Keistimewaan Jujur dan Resiko Berdusta


Keistimewaan Jujur dan Resiko Berdusta[1]
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً, وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً. (رواه مسلم)[2]
Dari Abdullāh bin Mas’ud, Ra., ia berkata: “Rasulullāh, Saw., bersabda: “Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan (pelakunya) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada Surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan pelakunya kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api Neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.”

Kajian rutin SMA Colomadu bersama Muh. Thoriq Aziz Kusuma, Jumat (27/9/2019) sore.

Ada sebuah kisah berkait dengan hadis ini. Suatu hari Rasulullah, Saw., berjalan di sebuah pasar hingga beliau melewati setumpuk gandum yang hendak dijual. Rasul kemudian memasukkan tangannya ke dalam gandum itu. Saat itulah jari-jarinya menyentuh sesuatu yang basah. "Apa ini wahai pemilik gandum," tanya Rasulullah kepada si penjual gandum. "Ya Rasulullah gandum ini basah karena terkena hujan," jawab si pedagang. Kemudian Rasulullah bertanya kembali, "Kenapa engkau tidak menampakkan yang basah itu agar orang-orang bisa melihatnya". Kemudian beliau mengatakan, "Barangsiapa yang menipu (berlaku curang), maka sesungguhnya dia bukanlah pengikut kami."
Sabda Nabi, Saw., di atas hendaklah menjadi materi perenungan kita, bahwa penyakit dusta dan curang yang tak kunjung disembuhkan, lambat laun akan mendatangkan petaka bagi masyarakat. Pertama, hilangnya rasa saling percaya di masyarakat yang akan melahirkan rasa saling curiga. Bila hal ini terjadi, maka akibat kedua akan segera muncul, yaitu putusnya tali silaturahmi dan memudarnya kasih sayang di antara sesama. Ini pertanda bahwa petaka akan segera datang.
Perbuatan dusta atau bohong adalah perbuatan nista. Tapi mengapa masih banyak pelakunya? Kebohongan seakan menjadi perisai pembelaan dan penghias diri. Di sekolah, kampus, kantor, tempat perbelanjaan, bahkan tempat-tempat di ibadahpun orang masih berani berbohong. Padahal, tali kebohongan itu pendek. Dalam sebuah kata bijak, "semua tali itu panjang, kecuali tali kebohongan." Orang yang gemar berdusta sejatinya ia mendapatkan dua kali kerugian.Kerugian pertama, jika kebohongannya tidak diketahui, ia akan mendapatkan dosa dari perbuatan tercela ini.Yang kedua, jika bohongnya diketahui orang lain, mereka akan kehilangan kepercayaan. Bahkan, kepadanya akan disematkan predikat pendusta atau pembohong.
Nabi Muhammad, Saw., adalah teladan yang sempurna untuk kita. Beliau memiliki akhlak yang begitu mulia. Sifat wajib yang mesti dimiliki oleh Nabi, Saw., adalah shiddīq atau jujur, berkata benar, lawanya kadzib atau dusta. Dalam perspektif Islam, jujur memiliki keutamaan tersendiri dan akan menjadi penyebab datangnya pahala dan rahmat dari Allah. Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi dari Allah. Hal ini tercermin dalam firman Allah di Surat Al-Ahzab ayat 35. Ayat ini meyadarkan kita bahwa jujur atau berkata dan bertindak benar, termasuk dalam salah satu sifat mulia yang mendatangkan ampunan dari Allah. Tentu kita ingin termasuk orang-orang yang diampuni, maka kita pun harus bersikap jujur.
Perilaku jujur adalah sumber kebaikan. Kejujuran akan mengantarkan seseorang masuk surga di akhirat kelak. Salah satu pintu di surga adalah Pintu Kejujuran. Kejujuran itu memerlukan pembiasaan. Orang tua maupun pendidik perlu menerapkan pembiasaan jujur kepada anak dan murid. Orang tua dan guru harus menjadi teladan bagi anak dan siswa menerapkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dusta adalah sumber berbagai kejahatan dan kemunafikan.
Manakala seseorang itu berlaku jujur dan konsisten, maka ada beberapa hikmat yang ia peroleh, di antaranya: Mendapat rida Allah, Swt., perasaan menjadi tenang, mendapat kemudahan dalam urusan hidup, selamat dari bahaya dan azab, mudah dipercaya orang lain, bermental positif dan konstruktif, mudah percaya diri, terhidar dari dusta dan munafik, dan selalu berada dalam kebaikan.




[1] Disampaikan oleh Muh. Thoriq Aziz di Kajian Islami SMA Colomadu, Jumat (27/9/2019) sore.
[2] (HR. Muslim No. 6586).

0 Comments