى من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله, صلوات الله وسلامه عليه, ورضي الله عن آله وأصحابه, الذين آمنوا به وعزروه ونصروه, واتبعوا النور الذي أنزل معه, أولئك هم المفلحون.
أما بعد
 فيا أيها المسلمون !  اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون وافعلوا الخير لعلكم تفلحون, واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم وعيد كريم, قال تبارك وتعالي : ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون.
هذا يوم العيد, هذا يوم التكبير. زينة أعيادنا نحن المسلمين التكبير, فالله أكبر الله أكبر الله أكبر, الله أكبر الله أكبر الله أكبر,
لاإله الله والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد.

Bapak Muh. Thoriq Aziz, S. Pd., Lc., menyampaikan khutbah Salat Idul Fitri 1440 Hijriyah di Lapangan PN Lokananta, Kerten, Kota Surakarta.

Hadirin sidang jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Hari ini adalah hari raya umat muslim, hari pengagunggan, perhiasan hari raya umat Islam adalah takbir, sebuah pengagungan kepada Dzat yang Maha Agung, yaitu Allah SWT.
Allahu akbar, Allah Maha Besar, adalah simbol dan atribut umat Islam. Seorang muslim tatkala mengerjakan salat setiap hari lima kali, mereka mengerjakannya dengan dibuka dan diawali memakai kalimat takbir, Allahu akbar, Allah Maha Besar. Azan yang berkumandang setiap hari lima kali juga diawali dengan takbir, Allahu akbar, Allah Maha Besar. Manakala umat muslim menyembelih hewan kurban di hari raya Idul Adha, mereka juga menyebut nama Allah dan bertakbir, bismillahi wa Allah akbar, dengan menyebut nama Allah dan Allah Maha Besar.
Allahu akbar, Allah Maha Besar adalah simbol dan atribut kaum muslimin di setiap saat, kapan dan dimanapun. Bilamana kaum muslimin memasuki sebuah perang, maka teriakan, pekikan dan panggilan takbir, Allahu akbar, Allah Maha Besar menggema di tengah-tengah mereka. Itulah yang membuat hari musuh-musuh Islam menjadi takut dan ciut nyali.
Allahu akbar, Allah Maha Besar adalah perhiasan yang dipakai kaum muslimin pada saat merayakan hari rayanya. Mereka seraya berucap, Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaaha illa Allahu wa Allahu akbar, Allahu akbar wa Lillahil hamd.

 الله أكبر الله أكبر الله أكبر, الله أكبر الله أكبر الله أكبر, لاإله الله والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد.

Hadirin sidang jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Hari ini adalah hari raya kaum muslimin, hari raya Idul Fitri. Bagi kamu muslimin memiliki dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha, dan setiap hari raya bagi kamu muslimin selalu datang setelah ibadah-ibadah kubra atau agung, datang setelah kewajibandan tuga keagamaan yang besar. Idul Adha datang setelah ibadah haji, ibul Fitri datang setelah ibadah puasa. Allah SWT berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, agar kalian bersyukur.” Al-Baqarah: 185

Hari raya dalam Islam datang, agar umat Islam senang, tenang, tentram dan bergembira atas taufik Allah. Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah:

للصائم فرحتان يفرحهما : إذا أفطر فرح بفطره, وإذا لقي ربه فرح بصومه
Artinya: “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya.”
Bilamana seorang muslim itu berbuka puasa disetiap harinya ia gembira. Dan bilamana ia berbuka puasa setelah Ramadan, ia pun bergembira lagi, dengan kegembiraan yang berbeda, yaitu kegembiraan atas taufik Allah, berupa ketaatan, kepatuhan dan kesungguhan hati kepada Allah SWT, bahwa Allah telah menganugerahkan kepadanya nikmat berpuasa dan qiyamul lail, dan hari raya ini datang untuk menyempurnakan nikmat ini. Dan Pada hari raya ini, kamu muslimin bergembura atas taufik Allah SWT. 

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” Yunus: 58.
Bentuk syukur atas taufik Allah ini adalah tidak diperkenankan seorang muslim bergembira, berbahagia sendiri di hari raya, namun semestinya ia harus berusaha melibatkan kegembiraannya, kebahagiaannya beserta orang-orang fakir dan miskin. Oleh sebab itu, Islam mensyariatkan zakat fitri di bulan Ramadan bagi setiap muslim atas dirinya, orang-orang yang ada dalam tanggungannya, keluarga dan anak-anaknya. Islam ingin mengajarkan dan membiasakan seorang muslim untuk bersedekah dan berinfak di saat kondisi senang dan susah. Tangannya mesti di atas, member, meskipun ia fakir. Dalam kitab Mirqaatul Mafaatiih Syarh Misykaatil Mashaabiih, bab zakat, Nabi SAW bersabda: 

أما غنيكم فيزكّيه الله, وأما فقيركم فيردّ الله عليه أكثر مما أعطى
Artinya: “Jika kamu sekalian kaya, maka Allah akan mensucikannya, dan jika fakir maka Allah akan mengembalikannya dengan lebih banyak dari pada yang diberikannya.”HR. Abu Dawud.

Seorang muslim semestinya dimintai oleh saudaranya yang miskin untuk bersedekah di hari raya ini, senyediakan sedekah di rumahnya.

أغنوهم عن الطواف في هذا اليوم
Artinya: “Cukupilah mereka (kaum fakir dan miskin) meminta-minta pada hari seperti ini (Idul Fitri).” HR. Daaruquthni dan Baihaqi.
Hari raya menyerupai atau serupa dengan hari kebahagiaan, hari kegembiraan, menyerupai juga dengan hari kiamat.

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ * ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ * وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ * تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ
Artinya: “Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri.* tertawa dan gembira ria,* dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram),* tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusuahan).”  ‘Abasa: 38-41
Orang yang bergembira, senang, adalah mereka yang dianugerahi oleh Allah nikmatnya puasa dan qiyamul lail. Maka mereka pada hari inibergembira dan senang, dan sudah menjadi hak mereka untuk untuk bergembira ria. Sedangkan ada wajah-wajah yang tertutup debu (suram) dan tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusuahan), adalah wajah mereka yang belum mendapatkan nikmat Allah, belum menunaikan perintah-perintah Allah dalam puasa dan qiyamul lail. Celakalah mereka, celakahlah mereka.

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى * وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى * ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى * أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى * ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى
Artinya: “Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Quran dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan salat,* tetapi justru dia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran),* kemudian dia pergi kepada keluarganya, dengan sombong, * Celakalah kamu! Maka Celakalah! * Sekali lagi, celakalah kamu (manusia)! Maka celakalah!” al Qiyamah: 31-35.

Hari ini adalah hari raya kita, hari raya bagi kita umat muslimin bukanlah hari penggulingan syariat, bukan pula hari bebas menurutkan syahwat, sebagian keyakina dan agama, mereka merayakan hari rayanya dengan memperturutkan syahwat dan kecenderungan seksualitasnya, hari bebas melakukan apa saja semau syahwat mereka, hari memperturutkan syahwat. Namun beda dengan hari raya kaum muslimin, kita merayakan hari raya ini, kita mulai dengan ucapan takbar, kita mulai dengan menunaikan ibada salat. Ini artinya hari raya bagi kita memiliki dimensi ketuhanan dan ibadah. Di dalam hari raya kita terdapat arti menyambung komunikasi kepada Allah SWT. Hal pertama dalam merayakan hari raya kita adalah ucapan dan gema takbir, dan yang kedua adalah menajalankan ibadah salat.
Hari raya bukan berarti terbebas dari segala macam batasan, atau terputus dari berkomunikasi kepada Allah. Sebagian publik mengira berlalunya bulan Ramadan adalah berlalunya komitmen untuk selalu ke masjid, berlalunya komitmen untuk selalu berjamaah, menjalankan ibadah salat dan ketaatan. Barang siapa menyembah Ramadan,maka Ramadan telah usai atau berlalu, dan barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah senantiasa hidup dan tidak pernah berlalu.
Sejatinya Ramadan adalah fase atau rentan waktu dari kehidupan seorang muslim, atau katakanlah sebagai sebuah musim. Ramadan adalan tempat perbelanjaan aktivitas keagamaan dan sosial. Maka manakala Ramadan berlalu, seorang muslim telah terisi dengan berbagai macam bekal belanja, terisilah dalam dirinya bekal hati yang rida, penuh dengan keimanan dan ketakwaan, penuh dengan kecintaan kepada Allah SWT dan menerima ada saja yang datang dari sisi-Nya. Tanda keberhasilan seorang muslim di buan Ramadan adalah bersinambungnya komunikasi kepada tali Allah seusai berlalunya Ramadan.Sebagian para salaf mengatakan:

 بئس القوم قوما لا يعرفون الله إلا في رمضان, كن ربانيا ولا تكن رمضانيا
Artinya: “Sejelek-jelek golongan adalah mereka yang tidak mengenal Allah melainkan di bulan Ramadan saja, jadilah orang yang rabbaaniyyah (konsisten mentaati Tuhan kapan saja dimana saja), dan jangan menjadi orang yang ramadaaniyyah (taat kepada Tuhan hanya di bulan Ramadan saja).”
Janganlah menjadi orang yang musiman, taat kepada Allah hanya musiman, hanya sebulan saja dalam satu tahun, setelah itu terputus dan berhenti dari ketaatan danperibadatan kepada Allah.
Barang siapa diterima puasanya, diterima qiyamul lailnya, maka akan tampak tandanya, tanda ini akan kita dapati atsar atau bekas atau jejaknya seusai Ramadan. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ 
Artinya: ”Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka.” QS. Muhammad: 17.
Tanda-tanda diterimanya sebuah kebaikan dan pahala kebaikan, adalah datangnya kebaikan setelahnya. Dan tanda ganjaran atau balasan dari sebuah kejelekan adalah datangnya kejelekan setelahnya.

 الله أكبر الله أكبر الله أكبر, الله أكبر الله أكبر الله أكبر, لاإله الله والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد.

Hadirin sidang jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Jika kita dengan seksama menyaksikan pada hari-hari di akhir bulan Ramadan, ada terdapat sebuah fenomena tentang pindahnya kegiatan umat, dari masjid ke pasar, dari masjid ke terminal, dari masjid ke stasiun, dari masjid ke bandara, dan lain sebagainya. Apa boleh dibuat, itulah wajah kita, bahwa lebaran artinya mudik, bahwa lebaran artinya baju baru dan banyak makanan, bahwa lebaran adalah mengumpulkan fitrah. Lebaran berbeda dengan Idul Fitri, lebaran adalah tradisi yang setiap kita boleh mengikutinya, namun beda halnya dengan Idul Fitri, tidak setiap orang bisa merayakannya.
Saya kutip kembali Firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, agar kalian bersyukur.” Al-Baqarah: 185
Ada beberapa hal dari kutipan ayat pendek ini, pertama meyempurnakan bilangan hari puasa. Berpuasa sebulan penuh, bisa 29, bisa 30 hari. Jika terjadi perbedaan pendapat, maka marilah tetap menghormati di dalam keberagaman ini. Berbeda boleh, marahan jangan! Saudara boleh suka tempe, tapi jangan menghina orang yang tidak suka tempe! Saudara boleh senang tahu, tapi jangan meledek orang yang suka tempe. Jika ingin mengapai kemenagan, maka walitukmiluu al iddata, sempurnakanlah bilangannya. Makna sempurnakanlah disini ada dua pengertian, pertama sempurnakanlah satu bulan penuh, dan yang kedua adalah sempurnakan semangat puasamu. Meskipun bulan Ramadan telah usai, puasa jangan selesai. Kenapa demikian? Tangan kita masih tetap terus berpuasa, berpuasa dari mengambil yang bukan milik kita, lidah kita meskipun Ramadan telah berlalu, maka tetap berpuasa dari memfitnah dan menggunjing orang lain, kaki kita pun juga demikian, walaupun Ramadan telah usai, namun kami kita tetap puasa dari berjalan ke tempat yang tidak baik, perut kita juga puasa, puasa dari kemasukan barang-barang yang haram. Sempurnakan semangat puasa kita, sikap disiplin, sikap jujur, sikap berbagi dalam kebersamaaan, sikap tolong menolong, sikap kesatria menerima keberagaman dan sikap merasakan kehadiran Allah dekat dalam hidup. Sebagai contoh, bapak ibu dan hadirin sebelum berangkat ke masjid salat di siang hari di bulan Ramadan, waktu sebelum salat kita berwudhu, ketika berwudhu kita berkemur, seumpamanya kita korupsi, kita telan setetes dua tetes air, jangankan petugas keamanan, orang di sebelah kita pun tidak tahu akan hal itu (saat kita berkemur dalam wudhu kita melakukan korupsi, meminum setetes dua tetes air). Bilamana seusai Ramadan ini, kita ejawentahkan spirit, semangat ruhaniyah Ramadan, insya Allah negara kita ini bersih dan berkurang tindakan korupsinya. Disiplin merasakan diri ini sejatinya di bawah pengawasan Allah.
Sekarang ini Allah ditekan, kita iman dalam ucapan namun sekuler dalam perbuatan dan tingkah laku (beramal).  Tuhan hanya ada di masjid, di kantor Tuhan hilang, maka korupsi merajalela. Tuhan hanya ada di masjid, di pasar Tuhan hilang, maka timbangan tetap curang. Iman dalam ucapan tapi sekuler dalam tindakan dan perbuatan. Manakala jiwa dan semangat Ramadan bisa kita terapkan, insya Allah korupsi sedikit demi sedikit akan berkurang dari bumi Indonesia ini.
Sekarang kita banyak prihatin, yang tadinya teriak-teriak berjuang membela dan memperjuangkan nasib rakyat kecil, malah berlomba-lomba menyusahkan rakyat kecil dengan menambah beban hidup dan masalah mereka. Ini sangat menyedihkan, memilukan dan bahkan memalukan. Tidak punya kepekaan dalam bernegara dan hidup dengan langgam yang anggun. Padahal saudara sekalian, ekonomi kita masih harus banyak perbaikan, lapangan kerja sulit, jumlah penganggguran juga masih menjadi perhatian besar bangsa kita.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر, الله أكبر الله أكبر الله أكبر, لاإله الله والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد.

Hadirin sidang jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Tuntunan yang kedua dari Quran adalah walitukabbirullah, dan hendaknya kamu sekalian agunggkan nama Tuhanmu, takbiran, Allahu akbar, Allah Maha Besar. Baik sendirian, berjamaah, di Masjid, di rumah, atau dengan pawai keliling yang tertib. Kalimat takbir bagi kita, sebagaimana di atas saya sampaikan, merukapan kunci kemenagan kita dalam perjuangan melawan musuh-musuh kita, hati dan mental mereka ciut mendengar kalimat takbir. Di sini saya ingatkan kepada hadirin sekalian, perihal ungkapan Bung Tomo, pelaku sejarah , tokoh 10 November yang dikenal sebagai hari pahlawan. Dalam salah satu pidatonya, saya quote, andai kata tidak kalimat takbir, saya tidak tahu dengan apa saya harus menggerakkan putra-putra terbaik bangsa untuk bangkit berjuang melawan penjajah. Ketika kalimat Allahu akbar bergema, Belanda dengan segala peralatan perangnya terlihat kecil dan enteng. Zaman dahulu, para pendahulu kita cuman ada dua kata, merdeka atau mati syahid. Tidak pernah terlintas di benak mereka, nanti jika merdeka kita jadi gubernur dimana, kita jadi pejabat dimana. Tidak!
Artinya, bangsa ini harus bangkit dari keterpurukan, bangsa ini harus bangkit mengejar ketingggalan-ketinggalan yang ada, bangsa ini tidak boleh tertinggal terus, dan semangat takbir harus menjiwai kita selalu. Tidak ada kata lelah dalam perjuangan, tidak ada puas dalam berupaya, keberhasilan hanya pengantar kearah keberhasilan yang lebih baik lagi. Takbir adalah motovasi besar dalam kehidupan kita, sebagai umat muslimin.
Dalam jumlah kalimat takbir, terdapat kalimat,

لا اله الا الله وحده صدق وعده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده

Tidak ada Tuhan selain Allah, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak bisa diumpamakan dengan apapun. Allah yang maha menepati janji-Nya, Allah yang maha menolong hamba-Nya. Jika bukan karena kebesaran Allah, berat rasanya berjuang di bulan Ramadan, melawan yang tidak nyata, tidak kelihatan, itulah puasa, lebih berat dari pada mengangkat senjata melawan musuh di medan pertempuran. Jika Rasulullah di bulan Ramadan menang perang badar, maka itu harus menjadi sumber motivasi kita sebagai umat muslimin. Dengan kalimat takbir, dengan keagungan Allah, bangsa Indonesia harus bangkit, bangsa Indonesia harus lebih maju.

ليس العيد في لبس جديد و لكن العيد بطاعة يزيد

Idul Fitri bukan pakaian baru, Idul Fitri adalah ketaatan yang meningkat, yang telah ditempa, dididik, dan dibina oleh Ramadan.
Jadi jika waktu Ramdan semangat membaca Quran, seusai Ramadan sayonara, itu artinya latihan tidak berhasil, tidak sukses. Ramadan rajin ke masjid, berlalu Ramadan bermalas-malasan, itu berarti ketidakberhasilan. Masjid kembali senyap, padahal dalam Islam, masjid alah pusat segala macam kegiatan umat. Para hadirin bisa mencek sejarah, tatkala hijarah ke Madinah, Rasulullah membangun masjid. Sesampai di Madinah, beliau tidak sibuk mencari rumah dinas, tapi pertama beliau sibuk mencari lokasi dimana membangun masjid, beliau sibuk memakmurkan masjid. Peristiwa besar Isra dan Mi’raj, dimulai dari masjid ke masjid. Ini adalah indikasi bahwa masjid adalah pusat kegiatan dan kejayaan umat. Umat Islam dengan masjid, seperti air dengan ikan, tidak boleh terpisah. Apakah ada ikan yang tidak betah di air? Jika umat sudah menjahui masjid, jiawanya akan mati, dan disitulah ada bangkai berjalan, jasadnya masih hidup tapi gersang dari nilai-nilai agama yang luhur.
Puasa bukan berarti menghilangkan nafsu, namun mengendalikan nafsu. Karena manusia tanpa nafsu bukan manusia namanya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر, الله أكبر الله أكبر الله أكبر, لاإله الله والله أكبر, الله أكبر ولله الحمد.

Hadirin sidang jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Di akhir khutbah ini, mari kita memohon kepada Allah, agar kita digolongkan sebagai hambaNya yang berhak mendapatkan kemenangan di hari raya Idul Fitri ini, indikasinya adalah kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan selama Ramadan, akan terus berlanjut meskipun Ramadan telah usai.

وإني داع فأمنوا :
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات, والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات. اللهم افتح لنا فتحا مبينا, واهدنا صراطا مستقيما, وانصرنا نصرا عزيزاً, وأتم علينا نعمتك, وانشر علينا رحمتك, وأنزل في قلوبنا سكينتك. اللهم تقبلنا في جندك الصادقين, وحزبك الغالبين, وأدخلنا برحمتك في عبادك الصالحين. اللهم أعل بنا كلمة الإسلام, وارفع بنا راية القرآن, واجعل كلمة المسلمين هي العليا, واجعل كلمة أعدائهم هي السفلى. اللهم لا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين ولا أقل من ذلك. اللهم أهلّ هلال هذا العيد علينا بالأمن والإيمان, والسلامة والإسلام, والتوفيق لما تحب وترضى. اللهم تقبل صيامنا, وقيامنا, وصالح أعمالنا, وأخرجنا من هذا الموسم برحمة ومغفرة وعتق من النار.
اللهم اجعل بلدنا اندونيسيا هذا بلدا آمنا مطمئنا وسائر بلاد المسلمين. اللهم وحد كلمة الإندونيسيين, اللهم اجمع كلمة الإندونيسيين على الهدى وقلوبهم على التقى ونفوسهم على المحبة وعزائمهم على عمل الخير وخير العمل. اللهم انصر اخوتنا في فلسطين و في عراق و في سوريا وفي كل مكان يا رب العالمين.
{.. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [آل عمران : 147], "ربنا اغفر لنا ولوالدينا وللمؤمنين يوم يقوم الحساب", {.. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا} [الفرقان : 74], {رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر : 10].
عباد الله : {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ} [النحل : 90].
وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه, والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.




1 Comments

  1. ayo bergabung dengan saya di (D(E(W-A)P)K)
    menangkan uang jutaan rupiah dengan menguji keberuntungan kalian
    hanya dengan minimal deposit 10.000
    untuk info lebih jelas segera di add saja Whatshapp : +8558778142
    ditunggu lohhh add nya... terima kasih waktu nya ^-^

    ReplyDelete