Lurah yang Terkena Sindrom Louis ke 14


Bahwa yang justru membuat saya tidak at home, itu malah Lurah yang saat ini sedang berkuasa. Dia sudah sangat jauh polahnya itu. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, dia sudah sampai pada level sindrom Louis ke 14 "L'État c'est moi," padahal Lurah otoriter sebelumnya butuh waktu 30 tahun untuk bisa sampai ke level sindrom Louis tersebut.

Katanya yang dimaui sebuah kelurahan yang kental dengan nuansa demokratisnya, tapi pada kenyataanya, dalam bahasa Latinnya malah contradictio in terminis. Saya bisa lebih jauh lagi, tetapi memang konflik atau musibah gonjang-ganjing yang terjadi ini seperti bendo (ungkapan Jawa) dari yang di atas karena memang Lurah-Lurah yang ada clash the minds of the quran, clash the message of tauhid values, karena masih menjadi klien atau menghamba dari patron yang lebih tinggi selama kurun waktu 30 bahkan 60 tahun.

Coba lihat film 'asal aswad, walaupun hanya film untuk lucon-lucon belaka, tetapi menurut saya gambarannya ya seperti itu. Jadi barat itu seolah-olah being God. Dalam sebuah lagu "Bil waraqah wal qalam" oleh Rihab Abdul Hakim, digambarkan begitu penggapnya kondisi kelurahan yang terjadi karena Lurah-Lurah ahli sulthah masih saja bermental klien atau sumonggo dawuh terhadap bule-bule bermata neker (kelereng), tetapi dengan warga dan abdi dalemnya sendiri malah dipasang wajah singa.

0 Comments