Google pic. |
Manusia diciptakan berpasangan terdiri dari laki-laki dan perempuan, sebab itulah manusia bisa bertahan hidup sampai saat ini. Hubungan permanen manusia itu diikat dalam jalinan kasih sayang dan cinta, atau lebih poluler disebut pernikahan atau perkawinan.
Pernikahan adalah kelaziman bagi umat manusia di dunia ini. Sehingga islam melihat kehidupan dunia ini tidak akan pernah stabil, tidak akan berjalan langgeng dan seimbang kecuali dengan adanya pernikahan. Pernikahan merupakan syarat dan corak kehidupan ini bisa langgeng dan seimbang. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Pencipta (done by self) dan setiap yang diciptakan di alam semesta ini, ia berpasangan (done by another). Dengan bahasa sederhana, hanya Allah SWT lah yang Tunggal. Dan yang namanya makhluk pasti berbilang jumlahnya. Pun juga jenisnya, ada laki-laki ada wanita.
Setiap makhluk di muka bumi ini termasuk manusia memiliki kecenderungan atau ketertarikan kepada lawan jenisnya. Hal itu sudah menjadi fithrah atau bawaan manusia. Kecenderungan atau ketertarikan manusia terhadap lawan jenisnya itu tentu membawa maslahat 'aammah, yakni terciptanya format keseimbangan buat alam semensta ini. Itulah sebabnya manusia diciptakan berpasangan (laki-laki dan perempuan).
Akan tetapi, hal yang paling elementer dari hidup berpasangan adalah supaya ada kelanggengan, kesinambungan dan kelestarian bagi seluruh makhluk di muka bumi ini, melalui praktik yang kita sebut dengan reproduksi, biological process, biology and breending process. Mungkin tanpa itu semua, keberadaan dan eksistensi manusia di muka bumi ini tinggallah sebuah cerita atau dongeng belaka, begitu juga dengan makhluk yang lain.
Dalam surat Yaasin yang sering kita baca, ada ayat berbunyi:
سُبْحَان الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاج كُلّهَا مِمَّا تُنْبِت الْأَرْض وَمِنْ أَنْفُسهمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“Maha Suci (Allah) Yang menciptakan (makhluk) bermacam-macam seluruhnya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” Ayat Ke-36 Surat Yaasin
Dulu manusia beranggapan format atau bentuk berpasangan hanya terjadi pada manusia dan hewan saja, akan tetapi hal tersebut juga terjadi pada tumbuh-tumbuhan. Akhirnya kita mengerti kaidah kosmologi bahwa kosmos itu terdiri dari molekul-molekul yang merupakan bagian terkecil dari suatu unsur. Molekul-molekul yang menjadi objek terkecil dari dasar pondasi alam semesta ini sehingga masih tetap eksis, itu masih mengenal adanya duplikasi. Ada elektron dan proton, sampai arus listrikpun, ada arus listrik positif dan ada arus listrik negatif dan lain-lain.
Persis seperti yang Allah SWT katakana dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 49
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”
Sistem perkawinan (lebih familiar dalam bahasa anak muda dengan pernikahan) ini bukan kok sebuah sistem yang mayoritas ada di muka bumi, tapi ini merupakan sistem seluruh makhluk yang ada di seantero bumi termasuk manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian, artinya laki-laki saja tanpa kaum perempuan, ataupun sebaiknya. Jadi harus bercampur.
Nah, manusia sebagai fii ahsani taqwiim dalam bentuk yang sebaik-baiknya tentu berbeda dengan makhluk Allah yang lain. Manusia diatur untuk menyalurkan keinginan hidup berpasangan melalui mekanisme yang sah secara syar'i dalam bentuk akad pernikahan atau perkawinan.
Terlepas dari tujuan biology and breending process tadi, dengan sangat transparan Al-Quran juga menggadang-gadang supaya manusia hidup tenang, tentram, bahagia lahir dan batin tentunya.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan dari tanda2 kebesaran-Nya adalah Dia telah menciptakan untuk kalian pasangan dari jiwa kalian sendiri agar kalian merasa tenang dan senang kepadanya dan Dia telah menjadikan rasa cinta dan kasih sayang diantara kalian. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir.” QS. ar-Rum : 21
Sebuah message yang sangat gamblang buat tiap-tiap laki-laki dan perempuan. Karena kata azwaajun itu menunjukkan ke sesuatu yang mendamaikan baik buat laki-laki maupun perempuan. Al-Azwaaj bentuk jama' dari zaujun, yang berarti pasangan. Semisal zaujul rajul, zaulul mar-ah, pasangan buat suami atau juga istri.
Dari aspek fungsi keluarga, pasangan laki-laki dan perempuhan bisa hidup bersama dalam bingkai cinta, kasih sayang, ada rasa aman dan ketenangan.
Dari aspek ibadah, pernikahan adalah perintah Allah. Bukan berarti menikah adalah separuh agama, lantas selesai begitu saja. Tetapi memiliki istri shalihah atau suami yang shaleh yang membatu kita untuk menjalankan agama Allah, mengingatkan kita jika kita lalai dari agama-Nya, mendorong kita, melecut semangat kita untuk berjuang menegakkan kalimatullah hiyal 'ulya sepanjang sejarah di atas punggung bumi ini. Itulah nishfuddin yang akan tegak. Tegakknya agama Allah, jauh dari fitnah, jauh dari perbuatan maksiat dan cabul, jika kita menikah dan kita akan aman.
Dari aspek mu'amalah, pernikahan adalah respon positif untuk menyalurkan kecenderungan biologis, untuk melakukan hubungan seksual dan untuk berkembangbiak.
Kita hidup di era cepat atau super cepat, dalam bahasa arabnya itu 'ashru as-sur'ah, 'ashru asyaddi as-sur’ah. Dimana komitmen kita pada agama Allah ini kembali diuji. Bagaimana tidak? Penyimpangan terhadap syari'at, norma dan etika agama telah begitu saja terjadi, bisa kita saksikan dengan mata telanjang. Barangkali mulai dari pacaran dua-duan, gelap-gelapan kemudian jadi tiga atau berapa, di sudut kota-kota besar ada praktik aborsi, perselingkuhan, pemerkosaan, samen leven, perjudian, mabuk-mabukan dan narkoba yang sudah menggurita di bumi pertiwi kita, belum lagi banyaknya mafia yang menyebar di seluruh sektor-sektor penting di negeri kita ini.
Oleh sebab itu kita harus kembali pada komitmen awal perjuangan kita. Menegakkan kamimatullah hiyal 'ulya sepanjang ruang dan waktu. Berawal dari menikah, membentuk keluarga yang katakanlah SAMARA, sakinah, mawaddah wa rahmah, untuk membentengi kerusakan moral yang paling dominan akibat dari kebebasan seksual. Di mulai dari berumah tangga kita membina kader-kader yang shaleh, lantas lingkungan masyarakat, sampai ke atas lagi yang lebih besar, kita benahi negeri kita ini. Karena potensi strategis untuk memperbaiki negeri kita ini berawal dari menikah, membina keluarga yang shalih dan beramal shaleh. Wallahu a'lam
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Written by: Thoriq Aziz
(Eks Mahasiswa Preparation Precedes di Departemen Bahasa Al-Azhar Kairo 2013-2014)
0 Comments