Lima Menit Terakhir

Tadi saya ngobrol sama ayahku sejam setengah lebih, banyak obrolan tapi yang lima menit terakhir beliau cerita kalau sering di berbagai kesempatan mendengar ceramah, mau'idhah hasanahtalk show, pengajian pak Amien Rais, baik di balai maupun yang lain. Itu pak Amin sering mengatakan bahwa negeri muslim yang berani melawan kekuatan negara-negara superpower adalah Iran. Saya pun mengatakan iya betul, ditambah lagi waktu pak Amien belajar di Chicago hingga terbang ke Kairo itu, memang tokoh islam yang waktu itu menjadi pioneer, sebagai simbol perlawanan terhadap eksploitasi, ya memang dia adalah Khumaini. Itu zaman dulu tahun tujuh puluhan. Seorang ulama syiah yang memimpin sebuah revolusi besar, punya jiwa leadership, lantas dijadikan sebagai nahkoda sebuah negara, pemimpin agung, pemimpin tertinggi. Itu zaman tahun tujuh puluhan. Dan sampai sekarangpun saya pikir pemimpin-pemimpin di Iran masih mewarisi keberanian, kemandirian dan kegairahan berbangsa yang berdaulat dari Khumaini.

Nah kalau sekarang ulama yang katakanlah berada di garda depan, avant garde , menurut saya adalah Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama besar dari Mesir yang pernah memberi ceramah di masjid Istiqlal Jakarta itu, yang juga merupakan ketua Ulama Dunia. Dari sejak zaman Sadat, Husni Mubarak sampai zaman Sisi, tokoh yang selalu head on collision, itu ya Yusuf Al-Qardhawi. Ketika yang lainnya masih tiarap, Yusuf Al-Qardhawi sudah berani meneriakkan kebebasan dari eksploitasi si kuat terhadap yang lemah, dari  kezaliman penguasa, mengkritik tajam soal kesenjangan sosial, hingga memperjuangkan al-hurriyyah wa al-'adaalah, sampai suksesi dan lain-lain. Waktu itu posisi Al-Qardhawi sampai dilarang khutbah, masuk bui hingga terbang melarikan diri ke Qotar. Artinya apa? Dari catatan sejarah itu, Yusuf Qardhawi berani melawan arus, ketika yang lain masih bermesra-mesraan dengan penguasa, Al-Qardhawi menempuh jalan lain dan  punya pendirian moral dan akademis. Karena keberanian Al-Qardhawi melawan arus itulah terbuka kerang atau pintu revolusi, atau jalan menuju ke sesuatu yang diinginkan, yaitu perubahan dari negeri yang otoritarian menjadi negeri yang domokratis, tidak ada lagi political prisoner, dan lebih memperhatikan hak-hak asasi manusia. Perubahan lewat gerakan musim semi arab akhirnya bisa dinikmati. Husni Mubarak lengger setelah demo besar, dan Qardhawi waktu itu menjadi tokoh ulama yang menjadi sentral gerakan ar rabi’ al ‘arabi , dari Qotar terbang ke Kairo memimpim khutbah jum’at, khutbah revolusi, bahkan menjadi imam dari ribuan bahkan jutaan jamaah yang waktu itu ada di Maidan Tahrir. Tetapi sekali lagi Allah yang Maha Kuasa itu belum menakdirkan, sayang seribu sayang gerakan musim semi arab yang diimpi-impikan itu sekarang sudah menjadi musim dingin yang panjang, yang gelap, yang menakutkan, yang zalim, penuh dengan tahanan politik, penuh dengan intimidasi, tidak ada kebebasan berpolitik, dan kembali menjadi negara yang otoritarian.

Jadi intinya Yusuf Al-Qardhawi adalah pemecah kebekuan, khususnya di negeri-negeri arab dan dunia islam umumnya. Yusuf Al-Qardhawi adalah Ulama garda depan, laa yakhoof illa Allah, yang tajam pikirannya, bicara apa adanya, dan tidak takut pada penguasa zalim siapapun itu, walaupun golak di atas leher beliau.

Dan dari pemimpin dunia islam yang juga di barisan terdepan yaitu Recep Tayyip Erdogan. Dia punya erika moral sebagai pemimpin, berani mengatakan Laa, No, tidak kepada kezaliman, ketidakadilan, inkonstitusional, dan ketidakmanusiawian. Bulan depan Erdogan akan maju sebagai calon Presiden Turkey. Saya do’akan semoga menang … Amien.

أقول من العائدين والفائزين اللهم تقبل صالح الأعمال يارب 

0 Comments