Pemuda Dan Politik

Aku dan kawan-kawan seperjuangan di kepengurusan PPMI Mesir Periode 2016-2017

Pada kenyataannya mustahil seseorang yang berakal sehat mengingkari kehadiran pemuda dalam proses kemajuan dan kabangkitan bangsa-bangsa. Energi perubahan yang digerakkan oleh kaula muda itu, sejatinya memang memiliki pengaruh yang luar biasa. Sampai-sampai ada ungkapan dalam bahasa Arab, syubbaanul yaum rijaarul ghad, the youths of today is the leaders of tomorrow, pemuda hari ini adalah pemimpin di hari esok. Maka masa depan suatu bangsa dapat diintip melalui tingkat kualifikasi kaula mudanya di waktu sekarang.

Kenapa Pemuda Harus berpolitik ?

Pada dasarnya tidak ada perdamaian, kerjasama dan pertumbuhan pembangunan dalam maupun antar negara di belahan dunia ini, tanpa kegiatan politik yang utuh. Politik dalam arti membangun komunikasi, memupuk rasa kerjasama, sikap tanggap dan toleran antar warga mampu memadamkan segala bentuk konflik dan kekerasan.

Mula-mula penulis ingin katakan, semua kegiatan anak-anak bangsa di sebuah negara selalu dipayungi oleh apa yang disebut undang-undang. Anda mau bikin rumah sakit ada undang-undangnya, anda mau bikin bank pasar ada undang-undangnya, anda mau bikin SPBU ada undang-undangnya, anda mau segala macam ada undang-undangnya. Dan undang-undang adalah produk dari kegiatan politik. Jadi tanpa harus bertele-tele, sejatinya penulis ingin mengatakan bahwa inti dari ilmu dan kegiatan politik adalah undang-undang.

Melalui kegiatan politik, para elit suatu bangsa dan warganya bekerjasama untuk menghasilkan peraturan atau undang-undang, dan juga berbagai kebijakan  yang mengatur alokasi dan distribusi barang dan sumber daya, untuk memenuhi kebutuhan publik sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara terus berlanjut dengan baik.

Sesungguhnya politik mengontrol berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk kegiatan ekonomi, bisnis, akses sosial, pendidikan, kesehatan  dan sumber daya lainnya yang mendasar. Sehingga politik amat sangat penting dalam mengatur prosedur dan segala kebijakan jangka panjang, supaya terbentuk kehidupan masyarakat damai, cerdas, sejahtera, adil dan makmur.

Banyak negara di belahan dunia ini, yang berusaha mendidik warganya supaya menyadari arti penting politik dalam proses penyelenggaraan sebuah pemerintahan. Semisal lewat jalur pendidikan, mereka mengkampanyekan secara bertubi-tubi kegiatan, aksi melek politik, political literacy, kepada seluruh elemen masyarakat. Sehingga tingkat kepuasan masyarakat semakin tinggi terhadap kebijakan-kebijakan publik yang telah dibuat, karena mereka ikut serta secara langsung maupun tidak langsung dalam praktik politik, dan mereka juga sangat menikmati representasi yang lebih besar dari pejabat-pejabat publik yang telah mereka pilih sendiri. Akan tetapi, jika pejabat publik tersebut tidak menganggapi kebutuhan dan tuntutan mereka secara berkecukupan, maka rakyat pun boleh mengkritisi mereka secara langsung, melakukan aksi protes melalui media masa cetak maupun elektronika, demo dan lain-lain, untuk menekan pejabat publik itu agar berubah arah, mau menganggapi kebutuhan dan tuntutan meraka supaya segera terpenuhi. Namun jika kondisinya tidak berubah, maka rakyat tidak akan kembali memilih mereka dalam proses mekanisme politik di waktu mendatang.

Dengan menggunakan cara berpikir yang sangat sederhana, pemuda sekarang ini akan menjadi penerus dan mengendalikan negara di masa-masa mendatang.  Pemilik masa depan sebuah bangsa dan negara adalah generasi mudanya. Nah, jika pemilik masa depan tidak merasa memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap nasib politik bangsanya, bahkan kemudian malah apatis, maka bangsa tersebut akan sangat banyak prihatin.

Ada semacam pertanda jebakan moral politik, ada sebagian anak-anak bangsa, generasi tunas bangsa Indonesia yang merasa galau bahkan marah terhadap perkembangan dan kondisi politik yang ada di Indonesia. Hal itu boleh jadi karena elit-elit petinggi bangsa terbukti banyak melakukan praktik korupsi, manipulasi, banyak yang melanggar ideologi dan konstitusi negera, banyak membuat hal-hal yang mengecewakan, yang jauh dari harapan, kemudian mereka lantas jengkel dan mengatakan, oke mulai dari sekarang saya akan berhenti ikut campur dari kehidupan politik.

Fenomena seperti ini bagian dari dilema moral politik yang harus segera disembuhkan. Caranya ialah dengan mengembalikan kepercayaan publik kaula muda sebagai generasi penerus bangsa, terhadap perkembangan politik bangsa dengan memperlihatkan kans elit-elit petinggi bangsa yang menunjukkan perubahan moral politiknya yang terpuji.

Jika kita mau mengambil pelajaran dari fenomena sebagian generasi muda yang mulai apatis dan tidak peduli dengan kondisi politik bangsa, ini adalah sebuah warning buat para pemimpin negeri ini supaya tidak semaunya sendiri. Semisal para politisi kita yang sudah jadi anggota dewan, ternyata absennya juga luar biasa, banyak kursi kosong ketika rapat, serta komitmennya dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat terkesan imbas imbis. Ini kan pertontonan yang sangat menyakitkan, karena anda itu sudah dipilih, di pundak anda ada harapan besar, terus anda imbas-imbis. Ke atas penulis mengingatkan, ke bawah penulis menghimbau, bahwa negeri ini adalah tanggungjawab kita bersama. Mari bersama-sama kita hadirkan prestasi sebaik mungkin buat umat dan bangsa.

Terakhir penulis ingin sampaikan, pemuda dan masa depan itu adalah satu kesatuan yang utuh. Cuman anehnya para elit kita sebagai pemengang kendali kekuasaan kurang memberikan ruang kepada kaula muda untuk bersama-sama mengelola negeri ini sesuai porsinya masing-masing, selain sebagai langkah pembelajaran. Ada semacam kondisi dimana generasi tua masih ingin berkuasa, atau jika pemuda diperbolehkan berkontribusi memengang kekuasaan harus lewat restu dan arahan generasi tua. Ini kan gerontrokrasi, akibatnya pemuda tidak bebas mengekspresikan jati dirinya, sebagai pendobrak kebekuan atau yang sering dikenal sebagai agent of change.

Selain itu penulis ingatkan bahwa partai politik adalah pilar demokrasi. Dan sejatinya sangat tidak bertanggungjawab jika ada generasi muda yang mengatakan bahwa partai politik kotor dan menjadi sumber masalah, lantas ia pergi dari kehidupan politik bahkan anti partai politik. Hakikatnya itu adalah kekuatan-kekuatan musuh demokrasi yang sangat berbahaya bagi masa depan demokarsi kita.


Sekian …

Thoriq Aziz, 
Tulisan ini pernah saya serahkan kepada media mahasiswa Indonesia di Mesir "Terobosan". 

0 Comments