Kekuatan Syukur

Kekuatan Syukur
Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Google pic.

Jatijuruwarta.com, —  Saya mendalami beberapa tokoh sukses dalam sejarah perabadan dunia, dan perhatian saya jatuh pada satu hal yang sama, bahwa mereka para tokoh yang sukses itu memanfaatkan kiat yang sama, metode yang simetris untuk menuju kesuksesan dan mewujudkan cita-cita mereka dengan gampang.

Sungguh, mereka memanfaatkan "kekuatan syukur."

Syukur dan menikmati apa yang ada membuat seseorang tersihir aneh sehingga berpengaruh besar pada hidupnya. Ia lebih nyaman dan berbunga-bungga dalam menjalani hidup, meskipun kondisi pahit sedang menimpanya.

Tak dapat dipungkiri bahwa nikmat Allah, Swt., kepada hamba-hambaNya sangat banyak sekali dan tidak terhitung dengan angka atau bilangan apapun. Menghitung nikmat Allah adalah hal di luar kemampuan manusia.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Nahl :18)

Syukur adalah sebuah pengakuan kepada Sang Pemberi Nikmat atas segala nikmat yang telah diberikan. Tak hanya itu, syukur juga merupakan sebab-sebab dijaga dan ditambahnya nikmat. Sebagaimana Firman Allah, Swt., berikut ini.

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim : 7)

Ibnu Hajar mengatakan, syukur itu meliputi sabar dalam ketaatan dan sabar dari kemaksiatan. Sedang sebagian dari para Al-Aimmah menyatakan bahwa sabar membuat orang bersyukur, sabar tidak akan sempurna melainkan dengan syukur, dan sebaliknya. Jika yang satu hilang, maka yang lain juga hilang.

Tetapnya sebuah keadaan adalah sebuah kemustahilan. Sudah menjadi semestinya (sunnatullāh) terjadi perubahan dalam kehidupan manusia. Semua akan indah dengan bersyukur dan mengabdi kepadaNya.

وَتِلْكَ الْاَ يَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)." (QS. Ali 'Imran : 140)

Hakikat syukur dalam praktik penghambaan, adalah seperti yang Imam Ibnu Al-Qayyim katakan, tampaknya pengaruh atas nikmat Allah, Swt., yang ditampilkan lisan hambaNya dengan pujian dan pengakuan terhadap nikmatNya, dan hatinya yang menyaksikan dan mencintaiNya, dan anggota badannya yang konsisten berperilaku di jalan ketaatan kepadaNya.

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

“…Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri ….”(Q.S. Luqman: 12)

Sungguh adalah para salaf (pendahulu) melabeli syukur sebagai al-Hâfizh al-Jâlib (yang menjaga dan menangkap), karena sejatinya syukur itu menjaga nikmat yang ada dan menangkap nikmat yang sempat hilang.

Adalah Nabi, Saw., menginginkan kebahagiaan dan apa saja yang membuat bahagia, dan Nabi, Saw., tidak menyukai kesedihan dan apa saja yang membuat sedih, dan memohon perlindungan dari keburukan yang ditimbulkan oleh kesedihan.

Nabi, Saw., berdoa :

اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن

"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegalauan dan kesedihan."

0 Comments