Oleh
Muh. Thoriq Aziz Kusuma
Vokal
Berdakwah,
Kota Surakarta – 22 tahun yang lalu Partai Amanat Nasional (PAN) lahir.
Di usianya yang lebih dari dua dekade itu, ibarat manusia tengah berada pada
fase muda, fase dimana fisik kuat, penuh harapan dan optimisme terhadap masa
depan.
Semua tahu bahwa manusia dalam
hidupnya di dunia terdiri dari tiga fase kehidupan. Pertama, apa yang disebut
fase usia bayi dan anak-anak (marḥalah al-ṭufūlah). Di fase ini manusia
lemah, sangat memerlukan bantuan orang lain dalam pengembangan aktivitasnya.
Yang kedua adalah fase usia muda (marḥalah al-syabāb), fase ini adalah
masa dimana manusia ada pada kondisi kuat dan produktif. Dan yang terakhir
adalah fase usia tua (marḥalah al-syaikhūkhah), pada fase ini manusia
kembali berada pada posisi atau kondisi lemah.
Sebagaimana yang ditunjukkan
AL-Quran Al-Rum ayat 54. "Allāhullażī khalaqakum min ḍa'fin ṡumma
ja'ala mim ba'di ḍa'fing quwwatan ṡumma ja'ala mim ba'di quwwatin ḍa'faw wa
syaibah, yakhluqu mā yasyā`, wa huwal-'alīmul-qadīr." Yang memiliki
terjemahan arti: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.
Ayat 54 Al-Rum ini melukiskan
bahwa manusia pada saat masih bayi berada dalam kondisi lemah, bahkan sebelum
itu dalam ketiadaan. Allah-lah yang menciptakan manusia dari keadaan lemah,
yakni pada masa bayi dan anak-anak. Kemudian Allah menjadikan manusia setelah
keadaan lemah menjadi kuat dan berdaya, yakni pada masa muda, sehingga manusia
dapat melakukan banyak hal, berkreasi dan berproduksi, kemudian Allah
menjadikan manusia setelah kuat dan berdaya itu lemah kembali dan beruban,
yakni masa tua. Demikianlah, Allah akan terus menciptakan apa yang Dia
kehendaki, antara lain menciptakan manusia dari lemah menjadi kuat dan
sebaliknya. Dan Dia maha mengetahui atas segala pengaturan ciptaanNya, Maha
Kuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki, termasuk membangkitkan manusia
kembali dari kematian.
Dari keterangan diatas, diketahui
bahwa fase usia muda adalah fase pengembangan, kreatifitas, produktif dan masa
kuat diantara dua masa lemah, yakni lemah saat di usia anak-anak dan tua.
Seperti yang dilambangkan, PAN
bagaikan matahari yang terus bersinar menerangi semesta dengan kerja nyata dan
amal salehnya. PAN akan terus bersinar menyinari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) layaknya matahari yang menyinari dunia. Seperti ungkapan yang
penulis kutip dari Ketua Umum (Ketum) PAN, Dr. H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M.,
yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI, bahwa PAN harus
mengedepankan persamaan daripada perbedaan, mengutamakan persaudaraan daripada
permusuhan.
Inilah sikap moderatisme yang
ditampilkan PAN. PAN menyakini bahwa perbedaan adalah kehendak Tuhan, perbedaan
adalah tabiaat ciptaan Tuhan. Warna-warni hidup adalah sebuah keindahan
manakala dikelola dengan baik dan benar. Pelanggi tidak akan terlihat indah
jika hanya satu warna saja. PAN percaya memupus atau menghapus perbedaan adalah
sebuah kemustahilan, oleh sebab itu sekarang Pekerjaan Rumah (PR) PAN ialah
bagaimana berinteraksi dengan berbedaan yang ada. Jangan sampai perbedaan itu
membuat keretakan dan permusuhan.
PAN sadar sesadar-sadarnya
perbedaan yang ada adalah ayat Tuhan yang ada di alam semesta agar manusia
saling mengenal, saling memahami, saling menghormati dan saling tolong menolong
dalam kebajikan dan ketakwaan. "Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min
żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ." Yang
artinya, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.
Dalam kontek perbedaan yang ada,
PAN mengambil sikap untuk berinteraksi (al-ta'āmul) ditengah perbedaan
dan keberagaman yang ada.
Di usia yang sudah mencapai 22
tahun ini, telah banyak prestasi dan amal saleh yang diukir PAN, dan semestinya
PAN juga melakukan evaluasi perjalanan PAN di waktu-waktu kemarin. Meminjam
bahasa agama, PAN harus melakukan muḥāsabah diri terhadap masa lalunya. Muḥāsabah
diri merupakan bentuk usaha manusia dalam melakukan pemurnian jiwanya dari
kesalahan-kesalahan dan khilaf yang ia kerjakan di masa lalu. Orang yang
berakal memandang muḥāsabah diri merupakan pertanggungjawaban atas apa
yang ia lakukan pada masa lalu dari perbuatan atau kesalahan yang telah
dikerjakan, sehingga menuntun manusia untuk melakukan perbaikan dan pembenaan,
serta menjauhkan manusia dari terperosok dalam sebuah kubangan kesalahan dan
khilaf. "Balil-insānu 'alā nafsihī baṣīrah," Bahkan manusia
itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. (QS. Al-Qiyamah Ayat 14).
"Yā
ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh,
innallāha khabīrum bimā ta'malụn,"
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.( QS. Al-Hasyr Ayat 18).
Ibnu Al-Qayyim mengomentari ayat
di atas, bahwa ayat tersebut mengisyaratkan kewajiban menginstropeksi dan
mengevaluasi diri terhadap apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat),
apakah termasuk perbuatan saleh atau tidak?
Selain ungkapan syukur, merayakan
ulang tahun pada hakikatnya adalah sebuah bentuk kegiatan evaluasi diri atau muḥāsabah
al-nafs. Seluruh keluarga PAN dimanapun bersada seyogianya melakukan
refleksi guna mengevaluasi kinerja atau amal yang telah diperbuah di
tahun-tahun yang telah dilewati, sekaligus memantapkan kembali perjuangan
partai.
Segar dalam benak masyarakat bahwa
PAN lahir dari rahim peranakan reformasi. Produk dari sebuah kehendak rakyat
untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Partai politik termasuk PAN dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini tengah
menghadapi tantangan yang sangat besar. PAN harus mencari cara baru (uslūb
al-aṣr) untuk meningkatkan komunikasi dan mobilisasi politik. Keluarga
besar PAN sepatutnya untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat mereka
berada, memahami dan menangkap aspirasi yang ada untuk sebuah masa depan yang
diharapkan. PAN tetap dan terus berbuat kebaikan dan berkhidmat untuk negeri.
Reformasi dan perbaikan tak
sebatas ditampilkan dalam debat akademis dan media, namun harus diwahyuartikan
dalam perbuatan dan kebijakan. Dan sekali-kali Tuhan yang membimbing dan
memberi petunjuk kepada hambaNya tidak akan membinasakan negeri-negeri secara
zalim, yakni membinasakan secara total dan menyeluruh, selama penduduk negeri
itu adalah orang-orang yang selalu berbuat kebaikan, baik dalam beragama maupun
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. "Wa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā
biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥụn," Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan
membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan. (QS. Surat Hud Ayat 117).
0 Comments