Pendekatan Islam untuk Menangani Epidemi dan Pandemi Global “Virus Corona”

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Coronavirus.

Balaiwarta.online,  — Seluruh dunia panik disebabkan karena virus corona yang muncul di awal tahun 2020. Akibatnya negara-negara di seluruh dunia mengambil tindakan cepat untuk mengatasi dan mencegah penyebaran virus tersebut.

Virus ini muncul pertama kali di kota Wuhan, provinsi HUbei, Cina. Lebih dari 2600 nyawa menjadi korbanya, dan ada sekitar 80.000 jiwa atau lebih yang terinfeksi.

Dalam konteks ini, hemat penulis, penting kiranya menghadirkan pembacaan atau pendekatan Islam secara inklusif dalam menghadapi epidemi dan pandemi global ini. Islam adalah agama yang syumūl atau komprehensif, yang meliputi lima aspek tujuan atau yang lebih dikenal dengan maqāshid syar'iyyah, yakni menjaga agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta.

Allah, Swt., memerintahkan umat Islam untuk menjaga jiwa atau al-nafs.

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. Al-Nisa': 29)

Dari Usamah ibn Syarīk, Ra., bahwa beliau berkata:

كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ

Aku pernah berada di samping Rasulullah, Saw., lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Azza wa Jalla tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad)

Dapat disimpulkan bagaimana pendekatan Islam dalam menangani epidemi dan pandemi global, seperti virus corona ini, sebagai berikut:

Pertama, mengembalikan seluruh masalah kepada Allah, Swt., sembari mengambil semua sebab yang dapat menjauhkan diri dari sakit, lalu mengambil tindakan preventif dan kehati-hatian sebelum jatuh sakit, kemudian mengambil semua sebab untuk usaha perawatan, pemulihan dan penyembuhan. 

Kedua, Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa setiap penyakit ada obatnya, orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang tidak mengetahuinya dia tidak mengetahuinya. Hal ini bervariasi sesuai dengan zaman, perkembangan ilmu obat-obatan dan sarana medis dan perawatan.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن الله لم ينزل داء أو لم يخلق داء إلا أنزل أو خلق له دواء علمه من علمه وجهله من جهله إلا السام قالوا: يا رسول الله و ما السام? قال: الموت

Dari Abu Sa'id al-Khudri, Ra., bahwa Nabi, Saw., bersabda: "Sesungguhnya Allâh tidak menurunkan penyakit atau tidak mencipta penyakit kecuali menurunkan atau mencipta obat untuknya. Orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang tidak mengetahuinya dia tidak mengetahuinya, kecuali al-sām ". Para sahabat bertanya, "Apakah al-sām itu?" Beliau, Saw., menjawab, "Kematian". (HR Al-Hakim)

Hadis otentik ini memberikan harapan besar kepada setiap orang yang sakit, bahwa setiap penyakit ada obatnya, setiap sakit ada penawarnya.

Ketiga, orang yang sakit harus berjuang dan berusaha melakukan perawatan dan berobat jika memungkinkan, karena bilamana ia meninggalkan berobat, maka ia berdosa. Demikian juga ia harus berusaha sekeras mungkin untuk melakukan usaha proteksi atau mencegah penyebaran penyakitnya, tidak keluar rumah kecuali karena hal yang mendesak (al-dharūrah). Hal ini disebabkan, karena melukai, menyakiti orang lain hukumnya haram, membahayakan orang lain hukumnya terlarang menurut syariat.

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

“Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.” (HR. HR. Imam Ahmad)

Sedangkan untuk yang tidak sakit (non-pasien), maka ia tidak boleh mendekati pasien agar tidak tertular, namun tetap harus mengindahkan prinsip kelembuatan, ramah-tamah dan nilai kesopanan tanpa melukai perasaan.

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر, وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

“Tidak ada penularan (penyakit) dan tidak ada kesialan, dan tidak ada Hammah (arwah gentayangan) dan tidak ada kesialan bulan safar dan berlarilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa”. (HR. Al-Bukhari)

Manakala ada sarana untuk mencegah penularan penyakit (virus) ini, maka harus digunakan. Dengan demikian, dapat berinteraksi dengan pasien secara sewajarnya dan tetap berhati-hati.

Islam mendorong seluruh umatnya menuju ketenteraman batin dengan mengembalikan seluruh masalah kepada Allah, Swt., dan bertawakal kepadaNya, seusai mejalankan ikhtiar yang ada dan mengambil sebab-sebab pencegahan dan penyembuhan, yang mana ini merupakan hukum Allah, Sawt., Maka bagi umat Islam mendapatkan dua kebaikan, kebaikan dalam berikhtiar dan kebaikan dalam bertawakal kepada Allah, Swt.

Semoga penjagaan dan perlindungan Allah, Swt., menyeratai kita semua. Āmīn.


0 Comments