Fenomena Uang Menjadi The Second God


Melihat orang-orang di pasar bursa 11 Wall Street Stock Market, New York City, itu miris. Mereka siang-malam, pagi-petang hanya memikirkan bursa, mengumpulkan harta sebanyak mungkin. Lantas setelah itu they’re gone forever.

Sebagai seorang muslim kita merasakan ironi, mengapa? Karena di era globalisasi ini mau tidak mau semua orang digiring untuk jatuh cinta dengan apa yang disebut capaian ekonomi. Baik-tidaknya seseorang, maju-mundurnya sebuah bangsa, semata-mata hanya diukur lewat capaian ekonominya.


Sehingga teori ekonomi yang berlaku di tengah pusaran globalisasi ini adalah the existence of human beings depend on his property, eksistensi seseorang bergantung pada harta yang dimilikinya. Hal ini sebuah isyarat hadirnya kembali tradisi kejahiliyahan di era yang super moderen.

Bahkan ada syair arab yang isinya mengatakan ; “Di era orang cenderung suka pamer alias menampakkan apa yang dimiliki, segala sesuatunya itu memerlukan uang. Artikulasi gambaran harkat dan martabatmu, diukur dengan uang.”

# Kita sebagai seorang muslim tentu menolak teori seperti itu.

0 Comments