Kesederhanaan dan Kebaikan Hati Nabi Muhammad S.A.W

Pic.


Suatu ketika Nabi kita Muhammad S.A.W memasuki sebuah rumah milik anak perempuan pamannya di sebelah samping Ka'bah yang bernama Ummu Hani' binti Abi Thalib. Nabi bertanya tentang lauk pauk. Kemudian keluarga Nabi itu menjawab: Kami tidak punya apapun kecuali cuka. Jadi Ummu Hani' ini tidak punya apa-apa kecuali cuka untuk disajikan kepada Rasulullah. Tidak ada ayam yang bisa dipotong untuk menjamu baginda Rasul. Tidak ada daging kambing yang bisa dimasak untuk baginda Rasul. Tidak ada air susu, madu, atau qisythah semacam manisan, untuk mentreatment Nabi SAW. Tidak ada daging sapi untuk dipersembahkan sebagai lauk pauk dihadapkan kepada Nabiyullah Muhammad S.A.W. Kemudian Nabi bersabda :

نِعْمَ الإدَامُ الخَلُّ , نِعْمَ الإدَامُ الخَلُّ

“Sebaik-baik lauk pauk adalah cuka, sebaik-baik lauk pauk adalah cuka.” Dalam sebuah riwayat lain dikatakan :

نِعْمَ الإدَامُ الخَلُّ، اللَّهُمَّ بَارِكْ فى الخَلِّ، فإنه كان إدامَ الأنبياء قبلى، ولَمْ يَفْتَقِر بيتٌ فيه الخَلُّ

 “Sebaik-baik lauk pauk adalah cuka. Semoga barakah Allah ada di cuka ini, karena sesungguhnya makanan atau lauk pauknya para ambiyaullah yang telah mendahuluiku itupun juga cuka, dan rumah yang menghidangkan cuka itu tidak akan miskin.”

Rasulullah yang menjadi pionir waktu itu, menjadi tokoh besar revolusi kemanusian multidimensional, yang membawa masyarakat bangsa arab dan non arab dari masa kegelapan jahiliyah menuju masa yang terang, penuh hidayah dan kejayaan. Nabi yang punya kedudukan paling tinggi di jazirah arab pada waktu itu, makanannya roti seadanya ditambah lauk pauknya adalah cuka. Sebaik-baik lauk pauk adalah cuka. Ini adalah Nabi Muhammad S.A.W pembawa risalah tauhid, dengan segala kesederhanaan dalam hal keduniawian.

Lalu ketika datang kaum beliau yang pernah memusuhi, menyakiti, menghina baginda Rasul dan para sahabat bertahun-tahun lamanya di masjidil haram, kaannama 'ala ru-uusihimuth thoir, seolah-olah ada burung di atas kepala mereka. Sebuah analogi yang mengambarkan bahwa kaum itu diam tidak bergerak, kebingungan tidak tau mau apa.  Nabi bersabda :

يا معشر قريش، ما تظنون أني فاعل بكم؟

“Wahai para pemuka Quraisy, apa yang kalian pikirkan tentang sesuatu yang bakal ku perbuat kepada kalian sekarang?”

Para pemuka Quraisy tadi menjawab :

خيراً أخ كريم وابن أخ كريم

“Engkau Muhammad adalah orang yang pemurah hati yang mulia, dan engkau juga adalah keturunan dari para pemurah hati.”

Para perusak, para penentang dakwah nabi, yang menyiksa para sahabat dan kaum muslimin, sekarang berkata dihadapan Nabi pada saat waktu Fathu Makkah, bahwa engkau Muhammad adalah orang yang pemurah hati yang mulia, dan engkau juga adalah keturunan dari para pemurah hati.

Nabi kemudian mengatakan :

لا تثريب عليكم اليوم يغفر الله لكم وهو أرحم الراحمين ,  اذهبوا فأنتم الطلقاء

“ Tidak ada pencelaan atas kalian semua hari ini, Allah akan mengampuni kalian semua karena Dialah Allah yang paling Maha Pengasih, pergilah kalian, maka kalian semua bebas dan aman.”

Begitu luar biasa dan indahnya akhlak Nabi kita Muhammad S.A.W terhadap orang-orang yang dulunya pernah memusuhinya. Beliau adalah pemaaf, pemurah hati, sederhana, tidak berbuat zalim, tidak pendendam, dan tidak berbuat curang. Dan hati beliau penuh dengan rahmat, hanya takut pada Allah SWT. Tidak kurang dalam sembahnyangnya, dalam sholatnya Nabi kita sangat khusyuk sekali, sampai meneteskan air mata mengalir melewati jenggot beliau, dan selalu menangis. Sehingga 'Aisyah bertanya kepada baginda Rasul: kenapa anda menangis wahai Rasullullah? Sedangkan Allah sudah berfirman kepadamu:

ليغفر لك الله ماتقدم من ذنبك وما تأخر

“ Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” QS. Al Fath : 2

Lantas Nabi mejawab: Wahai ‘Aisyah, bukankah aku ini hamba yang bersyukur.

Saudara pembaca yang budiman, Nabi yang tiap malam menjalankan sholat malam sampai-sampai kaki beliau bengkak. Nabi juga berpuasa di banyak hari, sampai dikatakan Nabi tidak pernah berbuka, atau berbuka hingga dibilang tidak puasa. Karena begitu banyaknya ibadah yang dikerjakan oleh baginda Rasul Muhammad S.A.W. Dan beliaulah yang paling banyak zuhud terhadap silau-kemilau dunia. Sampai-sampai ketika lapar menimpa beliau, beliau mengambil batu diletakkan di perut beliau, karena begitu laparnya. Para sabahat meletakkan satu batu saja, tapi Rasulullah meletakkan di atas perutnya dua batu sekaligus, untuk memeganginya dari kondisi yang sangat lapar. Hingga Allah mengirimkan bekal makanan untuk Nabi. Sebagaimana kata 'Aisyah itu, bahkan Rasulullah tidak makan roti (dari tanaman herbal) selama tiga hari berturut-turut. Beginilah Nabi kita, sangatlah sederhana. Makan apa adanya, gaya hidup beliau tidaklah mewah dan serba wah. Karena bagi Nabi, sesuatu yang bersifat keduniawian (nafsu duniawi) tidaklah ada artinya apa-apa di hadapan Allah SWT. Dunia itu seperti janaaha ba’uudhah atau sayap nyamuk, kecil tidak ada apa-apanya.

Dalam sebuah hadits shahih muslim dikatakan:

أعمار أمتي بين الستين والسبعين وقلّ من يجاوز ذلك

“Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu.” Ketika Umar bin Khattab ra pertama kalinya masuk ke kediaman baginda Rasul Muhammad SAW, dan waktu itu beliau sedang berbaring miring di atas matras atau tikar. Maka ketika Rasulullah bangun dari matrasnya menyambut Umar ra, maka Umar melihat bahwa tikar atau matras tadi meninggalkan bekas di sisi pingang atau pinggul beliau. Lalu Umar melihat-lihat rumah beliau SAW, dan Umar tidak mendapati sesuatu kecuali gandum atau beras berkecambah, serta Umar menemukan kulit hewan sebagai penutup sebelum disamak tergantung di atas dinding. Lalu Umar bin Khattab menangisi Rasulullah SAW. Umar lantas berkata kepada Rasul: Ya Rasul, sunggu Kisra (Raja Persia) dan Kaisar (Raja Romawi) berada dalam kemegahannnya. Sementara engkau adalah utusan Allah. Kenapa engkau tidur diatas tikar dan sesederhana ini, hingga di pinggangmu ada bekas tikar itu?  Lalu Rasulullah bersabda:

أما ترضى أن تكون لهم الدنيا وتكون لنا في الآخرة

“Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?”

Nabi Muhammad adalah sayyidil Khalqi, sayyidil ambiya'. Dalam syai'rnya Ibrahim al-Laqani berkata :

وَأَفْضَلُ الخَلْقِ عَلَى الإطْلاقِ  -   نَبِيّنَا فَمِلْ عَنِ الشقَاقِ

“Sebaik-baik mahluk ciptaaan di dunia dan di akherat dengan kesempurnaan sifat-sifat terpujinya secara multaq adalah Nabi kita Muhammad, maka hindarilah dari perselisihan pendapat”.

Nah penulis katakan bahwa salah satu kewajiban kita yakni meneladani sifat kesederhanaan dan kebaikan hati Nabi SAW. Caranya adalah dengan membaca sejarah-sejarah para nabi dan anbiyaullah, sejarah kaum-kaum terdahulu, membaca dan memahami risalah besar nabi Muhammad S.A.W, dan juga at-ta’aaliim al-ulya dari beliau S.A.W. Rasulullah sudah meninggalkan kita kitab suci Al-Quran yang memberikan jalan kesesuatu yang aqwan, the best, the most wonderful, the most beautiful.  Al-Quran yang berisikan sirah yang bercerita dan mengajarkan tentang  semua kebaikan untuk umat manusia.

Yang jelas dalam mengarungi dunia yang fana ini kita harus tetap berpegang pada tali Allah atau agama Allah. Dan suri tauladan kita adalah para Nabi dan Anbiyaullah, yang selalu mengibarkan bendera tauhid “Laa ilaaha illa Allah” di punggung bumi ini sepanjang sejarah. Atau meminjam istilah Sayyid Qutb adalah marching bandnya  para Nabi dan Anbiyaullah adalah selalu mengibarkan bendera tauhid “Laa ilaaha illa Allah”.

Written by : M. Thoriq Aziz
Kairo, 17 September 2014

0 Comments