Apakah Cinta Itu Haram?


Apakah Cinta Itu Haram?
Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Google pic.

Vokalberdakwah, —  Cinta memiliki makna yang mulia, dan Islam datang dan mengajak dengan cinta. Allah, Swt., berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَشَدُّ حُبًّا لِّـلّٰهِ ۗ 

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah." (QS. Al-Baqarah : 165)

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْـنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَآ ئِمٍ ۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. Al-Ma'idah : 54)

Dari Abu Hurairah, Ra., berkata, Rasulullah, Saw., bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلالِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلا ظِلِّي

“Sesungguhnya Alloh berfirman pada hari kiamat: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku?” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah, Ra., berkata, Rasulullah, Saw., bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَفَلا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Demi yang jiwaku berada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk Surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya beritahu tentang suatu perkara, yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Dari Mu’az Ibn Jabal. Ra., bahwasanya Nabi, Saw., bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلالِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ، يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ

“Allah, Azza wa Jalla., berfirman: “Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi)

Dari Mu’az Ibn Jabal. Ra., bahwasanya Nabi, Saw., bersabda:

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ، وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ

“Allah, Tabaaraka wa ta’aalaa., berfirman, Kecintaan-Ku akan didapat oleh orang-orang yang saling mencintai dan saling (menemani) duduk karena Aku, saling berkunjung karena Aku, serta saling memberi karena Aku.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’)

Dari Ibu ‘Abbaas, Ra., bahwasanya Nabi, Saw., bersabda:

أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي

“Cintailah Allah kerena nikmat-nikmat yang di anugerahkan-Nya, cintailah aku karena kecintaan kepada Allah dan cintailah Ahlul-baitku (keluargaku) karena kecintaamu kepadaku.” (HR. Al-Tirmidzi, dan dishahihkan Al-Hakim)

Seorang Muslim penuh kasih sayang kepada setiap cintaan Allah, Swt., demikian juga ia melihat keindahan dimanapun ia berada,  ia senantiasa bergerak menebar cinta dimana saja. Karena sejatinya seorang Muslim adalah menjadi agen-agen rahmat bagi seluruh umat manusia, ia berbuat baik kepada manusia, bersikap lemah lembut kepada mereka,  berharap kebaikan untuk mereka.

Allah, Swt., mensifati Nabi Muhammad,  Saw., sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah, Swt., juga memuji Nabi, Saw., sebagai yang berada di atas budi perketi yang Agung.

Allah, Swt., berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya : 107)


وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam : 4)

Dalam kondisi apapun cinta tidaklah haram, kecuali cinta yang telah bercampur antara makna yang suci nan tinggi, dengan cinta yang terjadi di antara dua jenis dari hubungan yang haram, yang tunduk pada syahwat, terengah-engah di belakang kenikmatan jasadi, tercebur pada kobangan keharaman dengan sampul atau alasan  atas nama cinta.Ini adalah kezaliman atas makna cinta yang mulia, dimana atas nama cinta langit dan bumi tegak.

Allah, Swt., berfirman:

 فَقَالَ لَهَا وَلِلْاَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا اَوْ كَرْهًا ۗ قَالَتَاۤ اَتَيْنَا طَآئِعِيْنَ

"Lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. Keduanya menjawab, Kami datang dengan patuh." (QS. Fussilat : 11)

Allah, Swt., telah menjadikan perkawinan sebagai sebuah pintu halal untuk hubungan dan cinta di antara dua jenis. Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari perkara cinta di antara dua jenis, maka lebih utama disembunyikan jika ia tidak mampu menikah dengan orang yang ia cintai. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis Nabi, Saw., yang berbunyi:

مَنْ عَشِقَ فَعَفَّ فَكَتَمَ فَمَاتَ مَاتَ شَهِيدًا

“Orang yang merindu, namun mengekang diri dan menyembunyikan rasa cinta dan rindunya, itu tergolong sebagai mati syahid.” Diutarakan oleh Al-Khahiib Al-Bughdaadii dan selainya, diperkuat oleh Al-Haafiz Al-Sayyid Ahmad Ibn Al-Shiddiiq Al-Ghamaarii dalam sebuah risalah yang berjudul "Dar-u al-dha'fi 'an hadīs man 'asyiqa fa 'affa."




0 Comments