Allah, Swt., Menjanjikan Kehidupan yang Baik untuk Pelaku Kebajikan


Jumat, 4 September 2020 | 17:05

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Allah, Swt., Menjanjikan Kehidupan yang Baik untuk Pelaku Kebajikan

Vokal Berdakwah,  Kabupaten Boyolali – Ibnu Al-Qayyim menjelaskan makna kehidupanyang baik ialah kehidupan hati, kebahagiaan, kegembiraan dan kesenangan dalam beriman kepada Allah, Swt., dengan jalan mengenal, mencintai, kembali dan bertawakal kepadaNya. Sehingga tidak ada keindahan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan hidup di atas ketaatan kepadaNya.

Kehidupan yang baik bukanlah kesenangan di meja makan,tidak pula kesenangan mengendarai mobil mewah dan mengenakan baju branded, atau kesenengan tinggal di rumah besar dan luas. Namun sebaliknya, kehidupan yang baik itu ialah hidup dengan ketaatan kepada Allah, Swt., Tuhan yang Maha Esa dengan segala kemuliaan bagiNya.

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl Ayat 97)

Janji Allah, Swt., kepada siapa saja yang taat kepadaNya dan berbuat kebajikan, maka disediakan baginya kehidupan yang baik. Para ulama berbeda pendapat mengenai tafsir kehidupan yang baik dalam ayat ini.

Orang yang beriman adalah orang yang paling banyak mendapat ujian dalam hidup. Dikatakan, bahwa kehidupan yang baik terwujud dengan kegembiraan hati, hidupnya jiwa dan rasa kepuasan dan ketenangan, serta jauh dari kesedihan, rasa sakit hati dan kemiskinan.

Para ahlu takwil berbeda pendapat tentang maksud bahwa Allah akan berikan kepadanya kehidupan yang baik. Sebagian dari mereka berpendapat  berikan kepadanya kehidupan yang baik artinya Dia akan menghidupkan mereka di dunia ini selama mereka hidup di dalamnya dengan rezeki yang halal.

Dalam tafsir Al-Ṭabari dijelaskan, Ibnu Waki' mengatakan kepada kami, dia berkata: bapaku memuji, atas otoritas Sufyan, atas otoritas Ismail bin Sami ', atas otoritas Abi al-Rabi', atas otoritas Ibnu Abbas (maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik), dia berkata: Mata pencaharian atau rezeki yang baik di dunia ini.

Sedang yang lain berpendapat (maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik), bahwa Allah, Swt., akan memberi rezeki kepadanya sikap qanā'ah atau hidup dengan qanā'ah (puas dan merasa cukup dengan pemberian Allah, Swt.). 

Ada juga yang menafsirkan dengan kehidupan yang baik itu ialah hidup dalam kondisi beriman kepada Allah, Swt., yang disertai dengan perbuatan taat kepadaNya. Tak hanya itu, hingga pendapat yang bahwa yang dimaksud dengan (maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik), ialah kehidupan di surga. 

Dari berbagai macam ulasan para ulama yang penulis pilih adalah bahwa hidup yang baik itu ialah qanā'ah atau merasa cukup, sehingga seorang Mukmin merasa cukup dan puas dengan takdir Allah, Swt., Tuhan Yang Maha Esa, juga dengan hikmahNya saat Allah, Swt., membalik nasibnya dan ia tidak marah, serta tidak bercampur aduk oleh perasaan sedih dan duka, dan tidak binasa oleh kegundahan hidup seiring terus berusaha menjalankan segenap perintah dan laranganNya dengan penuh keikhlasan dan mengharap ridaNya.


0 Comments