Syukur Adalah Rahasia Kelanggengan Sebuah Nikmat


Syukur Adalah Rahasia Kelanggengan Sebuah Nikmat
Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma


Google pic.


Jatijuruwarta.com, —  Allah, Swt., berfirman,


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim : 7)

Dalam kitab Shafwah Al-Tafāsīr, karya Al-Shābūnī, dijelaskan bahwa,  

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim : 7)

Ini adalah lanjutan dari ucapan Nabi Musa, As., yakni ; perhatikanlah dan ingatlah oleh kalian juga saat Tuhan kalian memaklumkan sebuah kabar yang tak ada keraguan di dalamnya, sesungguhnya jika kalian bersyukur atas nikmat-nikmatKu, niscaya Aku akan menambah karuniaKu kepada kalian."

وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim : 7)

Jika kalian mengingkari, menyangkal nikmatKu dengan kekufuran dan kemaksiatan, maka azabKu sangat berat. Allah, Swt., berjanji akan menyediakan azab kepada orang-orang yang kufur, sebagaimana Allah, Swt., berjanji akan menambah nikmat kepada orang-orang yang bersyukur. (Shafwah Al-Tafāsīr, karya Al-Shābūnī, juz II, halaman 91).

Al-Quran telah menjelaskan tentang keutamaan syukur dalam berbagai ayat, sebagaimana disebutkan dalam al-sunnah al-nabawiyyah, bahwa Rasul, Saw., adalah sebagai suri tauladan Dan model percontohan yang paling utama dalam hal syukur kepada Allah, Swt.

Oleh karena itu, yang wajib untuk kita kerjakan ialah memperhatikan nikmat-nikmat Allah, Swt., kepada kita serta merenunginya, kemudian bersyukur kepada Allah. Kita tahu bahwa di belakang semua nikmat-nikmat itu ada yang Maha Pemberi Nikmat, Maha Pencipta, Maha Pemberi Rezeki, Dialah Allah, Swt.

فَلْيَنظُرِ الإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ* أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاء صَبًّا، ثُمَّ شَقَقْنَا الأَرْضَ شَقًّا* فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا* وَعِنَبًا وَقَضْبًا* وَزَيْتُونًا وَنَخْلا* وَحَدَائِقَ غُلْبًا*وَفَاكِهَةً وَأَبًّا* مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلأَنْعَامِكُمْ

"Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya, * Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit), * kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, * lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian, * dan anggur dan sayur-sayuran, * dan zaitun dan pohon kurma, * dan kebun-kebun (yang) rindang, * dan buah-buahan serta rerumputan. * (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. (QS. 'Abasa : 24-32)

Menjadi rahasia umum, bahwa Allah, Swt., menjanjikan bagi orang-orang yang bersyukur tambahan nikmat, kebaikan dan pemberianNya. Maka dengan jalan bersyukur nikmat akan bertambah, sedangkan dengan mengingkari nikmat Allah, Swt., akan menghilangkan dan mengakhiri nikmat.

Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair Arab, 

إذا كُنْتَ فِي نِعْمَةٍ فَارْعَهَا * فَإِنَّ المَعَاصِي تُزِيلُ النِّعَم

وَدَاوِمْ عَلَيْهَا‏ بِشُكْرِ الإِلَه * فَإِنَّ الإِلَهَ سَرِيعُ النِّقَم

Jika kamu mendapat nikmat, maka jagalah, karena sesungguhnya kemaksiaatan akan menghilangkan nikmat. * Tetaplah bersyukur kepada Tuhanmu atas segala nikmat, karena Tuhanmu siksaNya datang begitu cepat.

"Lain syakartum la-azīdannakum, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim : 7)

Wajib bagi kamu Muslimin untuk bersyukur kepada Allah, Swt., atas segala karunia dan nikmatNya. Syukur sebagai respons atau reaksi atas segala kebaikan dan nikmat yang tak terhitung dengam angka dan bilangan berapapun. 

Syukur juga merupakan bentuk pengakuan seorang hamba atas karunia dan kemurahan Allah, Swt., sekaligus sebagai bentuk permohonan ditambahnya kebaikan dan nikmat.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim : 7)

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَآءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ ۗ  * ءَاَنْـتُمْ اَنْزَلْـتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ * لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? * Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?" * Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?" (QS. Al-Waqi'ah : 68-70)

Sungguh, Rasūlullāh, Saw., telah menjelaskan tentang keutamaan syukur kepada Allah, Swt., atas segala nikmat-nikmatNya, dan pengaruhnya syukur terhadap turunny rahmat-rahmatNya.

بَيْنَمَا رَجُلٌ بفَلاةٍ مِنَ الأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلانٍ، فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ، فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ، فَانْتَهَى إِلَى الْحَرَّةِ، فَإِذَا هُوَ فِي أَذْنَابِ شِرَاجٍ، وَإِذَا شَرَاجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ، فَتَبِعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بمِسْحَاتِهِ، فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: فُلانٌ. بالاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ، فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، لِمَ سَأَلْتَنِي عَنِ اسْمِي؟ قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ، يَقُولُ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلانٍ باسْمِكَ، فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا؟ قَالَ: أَمَا إِذَا قُلْتَ هَذَا، فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا خَرَجَ مِنْهَا، فَأَتَصَدَّقُ بثُلُثِهِ، وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثَهُ، وَأَرُدُّ ثُلُثَهُ

"Ada seorang laki-laki yang berada pada belahan bumi tiba-tiba ia mendengar suara di awan; 'Siramlah kebun fulan, ' maka awan tersebut mengumpul lalu mengguyurkan airnya pada sebidang tanah padas berbatu, maka laki-laki tersebut pergi menuju tempat itu dan ketika ia tiba, di beberapa ujung genangan air ternyata ada sebuah genangan air yang menyerap air dari semua genangan lainnya, maka laki-laki itu menelusuri air tersebut hingga ia menemukan seorang laki-laki yang berada di kebunnya sedang berusaha mengalirkan air (ke kebunnya) dengan alat ukur tanahnya, maka laki-laki (yang pertama) tersebut bertanya kepada laki-laki yang berada di kebun; 'Wahai hamba Allah siapa namamu? ' ia menjawab; "Fulan" dengan nama seperti yang didengar oleh laki-laki pertama tadi dari atas awan. Maka dia bertanya balik kepadanya; 'Wahai hamba Allah kenapa kamu bertanya namaku? ' laki-laki itu berkata; 'Sesungguhnya aku mendengar suara dari awan yang sekarang menjadi air ini, ia berkata; 'Siramlah kebun fulan, dan ternyata itu adalah namamu, lalu apa yang kamu perbuat dengan kebun ini (sehingga terjadi hal itu)? ' maka dia menjawab; "Adapun jika kamu mengatakan hal itu maka sesungguhnya aku membagi hasil kebun ini sepertiga untuk aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku dan sepertiga akhir aku simpan sebagai bibit kebun ini." (HR. Muslim)

Menjadi rahasia umum, bahwa syukur adalah sebab ditambahnya nikmat, mengantarkan kepada keberkatan dan berlimpahnya pemberian dari Allah, Swt.

Nikmat-nikmat Allah, Swt., kepada kita sangat banyak sekali, tak terhitung oleh angka dan bilangan berapapun banyaknya. Antara lain, nikmat Islam, nikmat aman, nikmat sehat dan kebugaran, dan lain-lain.

Oleh demikian, maka wajib bagi kita untuk bersemangat konsisten mensyukuri segala nikmat. Langgengnya sebuah nikmat tidak terjadi melainkan dengan njkmat yang lain, yakni nikmat syukur. Syukur adalah rahasia kelanggengan dan tetalnya sebuah nikmat. Barang siapa yang melanggengkan syukur, maka ia tidak akan terhalang dari ditambahnya nikmat dan karunia.

Afalā uhibbu an akūna 'abdan syakūran?

Afalā uhibbu an akūna 'abdan syakūran? Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?”

Adalah sungguh Allah, Swt., telah menjelaskan bahwa syukur adalah ibadah yang teragung yang dipratikkan oleh para Nabu dan Rasul.  Disebutkan dalam kitab al-hadīts, bahwa Rasūlullāh,  Saw., adalah model percontohan yang paling tinggi serta al-qudwah al-hasanah bagi orang-orang yang beriman, sesungguhnya Rasūlullāh,  Saw., beribadah dan bersyukur kepada Allah, Swt., sedang beliau menempati kedudukan yang istimewa di sisiNya.

Meskipun Rasūlullāh, Saw., telah diampuni dosa-dosanya  yang telah lalu dan yang kemudian, Rasūlullāh, Saw., terus konsisten beribadah dan menjalankan ketaatan, serta bersyukur kepada Allah, Swt., dan mengakui karuniaNya dan terus mendekatkan diri kepada Allah, Swt. Rasūlullāh, Saw., berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya (bengkak).

Dalam sebuah hadis dikatakan,

عن عائشة رضي اللَّه عنها أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَان يقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حتَّى تتَفطَرَ قَدمَاهُ، فَقُلْتُ لَهُ، لِمْ تصنعُ هذا يا رسولَ اللَّهِ، وقدْ غفَرَ اللَّه لَكَ مَا تقدَّمَ مِنْ ذَنبِكَ وما تأخَّرَ؟ قال: «أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أكُونَ عبْداً شكُوراً؟» متفقٌ عليه

Dari 'Aisyah, Rah., bahwasanya Rasulullah, Saw., berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: “Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian?”

Rasulullah, Saw., bersabda : “Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?” (Muttafaq ‘alaih)

Nikmat yang ada pada kita membutuhkan penjagaan dan perawatan. Syukur kepada Allah, Swt.,  atas segala nikmat-nikmatNya adalah sebab langgengnya nikmat, demikian pula menjadi sebab ditambahnya nikmat dan keberkahan.

Syukur adalah bagian dari kewajiban-kewajiban bagi seorang Mukmin.

فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّا شْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْكُنْـتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Al-Nahl : 114)

Wajib bagi seorang Mukmin untuk menjaga kelanggengan nikmat dengan bersyukur. 

نِّعْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا ۗ كَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ شَكَرَ

"Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Al-Qamar 54: Ayat 35)

0 Comments