Selasa, 9 Februari 2021 | 07:15
Oleh Thoriq Aziz, S. Pd., Lc., [Dai dan Praktisi Media Dakwah Solo Raya]
"Namun sebagai bahan kritik, penulis hadirkan juga sebuah masukan. Jangan sampai bias atau afiliasi platform media itu memenangi semua konten berita, sehingga melupakan masalah utama saat ini, yakni soal persatuan sebagai bangsa, masalah Corona dan pemulihan ekonomi nasional."
Thoriq Aziz, S. Pd., Lc., Dai dan Praktisi Media Dakwah Solo Raya (paling kanan). |
Vokal Berdakwah, Kota Surakarta – Stimulus dan peran besar yang dimainkan pers dengan segala cara dalam menyampaikan berita terkait virus Corona secara cepat dan akurat kepada warga merupakan salah satu dimesi positif terpenting saat ini. Hal ini tentu juga mengurai rumor tentang berkurangnya kepercayaan publik pada sebagian media-media.
Namun perlu diakui bahwa saat ini media masih memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat, terutama pada saat masa-masa krisis kesehatan ini.
Sesunggunya secara jujur, sportif dan terbuka, dalam krisis Corona ini, pers memainkan peran pentingnya untuk menginformasikan perkembangan situasi kesehatan nasional terkini kepada masyarakat. Dalam hal ini, harus diakui media resmi dan informal tidak memiliki kepentingan khusus atau agenda politik, melainkan untuk kepentingannya bekerja dalam mentransmisikan perkembangan kepada warga dengan transparansi penuh, akurasi dan kecepatan agar tidak memberikan kesempatan untuk menyebarkan rumor dan berita palsu.
Saat ini, baik media resmi dan tidak resmi telah memainkan peran yang cukup signifikan dalam mendidik masyarakat untuk menghadapi virus Corona.
Kesadaran akan stimulus dan peran pers selama krisis Corona ini perlu mendapatkan apresiasi juga, khususnya dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Bagaimanapun pers dan para insan media telah berperan jujur dalam penyebaran informasi terkait Corona secara cepat, akurat dan untuk tujuan keamanan nasional.
Oleh sebab itu, apresiasi dan perhatian pemerintah untuk tantangan yang dihadapi pers juga sangat diharapkan. Karena bagaimanapun pers merupakan pilar demokrasi dan mitra strategis dalam memajukan bangsa dan negara, dan saat ini pers juga menjadi teman sejawat semua pihak untuk terbebas dari wabah Corona.
Namun sebagai bahan kritik, penulis hadirkan juga sebuah masukan. Jangan sampai bias atau afiliasi platform media itu memenangi semua konten berita, sehingga melupakan masalah utama saat ini, yakni soal persatuan sebagai bangsa, masalah Corona dan pemulihan ekonomi nasional.
Platform media sebagai salah satu senjata paling penting untuk mengkonfrontasi pada maslah Corona ini, pada khususnya. Pers media memobilisasi kemampuannya dan pikiran orang-orang yang bertanggung jawab atasnya dan keterampilan mereka di berbagai lokasi geografis dan profesional mereka, baik sebagai penyiar, reporter, lawan bicara, penulis, dan lain-lain, untuk merangsang kesadaran opini publik, mencerahkan pikiran, dan berkontribusi pada pengembangan keterampilan manusia dan memberinya sarana untuk menghadapi tantangan alam dan tantangan yang ditimbulkan oleh proses dan perkembangan epidemi.
Perihal di atas, tentang platform media, media harus mendayagunakan pontensi dan pandangan dari setiap orang untuk memberikan pandangan dan solusi terkait Corona ini, baik dari kalangan spesialis, ilmuwan, politisi, pemikir, dan analis.
Cakupan luas program kerja media dalam usaha penyadaran dan dan memberikan nasehat langsung agar terhindar dari bencana Corona merupakan kontribusi nyata pada tingkat yang sangat tinggi saat ini.
Mungkinkah publik menyadari tentang bahaya virus Corona pada kehidupan mereka dan entitas publik itu jika bukan karena media? Siapa yang tahu bahwa karantina di rumah, misalnya, adalah salah satu cara terpenting untuk mencegah infeksi? Orang-orang di muka seluruh dunia ini, mengetahui bahwa sejumlah negara mampu melewati ancaman virus karena mengikuti langkah-langkah tertentu yang membantu mereka membatasi penyebarannya dan mengurangi jumlah penularan jika bukan karena media? Bagaimana mungkin orang di tempat mana pun di dunia ini dapat mengetahui kesulitan ekonomi yang diharapi oleh setiap individu, kelompok, atau negara sebagai akibat dari epidemi ini serta kondisi siklus kehidupan ekonomi seluruh dunia di masa dan pasca Corona jika bukan karena media? Hal ini dibuktikan bahwa stimulus dan peran pers di masa Corona ini sangatlah penting.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, jelas membuktikan banwa liputan-liputan mesin media yang tak henti-hentinya beredar di ranah fungsinya serta peran informasi dan kesadarannya selama krisis global Corona, dan peran kepemimpinannya secara tegas telah menggiring opini publik, memberikan semangat, nasehat dan bimbingan, serta menyemarakkan budaya al-ta'āwun atau saling tolong menolong dan saling peduli antara individu masyaraat. Ini merupakan inkubator politik dan sosial yang berkembang.
Selain mempertimbangkan model peliputan yang menitikberatkan pada kecepatan, ketepatan dan kelengkapan berita dalam analisis, juga semestinya media pers menghadirkan dimensi etika yang bersumber dari pengertian, tugas dan tanggung jawab publik terhadap liputan publik tersebut. Artinya pemberitaan pelonggaran dan keluar dari krisis itu tidak berarti mengalahkan Coron. Bahwa pelonggaran pembatasan tidak berarti berbebas diri, tetapi pelonggaran ini bertujuan untuk mendukung sektor-sektor vital. Tanggung jawab individu untuk melawan virus bagian dari sistem negara dalam memerangi virus dan instruksi lain yang telah menjadi elemen konstan dari bentuk dan isi outlet media.
Sambil membersamai umat manusia dalam menghadapi bahaya Corona yang terjadi, media pers mampu berinvestasi dalam cobaan berat ini dengan mengkonsolidasikan perannya sebagai platform untuk melayani manusia, menumbuhkan kesadaran dan sikap saling tolong menolong atau saling peduli antar individu masyarakat. Ini mungkin adalah kesempatan untuk mereposisi kedudukan media di mata masyarakat serta mencurahkan etika profesional tambahan yang menetapkan prinsip interaksi dan pengaruh antara media dan penerima berdasarkan kepercayaan dan rasa saling berbagi tanggungjawab. Wa Allāhu a'lam wa a'lā.
0 Comments