Ketua TPQ Al-Huda Pandeyan Suparmoko, memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan agama dan Al-Quran bagi anak usia dini. |
Jatijuruwarta.com, BOYOLALI — Suparmoko yang kini menjadi Ketua TPQ Al-Huda Pandeyan memiliki harapan dan cita-cita bahwa dakwah adalah tanggung jawab bersama, sehingga TPQ AHP mampu berperan dan berkontribusi sebagai benteng Generasi Muslim NKRI.
Berikut ini wawancara Jatijuruwarta.com, bersama Ketua TPQ Al-Huda Pandeyan Suparmoko, Senin (25/11/2019) pagi di Pandeyan.
1. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan nonformal keagamaan Islam, adakah visi-misi khusus TPQ Al-Huda Pandeyan?
Al-Hamdulillāhi rabbil 'ālamīn.
Sebelumnya saya sampaikan kepada Pecinta dan Pembaca media ini, Al-Salāmu 'alaikum wa rahmatullāhi wa barakātuh.
Begini, TPA/Q dapat dimaknai sebagai media ibadah dan dakwah. Sehingga bermakna luas, dan perlu keluasan yang meliputi cakrawala, cara pandangan/visi dari para pelaku dakwah di dalamnya guna membawa gerak lajunya lembaga. Pikiran harus merdeka. Tidak terbelenggu kondisi/keadaan maupun label, yang seringkali menjerat dan mengekang atau minimalnya memetak-metakkan perkembangan lembaga. Oleh karena itu, agar lembaga sehat dan tumbuh berkembang secara normal dan maksimal, harus memiliki kemandirian dalam unsur pokok penopangnya. Sehingga lembaga mampu bergerak sesuai fitrahnya. Namun tetap pada koridor yang ada. Dengan kemandirian insya Allah lembaga akan memiliki posisi bargaining yang kuat, posisi tawar yang tinggi dalam berbagai hal. Sehingga TPA/Q (civitas) akan bermartabat.
Terkait visi TPQ Al-Huda Pandeyan (AHP), yang paling mendasar adalah membangun kesadaran dakwah, membangun umat adalah tanggung jawab bersama. Berangkat dari nilai-nilai adab (agama). Sebagaimana kewajiban kita menyampaikan, sebagaimana petikan awal QS. Ali Imrān/3 : 110.
Dengan implementasi melalui misi: gerakan memberikan pendidikan Generasi Cerdas Qurani; melibatkan seluruh komponen yang ada dalam mencapai gerakan secara konprehensif, dengan membangun sumber daya manusia yang berlandaskan imtaq, berbasis iptek; sehingga dalam perspektif organisasi atau lembaga TPQ AHP memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi:
Membentuk generasi Islam yang cinta dan berpedoman kepada Al-Quran, dalam mewujudkan insan yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah.
Misi:
1. Mengajarkan rasa cinta kepada Allah, Swt., dan RasulNya, dengan menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya.
2. Mengajarkan adab, budi pekerti kepada keluarga, orang lain dan lingkungan.
3. Membekali santri dengan keterampilan membaca, menulis, menghafal Al-Quran sesuai kaidah yang benar, dengan berpadu ilmu-ilmu agama.
4. Mengajarkan kecintaan pada tanah air, sebagai bagian rasa syukur atas nikmat Allah, Swt.
5. Mengajarkan rasa saling menyayangi terhadap sesama.
2. Menurut Bapak, selaku Ketua TPQ Al-Huda Pandeyan dan elemen masyarakat, seberapa pentingnya TPQ untuk masyarakat dan apa manfaatnya?
TPA/Q buat masyarakat, ibarat air yang dibutuhkan setiap tanaman. Sekalipun tanaman kaktus akan tetap akan membutuhkan air.
Kalau saya gambarkan, sebuah “simbiosis pilar pendidikan (3 hal)”: Masyarakat, Keluarga (santri dan orang tua), serta Lembaga. Ketiganya harus saling melengkapi, saling memberikan manfaat, dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga kehadirannya harus selalu sepaket.
Secara umum kebermanfaatan TPA/Q terhadap masyarakat merupakan bagian benteng kedua generasi. Mengapa?
Karena Generasi sekarang harus cukup modal (ilmu agama) untuk menghadapi tantangan jaman yang sangat komplek. Maka, eksistensi TPA/Q sebagai tumpuan, harapan masyarakat. Di saat harapan kepada lembaga formal tidak kesampaian/pupus, atau sulit terwujud. Pendidikan agama di rumah/keluarga kurang mendukung, kondisi lingkungan tidak kondusif, maka TPA/Q-lah sebagai tumpuannya (pada sebagian besar masyarakat kita strata tertentu). Itu realita yang ada saat ini dan harus kita pahami bersama! Dan tidak menutup kemungkinan, hal ini akan terus berlanjut, jika kita acuh, apatis, tidak peduli. Pada kondisi ini pun, kita harus bersyukur bahwa masyarakat masih merasa perlu/butuh agama (Islam), jika dibandingkan yang tidak merasa butuh/perlu. Padahal pada kondisi yang memprihatinkan. Itulah PR kita yang tidak ringan…
Kenyataan ini agak berbanding terbalik yang membuat saya sedih. Pada sisi lain TPA/Q, dipandang sebelah mata. Atau pada kalangan pemangku kepentingan (pemerintah, takmir, dan lainnya) kurang mendapat porsi. Mugkin saja di antaranya pada kerangka label (di atas) tadi yang membatasi. Kalau toh ada, kadang lebih banyak mengkritisi yang tidak produktif, tidak konstruktif. Sehingga hal itu akan menambah beban perjuangan pelaku dakwah TPA/Q, juga tumbuh kembangnya TPA/Q itu sendiri.
Melalui media ini saya mengajak para pelaku dakwah, sudah waktunya kita terjun ke lapangan, langsung bersentuhan lumpur, dan kerikil-kerikil lapangan. Sebagaimana Rasulullah, Saw., dan para sahabatnya laksanakan, dan contohkan kala itu. Boleh saja konteknya berbeda, namun esensinya sama. Akankah kita berdiam diri, atau cukup pandai sebagai komando microfon saja? Maka laksanakan dengan contoh dan keteladanan di lapangan, sekalipun dalam porsi yang terbatas! Kita harus sadari, bahwa kompetisi, gerilya di tingkat bawah (lapangan) sangat ketat. Berebut dan memperebutkan generasi. Kompetitor kita sangat paham, bahwa generasi itu warna peradaban ke depan. Maka tak tanggung, dan tak canggung mereka action sepenuh tenaga, dan dari setiap lini. Akankah kita akan selalu kalah set lagi…?!
Kembali pada kontek yang lebih khusus di antara kebermanfaatan TPQ AHP buat masyarakat Panjagawe (Pandeyan Jaten Garen Welar), dan sekitarnya adalah:
1. Tersedianya tempat belajar dengan fasilitas yang mapan, nyaman, dan aman.
2. Tersedianya fasilitas pendidikan Islam yang memadai dan menarik bagi santri.
3. Tumbuhnya rasa tanggung jawab terhadap kehidupan dan kemakmuran tempat pendidikan Islam di lingkungan Panjagawe (Pandeyan, Jaten, Garen, Welar) dan sekitarnya.
4.Memberikan ruang/wadah bagi Generasi Islam, dalam bersosialisasi, berekpresi mengaktualisasikan diri, berlatih membangun/upgrade, dan sebagai langkah nyata dalam membentengi diri dari pengaruh negatif perkembangan jaman di era globalisasi.
3. Langkah apa saja yang sudah dilakukan dalam usaha pengembangan TPQ Al-Huda Pandeyan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran membaca dan mengkaji Al-Quran.
Al-Hamdulillāhi rabbil 'ālamīn. Kini TPQ AHP telah menggeliat, bangun dari tidurnya, walaupun masih merangkak.
Mulai kami (Seksi Pendidikan: Pak Sarwoto, Pak Syamsudin, dan saya) menerima amanah dari Takmir Masjid Al-Huda Pandeyan yang diketuai Bapak Sunardi, B.A., tahun 2018, prioritas program kerja adalah membangun eksistensi TPQ.
Saat itu saya bersama Ustaz Syamsudin hadir silaturahmi ke TPQ, ingin melihat langsung aktivitas sekaligus mendata aktivitasnya. Satu bulan pertama kami mendampingi, membimbing dua belas santri putra dan putri. Sejalan aktivitas TPQ saat itu, kami terus berusaha membangun kepercayaan jamaah, masyarakat kepada lembaga pendidikan generasi ini.
Al-Hamdulillāh dalam kurun waktu kurang dari satu tahun trust jamaah, masyarakat meningkat cukup signifikan. Bahkan kami kewalahan dengan jumlah santri di atas perkiraan kami. Lebih seratus orang santri, dengan SDM yang sangat terbatas. Namun prinsip kami, “TPQ pantang berhenti”. Al-Hamdulillāh, Allah, Swt., banyak memberikan kemudahan. Dan sampai tahun kedua TPQ masih berkonsentrasi pada peningkatan langkah kuantitas santri disamping mulai berbenah pada sisi kualitas/outputnya. Saat itu jumlah santri lebih 160 orang, hingga akhir tahun kedua.
Tahun ketiga ini kami berkonsentrasi pada sisi kualitas. Output yang lebih baik. Diantaranya dengan pembenahan pada bidang administrsi dan penguatan SDM secara contineu, bertahap, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Membangun kemandirian finansial lembaga, yang arah utama adalah mampu memberikan apresiasi kepada para pelaku dakwah TPQ AHP, dengan cita-cita kesejahteraannya. Semoga Allah, Swt., selalu memberikan rida, kemudahan dan berkahNya. Āmīn Yā Rabbal 'ālamīn.
Al-Hamdulillāh kesungguhan pasti akan membuahkan hasil. Berbagai opsesi bukan lagi angan, namun Allah, Swt., sudah mengabulkannya. Di antaranya adalah ijin operasional TPQ AHP sudah terbit pada tahun 2018, dengan terbitnya nomor statistik TPQ AHP: 4112330920182330. Sebagai rangkaiannya adalah terdaftarnya TPQ AHP pada program EMIS Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI). Dan terdaftarnya Asātīz dan Asātizah sebagai calon penerima insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2020. Juga terus sebagai langkah upaya ingin berpartner pada lembaga donasi sebagai penopang denyut nadi TPQ AHP. Semoga Allah, Swt., memudahkan langkah kita. Āmīn Yā Rabbal 'ālamīn.
Mengimbangi berbagai langkah di atas, TPQ juga berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran membaca, menulis dan mengkaji Al Quran. Di antaranya dengan memberikan dan mendorong Asātīz dan Asātizah pada berbagai pelatihan dan diklat kompetensi terkait, seperti: metode menghafal Al Quran, metode mengajar Santri TPQ, Workshop Kaligrafi, diklat mengajar asyik dengan game Qurani & ice breaking, diklat beberapa metode BTQ, dan yang baru-baru saja kami lakukan (Oktober 2019), sebagai penguatan dengan materi “pengantar ilmu tajwid”, pemateri Ustaz Muh. Thoriq Aziz Kusuma, S.Pd., Lc., sekaligus sebagai motor penggerak TPQ AHP bidang kurikulum.
Dari peserta didik, TPQ memaksimalkan penguatan data santri, yang selama ini belum dapat terealisasi. Program database santri diharapkan menjadi sumber data yang akurat, relevan, terbarukan yang berkesinambungan. Program ini diawali dengan mengumpulkan kartu keluarga (KK) santri sebagai lampiran formulir pendaftaran yang telah disampaikan terlebih awal, pada saat pendaftaran. Selanjutnya para santri akan memiliki nomor induk santri (NIS) TPQ (18 digit), sebagaimana himbauan Kemenag Kabupaten Boyolali. Al-Hamdulillāh, penggunaan NIS/Santri TPQ telah dibuat oleh TPQ AHP sebelum ada himbauan tersebut. Seiring penggunaan NIS/Santri TPQ, juga telah penggunaan Nomor Induk Pegawai Lembaga (NIPL) TPQ, kepada para tenaga yang bergabung pada lembaga, dan telah menyampaikan berkas secara lengkap. Langkah ini terus akan selalu kami laksanakan, karena administrasi data merupakan bagian denyut nadi TPQ, dalam menyongsong era yang berbasis data dewasa ini.
Hal di atas TPQ laksanakan, karena administrasi memiliki peran penting terhadap tumbuh kembangnya sebuah lembaga. Dari administrasi insya Allah lembaga akan dapat bercerita pada masa mendatang. Administrasi berbasis data adalah sebuah keharusan setiap lembaga yang berlabel ijin operasional, seperti TPQ. Insya Allah dengan data (during) lembaga yang menaunginya (Kemenag RI) akan dapat melihat, memantau dan mudah memetakan program-programnya agar lebih tepat dan akurat.
Sisi lain yang tidak kalah pentingnya dengan memiliki ijin operasional, adalah keberlangsungan ibadah dan dakwah, eksistensi lembaga serta berkekuatan hukum pada skala tertentu. Dan sebagai rangkaian pendukungnya adalah administrasi yang berbasis data.
Selain langkah administratif, kami melaksanakan serangkaian program rutin KBM harian, pekan, bulan dan tahunan dalam berbagai bentuk event/kegiatan. Diantaranya pada peringatan hari besar Islam/PHBI, bulan Ramadan, dan lainnya, yang terkemas dalam festival, lomba/kompetisi, pawai/karnaval, mendongeng, pemutaran dokumentasi atau ensiklopedi Islam, outbound, mabis bersama Remaja Masjid, FASI dan lainnya. Melengkapi keilmuan santri dalam menanamkan rasa cinta pada tanah air, TPQ AHP membekali santri wawasan kebangsaan. Materi-materi tersebut kami kemas dan sematkan saat KBM klasikal dan/atau event hari besar nasional/RI. Buat kami NKRI harus terus lestari dan dijaga keutuhannya.
Program lainnya, insya Allah dalam waktu dekat ini kami akan melaksanakan pembinaan santri tingkat Al-Quran, sebagai bentuk kaderisasi SDM TPQ, sekaligus membidik penguatan pada bidang pemuda/remaja Masjid Al-Huda Pandeyan. Semoga Allah, Swt., meridai, memudahkan, dan melimpahkan berkahNya kepada kita dan keluarga. Āmīn Yā Rabbal 'ālamīn.
4. Kendala apa saja yang dialami dalam prose pengembangan TPQ ?
Di antaranya adalah: Kesadaran orang tua dan anak serta lingkungan memahami pentingnya pendidikan agama Islam, Lemahnya ekonomi masyarakat, keterbatasan SDM yang siap berjuang dan berdakwah, Minimnya sadar lapangan Pemangku kebijakan, dan Pendakwah akan pentingnya eksistensi TPA/Q, Kendala keuangan dalam pengembangan kegiatan dan program-program TPA/Q, Apresiasi kepada pelaku dakwah di dalamnya, Manajemen yang kurang baik dan benar, serta patnership/relationship yang kuat belum terbangun.
(Beberapa hal di atas, sebagaimana telah saya jelaskan pada poin/butir sebelumnya).
5. Harapan besar untuk TPQ Al-Huda Pandeyan?
TPQ AHP mampu berperan, berkontribusi sebagai benteng Generasi Muslim NKRI. Sebagaimana kiprah, kebermanfaatannya yang selalu dirindu dan dinantikan masyarakat, walaupun realitanya TPQ masih termarginalkan.
Maka TPQ harus mampu berdiri tegak, kokoh, dan kuat. Problem klasik TPQ yang selama ini selalu menjadi momok permasalahan (kemampuan SDM, Financial, Manajemen & Partnership) harus segera terselesaikan, termasuk pada TPQ AHP. Jika TPQ mampu/mandiri maka geraknya akan lebih luas, lincah, gesit dan bergairah, tidak terseok-seok karena ketergantungan, atau bahkan tarik ulur kepentingan yang membuat sering tidak mendidik; hilangnya kreativitas, tidak percaya diri, apatis, dan takut menerima tantangan, takut proses perubahan yang lebih baik. Dan itu harus dihindari oleh pejuang, pelaku dakwah TPQ!
Dengan begitu TPA/Q secara umum dan TPQ AHP khususnya insya Allah mampu, bahkan mudah “mencetak Generasi Cerdas Qurani”. Siap dan tidak gagap dalam kiprah ibadah dan dakwah diberbagai medan sesuai jamannya.
Wa Allāhu a'lam bi al-shawwāb,
Bārakallāahu fīkum wa jazākumullāhu khairā al-Jazā'.
0 Comments