Keharusan Ulama dan Dai untuk Bicara Politik


Rabu, 12 Agustus 2020 | 20:00

Ustaz Muh. Thoriq Aziz Kusuma membersamai Al-Ustāz Al-Duktūr Jamāl Ibn Fārūq Ibn Jibrīl Ibn Mahmūd Al-Daqqād Al-Firsyūthī Al-Hasanī Al-Azharī.
Perantara Nasional, Kabupaten Boyolali – Sangat penting untuk peduli pada urusan politik, sebab dengan tahu politi, artinya orang tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Keputusan politik yang diambil oleh segelintir orang akan mempengaruhi kehidupan banyak orang. Masyarakat melihat politik sebagai sebuah roda pemerintahan, itu benar, tetapi jauh lebih rumit dari itu. Setiap kebijakan yang dibuat dari tindakan politik akan berdampak pada banyak orang.

Dengan politik apa yang akan terjadi ditentukan. Ini mengapa publik harus peduli dengan politik. Politik sangat penting dan rumit. Beberapa orang mungkin tidak peduli dengan politik, tetapi ketika sesuatu yang buruk terjadi, mereka akan menyesal karena bersikap masa bodoh dengan politik.

Dai jebolan Studi Islam dan Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Kairo, Thoriq Aziz, meminta para ulama, dai atau mubaligh untuk berani berbicara politik. Thoriq menilai hal itu merupakan sebuah keharusan.

"Seorang ulama atau mubaligh tidak boleh berhenti untuk berbicara tentang politik," kata Thoriq Aziz saat dihubungi, Rabu (12/8/2020) malam.

Politik yang dimaksud Thoriq adalah politik secara umum. Yakni politik yang jujur, baik dan berkeadilan untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Menurut Mantan Ketua MPA PPMI Mesir itu, bicara politik secara umum merupakan bentuk nasihat dalam beragama, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta perbuatan amar ma'ruf nahi munkar. Hal itu semua, lanjut Thoriq, adalah sebuah keharusan yang tak dapat dipungkiri.

"Bicara politik itu merupakan bentuk al-naṣīḥah fī al-dīn (nasihat dalam beragama), al-tawāṣī bi-al-ḥaq wa al-ṣabr (saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran), serta amar ma'ruf nahi munkar. Hal itu semua, lanjut Thoriq, adalah sebuah keharusan yang tak dapat dipungkiri.

Idealnya ulama menjadi penjaga, dan adalah kewajiban ulama sebagai pewaris nabi untuk bicara politik. Ulama memiliki pengaruh signifikan terhadap politik dan keberlangsungan kehidupan umat dan bangsa di masa-masa mendatang.

Ambilah contoh Syeikh dari Mesir, Rifa'a Al-Tahtawi yang merupakan anggota ulama pertama yang melakukan perjalanan ke Eropa. Sebagai penasihat agama Muhammad Ali Pasha, dia tinggal di Paris dari tahun 1826 hingga 1831. Laporannya tentang "Taḫlīṣ al-ibrīz fī talḫīṣ Bārīz" pada tahun 1849 memuat beberapa garis besar reformasi masa depan dan potensi perbaikan di negara asalnya, Mesir.

Meskipun Al-Tahtawi telah menjalani pendidikan tradisional, ia berniat kuat untuk mempelajari konsep administrasi dan ekonomi Prancis modern. Ia hanya ingin merujuk pada Islam sekaligus menekankan bahwa Muslim dapat mengadopsi pengetahuan dan wawasan praktis dari Eropa. Dengan demikian, laporan At-Tahtawi mencerminkan upaya politik Muhammad Ali Pasha, yang tidak bermaksud untuk mereformasi Universitas Al-Azhar, tetapi bertujuan untuk membangun sistem pendidikan independen yang disponsori oleh pemerintahnya.



0 Comments