Catatan 22 Tahun PAN Berkhidmat untuk Negeri

Minggu, 23 Agustus 2020 | 06:05

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma


Muh. Thoriq Aziz Kusuma.

Vokal Berdakwah,  Kota Surakarta – 22 tahun yang lalu Partai Amanat Nasional (PAN) lahir. Di usianya yang lebih dari dua dekade itu, ibarat manusia tengah berada pada fase muda, fase dimana fisik kuat, penuh harapan dan optimisme terhadap masa depan.

Semua tahu bahwa manusia dalam hidupnya di dunia terdiri dari tiga fase kehidupan. Pertama, apa yang disebut fase usia bayi dan anak-anak (marḥalah al-ṭufūlah). Di fase ini manusia lemah, sangat memerlukan bantuan orang lain dalam pengembangan aktivitasnya. Yang kedua adalah fase usia muda (marḥalah al-syabāb), fase ini adalah masa dimana manusia ada pada kondisi kuat dan produktif. Dan yang terakhir adalah fase usia tua (marḥalah al-syaikhūkhah), pada fase ini manusia kembali berada pada posisi atau kondisi lemah.

Sebagaimana yang ditunjukkan AL-Quran Al-Rum ayat 54. "Allāhullażī khalaqakum min ḍa'fin ṡumma ja'ala mim ba'di ḍa'fing quwwatan ṡumma ja'ala mim ba'di quwwatin ḍa'faw wa syaibah, yakhluqu mā yasyā`, wa huwal-'alīmul-qadīr." Yang memiliki terjemahan arti: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Ayat 54 Al-Rum ini melukiskan bahwa manusia pada saat masih bayi berada dalam kondisi lemah, bahkan sebelum itu dalam ketiadaan. Allah-lah yang menciptakan manusia dari keadaan lemah, yakni pada masa bayi dan anak-anak. Kemudian Allah menjadikan manusia setelah keadaan lemah menjadi kuat dan berdaya, yakni pada masa muda, sehingga manusia dapat melakukan banyak hal, berkreasi dan berproduksi, kemudian Allah menjadikan manusia setelah kuat dan berdaya itu lemah kembali dan beruban, yakni masa tua. Demikianlah, Allah akan terus menciptakan apa yang Dia kehendaki, antara lain menciptakan manusia dari lemah menjadi kuat dan sebaliknya. Dan Dia maha mengetahui atas segala pengaturan ciptaanNya, Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki, termasuk membangkitkan manusia kembali dari kematian.

Dari keterangan diatas, diketahui bahwa fase usia muda adalah fase pengembangan, kreatifitas, produktif dan masa kuat diantara dua masa lemah, yakni lemah saat di usia anak-anak dan tua.

Seperti yang dilambangkan, PAN bagaikan matahari yang terus bersinar menerangi semesta dengan kerja nyata dan amal salehnya. PAN akan terus bersinar menyinari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) layaknya matahari yang menyinari dunia. Seperti ungkapan yang penulis kutip dari Ketua Umum (Ketum) PAN, Dr. H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI, bahwa PAN harus mengedepankan persamaan daripada perbedaan, mengutamakan persaudaraan daripada permusuhan.

Inilah sikap moderatisme yang ditampilkan PAN. PAN menyakini bahwa perbedaan adalah kehendak Tuhan, perbedaan adalah tabiaat ciptaan Tuhan. Warna-warni hidup adalah sebuah keindahan manakala dikelola dengan baik dan benar. Pelanggi tidak akan terlihat indah jika hanya satu warna saja. PAN percaya memupus atau menghapus perbedaan adalah sebuah kemustahilan, oleh sebab itu sekarang Pekerjaan Rumah (PR) PAN ialah bagaimana berinteraksi dengan berbedaan yang ada. Jangan sampai perbedaan itu membuat keretakan dan permusuhan.

PAN sadar sesadar-sadarnya perbedaan yang ada adalah ayat Tuhan yang ada di alam semesta agar manusia saling mengenal, saling memahami, saling menghormati dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. "Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ." Yang artinya, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Dalam kontek perbedaan yang ada, PAN mengambil sikap untuk berinteraksi (al-ta'āmul) ditengah perbedaan dan keberagaman yang ada.

Di usia yang sudah mencapai 22 tahun ini, telah banyak prestasi dan amal saleh yang diukir PAN, dan semestinya PAN juga melakukan evaluasi perjalanan PAN di waktu-waktu kemarin. Meminjam bahasa agama, PAN harus melakukan muḥāsabah diri terhadap masa lalunya. Muḥāsabah diri merupakan bentuk usaha manusia dalam melakukan pemurnian jiwanya dari kesalahan-kesalahan dan khilaf yang ia kerjakan di masa lalu. Orang yang berakal memandang muḥāsabah diri merupakan pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan pada masa lalu dari perbuatan atau kesalahan yang telah dikerjakan, sehingga menuntun manusia untuk melakukan perbaikan dan pembenaan, serta menjauhkan manusia dari terperosok dalam sebuah kubangan kesalahan dan khilaf. "Balil-insānu 'alā nafsihī baṣīrah," Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. (QS. Al-Qiyamah Ayat 14).

"Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn," Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.( QS. Al-Hasyr Ayat 18).

Ibnu Al-Qayyim mengomentari ayat di atas, bahwa ayat tersebut mengisyaratkan kewajiban menginstropeksi dan mengevaluasi diri terhadap apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat), apakah termasuk perbuatan saleh atau tidak?

Selain ungkapan syukur, merayakan ulang tahun pada hakikatnya adalah sebuah bentuk kegiatan evaluasi diri atau muḥāsabah al-nafs. Seluruh keluarga PAN dimanapun bersada seyogianya melakukan refleksi guna mengevaluasi kinerja atau amal yang telah diperbuah di tahun-tahun yang telah dilewati, sekaligus memantapkan kembali perjuangan partai.

Segar dalam benak masyarakat bahwa PAN lahir dari rahim peranakan reformasi. Produk dari sebuah kehendak rakyat untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Partai politik termasuk PAN dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat besar. PAN harus mencari cara baru (uslūb al-aṣr) untuk meningkatkan komunikasi dan mobilisasi politik. Keluarga besar PAN sepatutnya untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat mereka berada, memahami dan menangkap aspirasi yang ada untuk sebuah masa depan yang diharapkan. PAN tetap dan terus berbuat kebaikan dan berkhidmat untuk negeri.

Reformasi dan perbaikan tak sebatas ditampilkan dalam debat akademis dan media, namun harus diwahyuartikan dalam perbuatan dan kebijakan. Dan sekali-kali Tuhan yang membimbing dan memberi petunjuk kepada hambaNya tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, yakni membinasakan secara total dan menyeluruh, selama penduduk negeri itu adalah orang-orang yang selalu berbuat kebaikan, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. "Wa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥụn," Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Surat Hud Ayat 117).



0 Comments