Eksklusifme Kematian bagi Orang Mukmin


Eksklusifme Kematian bagi Orang Mukmin
Muh. Thoriq Aziz Kusuma



Google pic.

Vokalberdakwah,  Sejatinya Allah, Swt., menjadikan kematian sebagai salah satu episode dari kehidupan manusia. Dimana kematian sebagai sebuah penutup dari episode kehidupan duniawi yang secara inklusif padat dengan ujian dan cobaan. Kematian bukanlah sebuah akhir dari kehidupan sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang yang pendek akal, namun kematian adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Alam barzakh menjadi tabir atau pemisah di antara dua kehidupan, kehidupan duniawi yang esensinya adalah ujian dan cobaan, dan kehidupan ukhrawi (akherat) yang esesinya adalah pembalasan dan kelanggengan (kekal). 

Kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akherat. Dan kebanyakan manusia itu lebih menyukai, lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada kehidupan akherat. 

Allah, Swt., berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا ۖ   *  وَا لْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى ۗ 

"Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia. * Padahal kehidupan akherat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la : 16-17)

يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖ وَّاِنَّ الْاخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

"Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akherat itulah negeri yang kekal." (QS. Ghafir : 39)

            Dari Anas Ibn Malik, Ra., bahwa Rasulullah, Saw., bersabda, 

اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة

“Ya Allah, tiadalah kehidupan (yang hakiki) melainkan kehidupan akhirat.” HR. Al-Bukhari

Kematian adalah kepastian yang nyata. Jika manusia menolak atau berpaling darinya, bahkan menyimpang, sedangkan aktualitas kebenaran menyatakan bahwa kehidupan dunia merupakan tempat cobaan, ujian dan mencari amal untuk keperluan setelah kematian.

Allah, Swt., berfirman, 

وَ جَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِا لْحَـقِّ ۗ ذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari." (QS. Qaf : 19)

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَـقِيْنُ

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu." (QS. Al-Hijr : 99)

Sabda Nabi, Saw., tatkala ‘Utsmān Ibn Mazūm meninggal,

أما عثمان فقد جاءه اليقين

“Adapun ‘Utsmān, telah datang kepadanya al-yaqīn (kematian).”

            Kematian adalah sebuah kenyataan yang pasti, tidaklah seorang menolaknya melainkan orang yang lalai, dan tidak pula orang lari darinya melainkan orang pendek akal atau bodoh.

Firman Allah, Swt., 

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

"Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 8)

Oleh sebab itu, Nabi, Saw., menginstruksikan agar memperbanyak mengingat-ingat kematian dan mempersiapkan segala hal untuk menghadapinya.

أكثروا ذكر هادم اللذات

“Perbanyaklah mengingat-ingat pemutus kenikmatan (kematian).” 

Dalam mengingat kematian ada banyak manfaat yang didapat, antara lain: menuntut seseorang agar memperkecil angan-angan dan bersikap zuhud terhadap dunia serta kesilauan-kesilauannya, mendorong agar berbuat amal saleh dan memperbagusnya, menyulut orang untuk mengintrospeksi dirinya dan amal perbuatan yang ia kerjakan, menstimulasi seseorang agar bergegas untuk bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya serta memberikan hak-hak kepada pemiliknya, kemudian dengan mengingat-ingat kematian dapat menjauhkan seseorang dari berbuat maksiat dan melembutkan hati yang keras.

Yang pada intinya mengingat-ingat kematian dalam setiap kondisi akan membawa kebaikan (koreksi positif, faedah dan rekonstruksi amal perbuatan). Misalkan, dalam menjalankan salat, Rasulullah, Saw., bersabda:

اذكر الموت في صلاتك، فإن الرجل إذا ذكر الموت في صلاته لحريّ أن يحسن صلاته، وصلّ صلاة رجل لا يظن أنه يصلي غيرها

“(Ingatlah kematian dalam salatmu, karena apabila seseorang mengingat kematian dalam salatnya maka sepatutnya dia akan memperbagus salatnya, dan salatlah seperti orang yang menyangka tidak akan salat selain itu).”

Dan di saat pagi dan petang, Nabi, Saw., juga berdawuh, 

إذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وخذ من حياتك لموتك ومن صحتك لمرضك، ومن فراغك لشغلك

“Jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore dan jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi. Pergunakanlah masa hidupmu sebelum matimu, masa sehatmu sebelum sakitmu dan masa longgarmu sebelum masa sibukmu.” (HR. Bukhori)

Dan disaat hendak tidur, orang mukmin juga diajari Nabi, Saw., membaca doa,

اللهم إني أسلمت نفسي إليك» «باسمك ربي وضعت جنبي وبك أرفعه، إن أمسكت نفسي فارحمها، وإن أرسلتها فاحفظها بما تحفظ به عبادك الصالحين

"Ya Allah, aku menyerahkan jiwaku kepada-Mu. Dengan nama-Mu aku letakkan lambungku (tidur), dan karena-Mu aku mengangkatnya (bangun))jika Engkau menggenggam ruh-ku maka kasihanilah ia. namun jika Engka melepaskannya, maka peliharalah dengan penjagaan yang Engkau lakukan untuk hamba-hamba-Mu yang sholih)."

Saat bangun tidur, Nabi, Saw., mengajari orang beriman untuk berdoa,

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku kembali setelah mematikan aku dan kepada Allah akan bangkit.”

Dalam segala lini kehidupan, Nabi, Saw., memberi wejangan untuk menjadi orang yang asing atau musāfir. Dari Ibnu Umar, Ra., bahwa Rasulullah, Saw., bersabda, 

كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musāfir.”

Bagi seorang mukmin, kematian merupakan babak peristirahatan dari kepenatan dan kepayahan dunia, serta merupakan akhir yang membahagiakan dari rentetan cobaan yang telah dihadapinya.  Sedangkan bagi orang kafir, kematian adalah awal dari ketidakbahagiaan dan kesengsaraan.

Sesungguhnya Nabi, Saw., pernah dilewati pengiring jenazah. Kemudian beliau, Saw.,  bersabda, 

مستريح أو مستراح منه؛ أما المؤمن فيستريح بالموت من تعب الدنيا وأذاها إلى رحمة الله عز وجل، والعبد الفاجر يستريح منه العباد والبلاد والشجر والدواب

“Ada orang yang mendapatkan kenyamanan (istirahat) dan ada pula yang orang lain menjadi nyaman (istirahat) karena ketiadaannya”. Para shahabat bertanya, ‘Siapa itu orang yang mendapatkan kenyamanan (istirahat) dan orang yang orang lain menjadi aman (istirahat) karena ketiadaannya ?” Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Seorang hamba yang mukmin adalah orang yang beristirahat dari keletihan dunia dan kesulitannya. Sedangkan seorang hamba yang fajir/gemar maksiat maka hamba Allah yang lain, negeri dan pepohonan serta hewan yang beristirahat dari gangguannya.” HR. Al-Bukhari

            Peristirahatan ini terlihat pada kabar gembira yang dibawa oleh malaikat kepada orang mukmin saat menghadapi kematian, jangan takut, jangan bersdih dan bergembiralah dengan surga.  Allah, Swt., berfirman, 

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَ‌بُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُ‌وا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ    *نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَ‌ةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ *  نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ‌ رَّ‌حِيمٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. * Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. * Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Fussilat : 30-32)

Cobaan yang menimpa seorang mukmin sebelum datang kematiannya, maka hal ini menghapus dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Seorang mukmin tidak tertimpa kerisauan, kegundahan, penderitaan maupun gangguan, bahkan kekrasan akibat sejata, melainkan Allah, Swt., mengampuni segala kesalahan-kesalahannya.

إذا ابتلى الله العبد المسلم ببلاء في جسده، قال الله عز وجل لملائكته: اكتبوا له صالح عمله، فإن شفاه الله غسله وطهّره، وإن قبضه غفر له ورحمه

"Ketika Allah menguji seorang hamba yang muslim dengan suatu cobaan berat pada badannya, Allah, 'Azza wa Jalla., berfirman: 'Tulislah baginya amalan shalih yang biasa dia lakukan.' Ketika Allah menyembuhkannya maka Dia telah mencuci dan membersihkannya (dari dosanya). Namun ketika Allah mencabut ruhnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya." (HR. Ahmad, dikatakan oleh Al-Syaikh Muqbil: "Hadits ini shahih, perawinya adalah para perawi kitab-kitab Sahih.")




0 Comments