Bagaimana Menggapai Cinta Yang Tak Pernah Bertepi?

Saya dan Muhammad, teman saya dari Riau di Doha, Qatar 2015.

Sebuah fakta hidup dalam kehidupan manusia bahwa Allah telah memberikan dalam diri manusia itu sebuah hati. Dalam hati ada sejuta rasa termasuk rasa cinta. Kita sebagai manusia tentu boleh cinta kepada pangkat dan jabatan, itu wajar. Kita boleh cinta kepada harta kekayaan, itu wajar. Kita boleh cinta family, teman, kerabat, sahabat, itu wajar. Kita boleh cinta kepada kekasih hati kita, itu juga wajar. Bahkan kita cinta kepada bangsa dan tanah air, itu bagian dari pada iman. Islam mempersilahkan hal itu. Karena itu manusiawi dan agama tidak melarang.

Cinta kita akan dilarang oleh agama, jikalau cinta kita kepada alam dan seluruh isinya mengalahkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu agama islam menginstruksikan kepada kaum muslim untuk mencintai keluarga, harta, pangkat jabatan, kekasih hati dan lain-lain selama cinta tersebut tidak mengalahkan cinta meraka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pertanyaannya sekarang, kenapa islam menginstruksikan seperti itu kepada pemeluknya? Karena memang sudah nyata terang-benerang, bahwa cinta kepada alam dan isinya pasti ada batasnya. Kepada sesuatu yang kita sudah benar-benar yakin pasti ada batasnya itu, maka jangan seluruh cinta kita, kita kirim semua ke sana semua.

Kepada Allah dan Rasul-Nya kita tidak akan pernah pisah selamanya. Ke arah sinilah kita memperbanyak rasa cinta kita. Sehingga jika sudah terlalu, artinya sudah  terlalu cinta kepada harta, terlalu cinta kepada seseorang, terlalu cinta kepada kekasih, terlalu cinta kepada pangkat dan jabatan, akan menjerumuskan kita untuk menghalalkan segala cara. Dan prakarta semacam ini jelas-jelas tertolak oleh islam. Saya mengutip perkataan guru saya Syeikh Yusuf Al-Qardhawi :

ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻳﺮﻓﺾ ﻣﺒﺪﺃ " ﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﺗﺒﺮﺭ ﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ " ، ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺇﻻ ﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﻈﻴﻔﺔ ﻟﻠﻐﺎﻳﺔ ﺍﻟﺸﺮﻳﻔﺔ، ﻓﻼﺑﺪ ﻣﻦ ﺷﺮﻑ ﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﻭﻃﻬﺎﺭﺓ ﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ

Artinya : Islam menolak kaidah "tujuan memperbolehkan segala cara,"  tidak diterima kecuali cara yang bersih untuk tujuan yang mulia. Mau tidak mau (doktrin islam mengajarkan) keagungan tujuan dan jujur-bersih dalam segala model cara.

Pertanyaan besarnya adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itu bagaimana? Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itu artinya tidak lain adalah cinta kepada islam. Cinta kepada islam itu pengertianya adalah kesiapan hidup untuk mengikuti aturan islam, serta siap berjuang dan rela berkorban untuk kepentingan islam.

Artinya tanpa kesiapan hidup mengikuti aturan islam, tanpa kesiapan dan kesediaan berjuang dan berkorban untuk islam tak ada gunanya bicara tentang cinta kepada islam. Tanpa cinta kepada islam, jangan bicara cinta kepada Allah.

Ya cinta kepada Allah, ialah cinta yang tak bertepi. Cinta kepada Allah mengandung arti sikap totalitas seorang hamba (muslim) dalam menjalankan syariat dan aturan islam di atas segalanya.

Sehingga andai kata kita sudah berhasil menggapai cinta kepada Allah secara utuh, maka tidak ada lagi beban kemalangan, kesusahan dan penderitaan di muka bumi ini. Lantaran komitmen kita menjalankan ajaran syariat dalam mengarunggi samudera kehidupan ini sudah betul-betul bersandarkan pada kecintaan kepada Allah, sehingga apapun yang terjadi, kita sudah berserah diri secara total kepada Allah.

0 Comments