Syukur Adalah Solusi Pecahkan Masalah Sehari-hari


Syukur Adalah Solusi Pecahkan Masalah Sehari-hari
Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Google pic.

Para peneliti dalam ilmu psikologi menegaskan bahwa syukur memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Kemampuan kita dalam menghadapi problematika dan kesulitan hidup serta mencari jalan keluar dari masalah yang serta sulit itu berhubungan erat dengan ucapan salam dan seberapa rasa syukur kita kepada orang lain atas apa yang diberikan kepada kita.

Perasaan negatif menjadi pemisah antara kita dengan kesuksesan, perasaan negatif itu seperti tembok yang menghalangi kita dari penglihatan yang terang, sekaligus menjadikan kita lalai dan mengendorkan spirit bekerja menuju kesuksesan.

Saat kita mencoba untuk membiasakan bersyukur kepada siapa pun yang menghadirkan kebaikan untuk kita, maka sejatinya kita telah memasok spirit yang kuat pada otak kita untuk berbuat lebih baik dan bermanfaat. Hal itu karena sejatinya otak kita itu terancang untuk membandingkan, meniru, meneladani orang lain dan siapa yang kita percaya.

Kita terangsang, termotivasi dan terilhami oleh sebuah kekuatan atau daya dorong yang bersumber dari sikap bersyukur kepada orang lain, dan cara termudah untuk merealisasikannya ialah dengan menghadirkan amal yang bermanfaat bagi mereka.

Syukur adalah ucapan pujian, apresiasi dan penghargaan yang diperuntukkan bagi orang yang telah berbuat baik kepada kita. Syukur adalah ekspresi kebatinan yang menunjukkan jiwa yang merdeka dan fitrah yang suci.

وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَـكُمْ

"Jika kamu bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu." (QS. Al-Zumar : 7)

Allah, Swt., mensifati Nabi Nuh, As., sebagai hambaNya yang banyak bersyukur.

اِنَّهٗ كَانَ عَبْدًا شَكُوْرًا

"Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. Al-Isra' : 3)

Demikian juga pada haknya Nabi Ibrahim, As., Allah, Swt., juga menyatakan bahwa ia adalah manusia yang mensyukuri nikmat-nikmatNya.

شَاكِرًا لِّاَنْعُمِهِ ۗ اِجْتَبٰٮهُ وَهَدٰٮهُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

"dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus." (QS. Al-Nahl : 121)

Karena lamanya salat Rasulullah, Saw., kaki beliau pun menjadi bengkak. Sebab itu, 'Āisyah, Rah., bertanya,

لِمَ تصنع هذا يا رسول الله، وقد غُفر لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟ قال: أفلا أكون عبداً شكوراً؟

Mengapa engkau melakukan seperti ini (salat sampai bengkak kaki) wahai Rasulullah? Bukankah dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni? Maka Rasulullah, Saw., menjawab, "Apakah tidak pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?" (HR. Bukhari)

Barang siapa yang memberlakukan kebaikan kepada kita, maka menjadi haknya untuk kita syukuri, barang siapa mempersembahkan kebajikan kepada kita, maka menjadi haknya untuk kita apresiasi dan hargai, dan barang siapa memberi kita, maka menjadi semestinya ia berhak mendapatkan ucapan terima kasih.

Seorang Muslim sangat menghargai kebaikan dan mengingat-ingat hak-hak orang lain. Seorang Mukmin senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain atas kebaikan yang diberikan kepadanya.

لا يشكر الله من لا يشكر الناس

“Tidak bersyukur kepada Allah seorang yang tidak bersyukur kepada manusia.” (HR. Abū Dāwūd)

من صنع إليكم معروفاً فكافئوه، فإن لم تجدوا ما تكافئونه فأدعوا له حتى تروا أنكم قد كافئتموه

“Siapa saja yang memberikan sesuatu kebaikan padamu, maka balaslah yang sepadan. Jika kalian tidak memiliki sesuatu yang dapat membalasnya dengan sepadan, maka doakanlah ia hingga engkau memandang bahwa doamu tersebut sudah sepadan dengan pemberiannya.“ (HR. Ahmad wa Al-Hākim wa ghaihumā)

Kita sering kali menjumpai beberapa orang yang mengeluh tentang nasib buruk dan masalah kehidupannya, dan orang yang percaya bahwa semua yang mereka temui menyebabkan mereka gagal, atau jatuh ke dalam labirin kemiskinan dan kemelaratan. Tetapi hidup ini menuntut kita untuk melihat sisi kebaikan yang ada.

Penulis Amerika Jane Conffield, penulis buku "Chicken Soup for the Soul," atau "Sup Ayam Sepanjang Hidup," beserta koleganya Mark Hansen yang telah menjual buku ini dengan jumlah jutaan salinan, menyatakan bahwa hal yang membantu saya untuk sukses dalam hidup ini adalah bahwa saat saya bangun dari tidur, perkara pertama yang saya lakukan ialah saya melihat sesuatu yang indah nan berlimbah yang saya miliki, saya katakan bahwa sesungguhnya saya memiliki keluarga, saya memiliki pekerjaan, saya memiliki rumah, saya sehat dan lain-lain, saya terus melihat hal-hal itu selama sepuluh menit setiap hari.

Penulis menambahkan bahwa latihan ini telah berdampak signifikan terhadap kebahagiaan dan menjadikan suara hati untuk selalu bersyukur dan menerima keadaan.

Ratusan tahun yang lalu Islam telah mempresentasikan hal itu, sebagaimana yang tertuang dalam sabda Nabi Muhammad, Saw.

Sesungguhnya menerima dan bersyukur kepada Allah, Swt., atas segala nikmat yang diberikan membuat kita lebih banyak memiliki kekuatan untuk menikmati hidup dan merasakan kebahagiaan.

إذا استيقظ أحدكم، فليقل: الحمد لله الذي رد علي روحي وعافاني في جسدي، وأذن لي بذكره

Jikalau kalian bangun dari tidur maka berdoalah, "Segala puji bagi Allah yang telah membangunkanku, memberikan kesehatan di tubuhku dan mengizinkanku berzikir kepadaNya." (HR. Al-Tirmidzī dan Al-Nasāī)

Syukur adalah sebagai pelanjut dan penganti keluh-kesah dan perasaan serba kurang, akan membuat kita lebih memiliki kekuatan dalam menghadapi kesulitan dan kerumitan masalah yang ada.

Saat kita bangun dari tidur dan kita mengamalkan syukur, maka kita akan merasakan kegembiraan, kepuasan dan sakinah atas apa yang kita miliki.

Kita memulai pandangan, kita ubah pandangan kita, dari fokus melihat hal-hal negatif kepada positif, dari fokus melihat kekurangan kepada keberlebihan.

Sebenarnya hal yang paling afdal kita hadirkan dalam hidup ini adalah sikap syukur. Dengan bersikap syukur atas segala nikmat akan mengantarkan kita memperoleh nikmat yang lebih atau bertambahnya kebaikan dan rezeki yang berlimpah.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim : 7)

Seorang manusia tatkala bersyukur kepada Allah, Swt., maka sejatinya ia telah memanifestasikan misi atau tujuan dari sebuah eksistensi. Karena eksistensi manusia adalah nikmat dan anugerah dari Allah, Swt. Dan pada dasarnya kita adalah makhluk yang terkonstruksi untuk bahagia bukan untuk tidak bahagia.

Sungguh bilamana kita berkenyakinan sebagaimana ini dan bersyukur kepada Allah, Swt., maka seluruh alam semesta ini ditundukkan untuk keperluan kita. Hal ini sebagaimana Firman Allah, Swt., dalam QS. Al-Jātsiyah ayat 13.

وَسَخَّرَ لَـكُمْ مَّافِى السَّمٰوٰتِ وَمَافِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Al-Jātsiyah : 13) 

Menurut Ibnu Al-Qayyim, syukur, sabar dan istighfar adalah segitiga kebahagiaan.

Ciptakan kebahagiaanmu melalui perlengkapan atau hal yang kamu miliki, lihatlah pada kenyataan hidupmu, cek kembali nikmat-nikmat yang membuatmu bahagia, waspadalah dan jangan sekali-kali kamu mengkoneksikan kebahagiaanmu dengan hal yang tambahan di luar dirimu, karena ini bisa membuatmu terlambat atau bahkan kehilangan kebahagiaan.

Jangan pernah kamu katakan, saya tidak akan bahagia disaat situasi atau status berubah. Namun yang seyogyanya kamu kerjakan ialah, berbahagialah dengan apa yang ada, bersyukurlah kepada Allah, Swt., berikhtiarlah, dan berserah dirilah kepada Allah, Swt., maka Allah, Swt., akan menambah nikmat dan karuniaNya kepadamu.

Kebahagiaan bukan berarti kamu hidup dengan segala kesempurnaan dan keperfekkan. Namun kebahagiaan itu ialah kamu menyatakan diri untuk menutup mata pada kekurangan.

0 Comments