Pada kenyataannya mustahil seseorang yang berakal sehat mengingkari kehadiran pemuda dalam proses kemajuan dan kabangkitan bangsa-bangsa. Energi perubahan yang digerakkan oleh kaula muda itu, sejatinya memang memiliki pengaruh yang luar biasa. Sampai-sampai ada ungkapan dalam bahasa Arab, syubbaanul yaum rijaarul ghad, the youths of today is the leaders of tomorrow, pemuda hari ini adalah pemimpin di hari esok. Maka masa depan suatu bangsa dapat diintip melalui tingkat kualifikasi kaula mudanya di waktu sekarang.
Kenapa Pemuda Harus berpolitik ?
Kenapa Pemuda Harus berpolitik ?
Pada dasarnya tidak ada
perdamaian, kerjasama dan pertumbuhan pembangunan dalam maupun antar negara di
belahan dunia ini, tanpa kegiatan politik yang utuh. Politik dalam arti
membangun komunikasi, memupuk rasa kerjasama, sikap tanggap dan toleran antar
warga mampu memadamkan segala bentuk konflik dan kekerasan.
Mula-mula penulis ingin
katakan, semua kegiatan anak-anak bangsa di sebuah negara selalu dipayungi oleh
apa yang disebut undang-undang. Anda mau bikin rumah sakit ada
undang-undangnya, anda mau bikin bank pasar ada undang-undangnya, anda mau
bikin SPBU ada undang-undangnya, anda mau segala macam ada undang-undangnya.
Dan undang-undang adalah produk dari kegiatan politik. Jadi tanpa harus bertele-tele,
sejatinya penulis ingin mengatakan bahwa inti dari ilmu dan kegiatan politik
adalah undang-undang.
Melalui kegiatan politik,
para elit suatu bangsa dan warganya bekerjasama untuk menghasilkan peraturan
atau undang-undang, dan juga berbagai kebijakan
yang mengatur alokasi dan distribusi barang dan sumber daya, untuk
memenuhi kebutuhan publik sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara terus
berlanjut dengan baik.
Sesungguhnya politik
mengontrol berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk kegiatan ekonomi,
bisnis, akses sosial, pendidikan, kesehatan dan sumber daya lainnya yang mendasar. Sehingga
politik amat sangat penting dalam mengatur prosedur dan segala kebijakan jangka
panjang, supaya terbentuk kehidupan masyarakat damai, cerdas, sejahtera, adil
dan makmur.
Banyak negara di belahan dunia
ini, yang berusaha mendidik warganya supaya menyadari arti penting politik
dalam proses penyelenggaraan sebuah pemerintahan. Semisal lewat jalur
pendidikan, mereka mengkampanyekan secara bertubi-tubi kegiatan, aksi melek
politik, political literacy, kepada seluruh elemen masyarakat. Sehingga
tingkat kepuasan masyarakat semakin tinggi terhadap kebijakan-kebijakan publik
yang telah dibuat, karena mereka ikut serta secara langsung maupun tidak
langsung dalam praktik politik, dan mereka juga sangat menikmati representasi
yang lebih besar dari pejabat-pejabat publik yang telah mereka pilih sendiri.
Akan tetapi, jika pejabat publik tersebut tidak menganggapi kebutuhan dan
tuntutan mereka secara berkecukupan, maka rakyat pun boleh mengkritisi mereka
secara langsung, melakukan aksi protes melalui media masa cetak maupun
elektronika, demo dan lain-lain, untuk menekan pejabat publik itu agar berubah
arah, mau menganggapi kebutuhan dan tuntutan meraka supaya segera terpenuhi.
Namun jika kondisinya tidak berubah, maka rakyat tidak akan kembali memilih
mereka dalam proses mekanisme politik di waktu mendatang.
Dengan menggunakan cara
berpikir yang sangat sederhana, pemuda sekarang ini akan menjadi penerus dan
mengendalikan negara di masa-masa mendatang.
Pemilik masa depan sebuah bangsa dan negara adalah generasi mudanya. Nah,
jika pemilik masa depan tidak merasa memiliki kepedulian dan tanggung jawab
terhadap nasib politik bangsanya, bahkan kemudian malah apatis, maka bangsa tersebut
akan sangat banyak prihatin.
Ada semacam pertanda jebakan
moral politik, ada sebagian anak-anak bangsa, generasi tunas bangsa Indonesia
yang merasa galau bahkan marah terhadap perkembangan dan kondisi politik yang
ada di Indonesia. Hal itu boleh jadi karena elit-elit petinggi bangsa terbukti
banyak melakukan praktik korupsi, manipulasi, banyak yang melanggar ideologi
dan konstitusi negera, banyak membuat hal-hal yang mengecewakan, yang jauh dari
harapan, kemudian mereka lantas jengkel dan mengatakan, oke mulai dari sekarang
saya akan berhenti ikut campur dari kehidupan politik.
Fenomena seperti ini bagian
dari dilema moral politik yang harus segera disembuhkan. Caranya ialah dengan
mengembalikan kepercayaan publik kaula muda sebagai generasi penerus bangsa,
terhadap perkembangan politik bangsa dengan memperlihatkan kans elit-elit
petinggi bangsa yang menunjukkan perubahan moral politiknya yang terpuji.
Jika kita mau mengambil
pelajaran dari fenomena sebagian generasi muda yang mulai apatis dan tidak
peduli dengan kondisi politik bangsa, ini adalah sebuah warning buat
para pemimpin negeri ini supaya tidak semaunya sendiri. Semisal para politisi
kita yang sudah jadi anggota dewan, ternyata absennya juga luar biasa, banyak
kursi kosong ketika rapat, serta komitmennya dalam memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan rakyat terkesan imbas imbis. Ini kan pertontonan yang sangat
menyakitkan, karena anda itu sudah dipilih, di pundak anda ada harapan besar,
terus anda imbas-imbis. Ke atas penulis mengingatkan, ke bawah penulis
menghimbau, bahwa negeri ini adalah tanggungjawab kita bersama. Mari
bersama-sama kita hadirkan prestasi sebaik mungkin buat umat dan bangsa.
Terakhir penulis ingin
sampaikan, pemuda dan masa depan itu adalah satu kesatuan yang utuh. Cuman anehnya
para elit kita sebagai pemengang kendali kekuasaan kurang memberikan ruang
kepada kaula muda untuk bersama-sama mengelola negeri ini sesuai porsinya
masing-masing, selain sebagai langkah pembelajaran. Ada semacam kondisi dimana
generasi tua masih ingin berkuasa, atau jika pemuda diperbolehkan berkontribusi
memengang kekuasaan harus lewat restu dan arahan generasi tua. Ini kan
gerontrokrasi, akibatnya pemuda tidak bebas mengekspresikan jati dirinya,
sebagai pendobrak kebekuan atau yang sering dikenal sebagai agent of change.
Selain itu penulis ingatkan
bahwa partai politik adalah pilar demokrasi. Dan sejatinya sangat tidak
bertanggungjawab jika ada generasi muda yang mengatakan bahwa partai politik
kotor dan menjadi sumber masalah, lantas ia pergi dari kehidupan politik bahkan
anti partai politik. Hakikatnya itu adalah kekuatan-kekuatan musuh demokrasi
yang sangat berbahaya bagi masa depan demokarsi kita.
Sekian …
Thoriq Aziz,
Tulisan ini pernah saya serahkan kepada media mahasiswa Indonesia di Mesir "Terobosan".
0 Comments