Suratku Untuk Teman-Teman PPMI Mesir

Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (MPA PPMI) di Mesir 2016-2017, Muh. Thoriq Aziz Kusuma.


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

“Suratku untuk yang saya hormati teman-teman PPMI, 

Saya pribadi sebagai bagian dari MPA PPMI, bagian dari Masisir yang bergerak dan berjalan. Saya mendengar di tempat makan, di Halte Bus, di jalan, di tempat kongkow-kongkow, di tempat peribadatan, ramai orang berkisah tentang gaya dan dinamika kepemimpinan PPMI kita serta kejadian akhir-akhir ini. Semisal pelajar WNI yang dideportasi, problem visa kolektif, lapor pendidikan, gaya komunikasi dan dinamika kepemimpinan PPMI yang dihadirkan selama ini.

Oleh karena itu, sekali lagi tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada teman-teman PPMI, baik itu Presiden dan Wakil Presiden PPMI, BPA PPMI, MPA PPMI maupun Wihdah PPMI. Secara deduktif saya utarakan lewat gaya tulisan saya terhadap apa yang sudah saya tangkap melalui pendengaran dan pengamatan saya, beberapa poin berikut ini :

1. Perawakan PPMI yang terkesan kurang tanggap, kurang vocal dalam membantu tindak penyelesaian dari berbagai keluh-kesah kawan-kawan Masisir terhadap kejadian akhir-akhir ini.

2. Sebagai wakil Masisir, lidah penyambung aspirasi Masisir dalam menjalankan komunikasi dengan KBRI sepertinya nampak sudah kehilangan gairah kritisnya.

Secara berkepanjangan, terus-menerus menuruti arahan dan masukan dari KBRI tanpa adanya semangat koreksi, kontrol dan pengamatan penuh sekritis dan setajam mungkin.

3. Semangat kerja kolektif yang mulai meremang. Presiden sebagai pemangku, komandan eksekutif tertinggi belum secara maksimal berikhtiar mewujudkan sinergisme kelembagaan di tubuh PPMI.

Logika berpikir yang masuk akal menurut teori dan alur demokrasi yang sehat, BPA/MPA sebagai pengawas dan kekuatan kontrol, tapi sayang tidak memiliki instrumen kelengkapan yang memadai, sehingga fokus kerja kontrol BPA/MPA lemah, dan eksekutif yang mulai berjalan sendiri.

4. Secara garis besar PPMI belum mampu mengagregasi maksud dan aspirasi dari segenap elemen Masisir yang ada. Semisal Forum Dialog Masisir (FDM), FDM itu memang secara garis hirarki kekuasaan, menurut garis kepengurusan-kepemimpinan di susunan kelembagaan PPMI sesungguhnya memang tidak ada. Tetapi kepentingan dan hajat mereka (FDM, red) berimplikasi pada kepentingan dan hajat kita (PPMI, red), karena mereka bagian dari Masisir yang memiliki entitas, integritas dan komunitas. Semisal lagi, ada sebagaian orang meproyeksikan PPMI condong dan dekat dengan segelintir komune kecil, sehingga telinga PPMI hanya diperuntukkan mereka. Sedang yang lain hanya sebatas terdengar, lantas dibiarkan saja.

5. Wajah atau daya pesona kepemimpinan yang dihadirkan PPMI belum masuk kategori good solidarity maker. Kalau policy decision di tubuh PPMI sudah berjalan bagus, atau mungkin sangat bagus. Tetapi seyogyanya sebagai pemangku dan praktisi sebuah kebijakan, selain mampu membuat putusan yang arif dan bijak itu, juga harus berkarakter sopan, rendah hati, merangkul dan pandai menebar senyum ke segenap publik yang ada.

Saya sadar bahwa kodrat dan kemampuan saya hanya sebatas pengamat dan pemberi kritik, my nature is giving criticism. Dan ke bawah saya menghimbau, ke atas saya mengingatkan. Mari kita terus berbenah diri, membangun gaya dan dinamika kepemimpinan yang santun, welcome terhadap kritik, cepat tanggap, solutif, konstruktif, membangun ke depan yang lebih baik. 

Orang Perancis punya ungkapan, du chocs des opinions jaillait la verete, dari benturan berbagai opini akan muncul sebuah kebenaran. Atau from the shock of ideas springs forth light, dari benturan berbagai gagasan akan muncul sinar (kebenaran).

Sekian, terima kasih dan Wassalaamu’alaikum …”

Thoriq Aziz

0 Comments