Islam dan Persoalan Pangan : Pentingnya Pangan bagi Tubuh Manusia


Minggu, 26 Juli 2020 | 07:25

Written by Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Muh. Thoriq Aziz Kusuma.

Perantara Nasional, Kota Surakarta –  Pentingnya pangan atau makanan, seperti semua jenis daging, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan, semuanya berasal dari fakta bahwa makanan-makanan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia untuk menghasilkan energi, serta untuk melakukan pembangunan, pertumbuhan fisik, reproduksi dan pemeliharaana jaringan yang rusak. Ketidakmampuan tubuh manusia untuk memproduksi nutrisi atau ketidakmampuannya untuk memproduksi nutrisi dalam jumlah yang cukup, bisa berdampak pada gangguan atau hampatan pada pembangunan, pertumbuhan fisik, reproduksi dan pemeliharaana jaringan atau sel-sel yang rusak. Maka perlu bagi manusia untuk mendapatkan nutrisi melalui mengkomsumsi makanan yang baik dan bermanfaat untuk tubuh.

Nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dibagi menjadi enam kelompok utama: air, gula (karbohidrat), protein, lemak, vitamin, dan mineral. Berikut adalah ringkasan singkat tentang nutrisi ini dan pentingnya enam kelompok utama ini untuk kesehatan dan keselamatan manusia:

(1) Air:

Merupakan unsur nutrisi yang diperlukan untuk tubuh manusia yang memiliki banyak fungsi vital dan merupakan andalan kehidupan dan kelangsungan hidup mereka. Air adalah persentase yang tinggi dari komposisi sel dan jaringan hidup, dan merupakan salah satu penting penghasil makanan Nasserite dan sangat berarti untuk semua proses representasi makanan dan produksi energi. Maka oleh karenanya harus dikonsumsi terus menerus, di mana manusia dewasa membutuhkan sekitar 3-4 liter air setiap hari.

(2) Gula (karbohidrat):

Adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen, dan terbagi menjadi beberapa jenis melihat pada ketersediaannya dalam banyak jenis makanan. Pentingnya gula, khususnya yang larut, yang menjadi sumber energi utama dalam makanan manusia, dan banyak terdapat pada hewan pemamah biak.

Sementara karbohidrat yang tidak larut, yang dikenal sebagai serat makanan, adalah sumber energi utama pada ruminansia dan herbivora, ini juga memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan dan vitalitas manusia dalam mencegah timbulnya konstipasi, penyakit usus dan kanker usus besar.

(3) Lemak:

Adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, serta kepentingannya pada penyediaan energi panas bagi tubuh yang dua kali lipat dari energi yang diambil dari gula. Pentingnya lemak juga terletak pada fakta bahwa ia mengandung asam lemak yang dibutuhkan dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh, yang digunakan dalam membangun dan mensintesis sel. Lemak juga mengandung vitamin yang larut dalam lemak, yang berperan dalam membangun jaringan tubuh seperti jaringan mata dan tulang, dan dalam menjaga kesegaran dan kekencangan kulit.

(4) Protein:

Adalah senyawa organik besar yang terdiri dari bahan pembangun nitrogen yang dikenal sebagai "asam amino", dan protein mengandung nitrogen yang membedakannya dari karbohidrat dan lemak. Protein memiliki peran penting dan mendasar dalam membangun dan memelihara jaringan, dan memulihkan jaringan yang rusak. Protein juga digunakan untuk menghasilkan energi jika terjadi kekurangan karbohidrat dalam makanan dan ketika ada protein berlebih yang melebihi baik untuk kebutuhan tubuh untuk konstruksi dan pemeliharaan.

(5) vitamin:

Sekelompok senyawa organik kompleks dalam komposisinya, yang dibutuhkan tubuh manusia dalam jumlah yang relatif kecil, yang diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan tubuh dan mencegah penyakit. Ini dibagi menjadi dua kelompok besar: vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.

(6) Elemen logam:

Ini merupakan 4% dari berat manusia, dan tubuh membutuhkan beberapa elemen dalam jumlah yang relatif besar dan disebut elemen utama, dan tubuh membutuhkan beberapa di antaranya, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil dan disebut elemen yang lebih kecil atau jejak. Unsur mineral memainkan peran penting dalam merangsang reaksi vital di dalam tubuh, untuk mengatur cairan tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa di dalamnya.

Sejak Allah, Swt., menciptakan manusia dan menganugerahinya kemampuan untuk mencari dan bertebaran di muka bumi, manusia bekerja dengan rajin untuk mendapatkan makanan untuk keberlangsungan hidupnya, untuk bertahan hidup dan memelihara dirinya sendiri. Kebutuhan manusia akan makanan merupakan kebutuhan fitrah yang mesti dipenuhi. Inilah yang dikonfirmasi oleh bapaknya manusia, Nabi Adam, As., dan istrinya. Ketika naluri fitrah dan keinginan untuk makan membuat mereka melupakan perintah Tuhan dan jatuh ke dalam ketidaktaatan.


Sejak Allah, Swt., menciptakan manusia dan menganugerahinya kemampuan untuk mencari dan bertebaran di muka bumi, manusia bekerja dengan rajin untuk mendapatkan makanan untuk keberlangsungan hidupnya, untuk bertahan hidup dan memelihara dirinya sendiri. Kebutuhan manusia akan makanan merupakan kebutuhan fitrah yang mesti dipenuhi. Inilah yang dikonfirmasi oleh bapaknya manusia, Nabi Adam, As., dan istrinya. Ketika naluri fitrah dan keinginan untuk makan membuat mereka melupakan perintah Tuhan dan jatuh ke dalam ketidaktaatan.

وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (QS. Thaha, ayat 115)

Barangkali inilah hubungan makanan dengan rangsangan pertama dalam sejarah umat manusia jelas menunjukkan pentingnya makanan dalam kehidupan seseorang dan pengaruhnya terhadap perilaku dan tindak-tanduk seseorang.

Barangkali inilah hubungan makanan dengan rangsangan pertama dalam sejarah umat manusia jelas menunjukkan pentingnya makanan dalam kehidupan seseorang dan pengaruhnya terhadap perilaku dan tindak-tanduk seseorang.

Sebuah kenyataan yang tak bisa diingkari bahwa dalam hidup manusia butuh makan, yang dimakan adalah hasil usaha tanam, perternakan dan pemeliharaan. Ketersediaan makanan sangat diperlukan untuk stabilitas dan pemukiman. Dengan demikian pertanian khusunya, telah menjadi peran penting dalam pengembangan dan stabilitas kehidupan manusia serta dalam pembentukan masyarakat dan pengembangan peradaban.

Dengan perkembangan kehidupan manusia dan kemanjuan peradaban, minat manusia dalam pertanian dan produksi makanan yang beraneka ragam (hewan dan tumbuhan) terus meningkat, sehingga ilmu pertanian, nutrisi dan makanan menjadi ilmu paling menonjol di era modern.

Sejatinya Islam telah mendahului semua bangsa, Islam mendesak umatnya untuk rajin bekerja dan berkultivasi, dan Islam menuntut agar umat  dengan sungguh-sungguh dan rajin mencari mata pencaharian dan mencari yang baik dan tidak berlebihan dalam membelanjakan serta jauh dari perbuatan isrāf dan tabżīr.

Sejatinya dalam banyak ayat Al-Quran dan Hadis Nabi menyebutkan bahwa  perhatian Islam selalu fokus menstimulasi umatnya untuk rajin bekerja. Karena Islam memandang rajin bekerja merupakan akhlak yang sangat mulia. Firman Allah, Swt.,

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Taubah, Ayat 105)

Ayat ini mensyariatkan kepada umat Islam untuk beramal atau bekerja, dan melarang keras mereka untuk menganggur. Umat Islam harus berusaha bekerja dan lebih mulia lagi menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang membutuhkan pekerjaan. Selain itu ayat tersebut menuturkan kepada kita, bahwa selain diri kita sendiri ada tiga yang lain yang melihat, memperhatikan dan menghargai amal perbuatan dan pekerjaan kita. Pertama yaitu Allah, Swt., Dialah Sang Khalik yang akan menetapkan balasan yang pantas untuk kita terima baik di dunia maupun di akherat kelak, dari amal pekerjaan kita.  Yang kedua adalah Rasulullah, Saw., beliau juga akan menilai dan menghargai amal perbuatan kita yang nantinya juga turut bersaksi di hadapan Allah, Swt. Dan yang ketiga ialah orang-orang beriman yang akan menilai dan menghargai pekerjaan kita sehingga akan memberikan upah dan bayaran yang sesuai dengan pekerjaan kita di dunia ini serta turut bersaksi terhadap amal ibadah dan pekerjaan kita di hadapan Allah, Swt., kalak di akherat.

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk, Ayat 15)

Muatan yang terkandung dalam ayat diatas ialah perintah yang tegas dari Allah, Swt., kepada manusia untuk mencari rizeki, dan berusaha mendapatkan rizeki dengan jalan bekerja tanpa berleha-leha. Karena sesungguhnya Alla, Swt.,  menjadikan bumi itu mudah diatur untuk manusia, supaya manusia berusaha bekerja dan bergerak demi mendapatkan rezeki.

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu'ah, Ayat 10)

Secara eksplisit ayat di atas memberikan lampu hijau kepada manusia untuk mengadakan jual-beli dan perdagangan setelah usai melaksanakan salat Jumu'ah, dengan tujuan supaya manusia mendapat profit, margin, nilai manfaat atau keuntungan, serta supaya manusia memperoleh karunia Allah dengan jalan bergerak, giat bekerja keras, berkarya dan dengan melalukan dari kegiatan perdagangan.

Islam sangat menghormati sekali kepada siapa yang mau bekerja, bahkan Islam amat sangat menghormati perilaku bekerja (tindakan dan sikap bekerja). Dalam sebuah Hadist, Nabi, Swt., bersabda:

إِن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

“Jika tegak hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas. Maka jika ia mampu sebelum tegak hari kiamat untuk menanamnya, maka tanamlah.” (HR Al-Bukhari di Al-Adab Al-Mufrad)

Menurut pembacaan guru saya yang mulia, Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Eks Presiden Persatuan Internasional Ulama Muslim, Hadis tersebut menceritakan bahwa jika kiamat akan tegak dan di tangan salah seorang dari kita ada sebuah tunas (batang kayu bakal tumbuhan), bahwa jika ia mampu untuk memanaamnya, maka menurut perintah tersurat dari Hadis ini, tanamlah! Padahal kiamat akan tegak, dan secara logika siapa yang akan merawat bakal tumbuhan tersebut, siapa yang akan mengairinya, dan meskipun akan berbuah, siapa yang akan memetik hasilnya? Kiamat akan tegak atau terjadi. Hadis ini berisi penghormatan terhadap perbuatan atau tindakan bekerja (menanam), takrīm al-'amal liżāti al-'amal.

Mari kita kupas poin-poin mendalam yang dapat kita petik dari hadist ini, antara lain:
a. Dorongan kepada seorang muslim untuk mengunakan momentum sampai titik darah penghabisan dalam hidupnya untuk bekerja dan beramal shaleh.
b. Seorang muslim tidak boleh berhenti bekerja dan berbuat kebajikan sampai akhir hajatnya.
c. Seorang muslim harus bergerak, berkarya, produktif dan bernilai guna tinggi bagi diri dan masyarakatnya.
d. Seorang muslim harus benar-benar memperhatikan waktunya dan mengisinya untuk bekerja dan beramal kebajikan.
e. Seorang muslim harus selalu memancarkan aura positif, berikap optimis dan penuh cita-cita.
f. Agama kita menyuru untuk bekerja keras, membanting tulang, dan berusaha untuk menggapai tangga-tangga keberhasilan, dan melarang kita untuk berleha-leha, bersikap lemah dan malas.

Bekerja untuk kepentingan dunia merupakan tuntutan agama, sebagaimana bekerja untuk kepentingan akherat. Hal yang paling penting ialah ketepatan niat dan tujuan. Sabda Nabi, Saw., :

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (Muttafaq 'Alaih)

Islam yang kita senandungkan adalah Islam yang mengindahkan kegiatan pembangunan, bekerja dan berkarya unggul. Bukan islam yang terlena dengan pertikaian dan perdebatan yang tiada henti. Karena sesungguhnya jika Allah menghendaki kejelekan kepada sebuah bangsa atau kaum, maka Allah sibukkan bangsa atau kaum tersebut dengan perdebatan yang tiada henti dan menghalangi mereka dari bekerja dan berkarya unggul. Mari semangat bekerja kawanku semua.

0 Comments