Bersabar dan Bersyukur terhadap Musibah

Oleh Muh. Thoriq Aziz Kusuma

Bahwa sifat bawaan manusia adalah gampang mengeluh jika ditimpa kesusahan dan kikir jika mendapatkan nikmat, ia lupa bahwa dalam rejeki yang ia peroleh sesungguhnya terselip hak-hak orang yang membutuhkan.

Bersabar dan Bersyukur Terhadap Musibah.

Balaiwarta.online, —  Manusia dalam hidupnya rentan terhadap musibah dan bencana. Karena sejatinya kehidupan manusia ini secara tabiatnya adalah rentetan episode yang bersambung yang isinya berupa kebahagiaan dan kesedihan, cinta dan tipu daya, nikmah dan musibah, kemudahan dan kesukaran, keamanan dan ketakutan, kesehatan dan kematian.

Seorang Mukmin yang mengetahui agamanya dengan benar maka ia akan menyambut nikmat dengan bersyukur kepada Allah, Swt., dan menyikapi musibah dengan bersabar. Di situlah kebaikan seorang Mukmin tertelak di antara keutamaan bersikap syukur dan sabar.

Manusia secara tabiatnya tercipta dalam ketidakbaikkan dan kesombongan pada saat datangannya nikmat dan juga dalam keterkejutan, kegamangan dan kesedihan ketika bencana tau musibah terjadi, sehingga keputus-asaan menguasai dirinya.

Manusia adalah makluk yang unik, nilai kemanusiaanya terlihat dari sejauh mana ia dapat mengendalikan egonya. Manusia jika mendapatkan kebaikan cenderung tidak bersyukur dan jika tertimpa keburukan ia mengarah kepada tidak bersabar.

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij: 19-21)

Bahwa sifat bawaan manusia adalah gampang mengeluh jika ditimpa kesusahan dan kikir jika mendapatkan nikmat, ia lupa bahwa dalam rejeki yang ia peroleh sesungguhnya terselip hak-hak orang yang membutuhkan, seperti kaum duafa, fakir-miskin, orang yang membutuhkan, dan sebagainya, dan sebagainya.

إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al-Ma’arij; 19- 25)

Menurut Ibnu Kaṡir dalam kitab tafsirnya, ayat ini menjelaskan bahwa perihal yang dapat menghilangkan sifat buruk tersebut adalah salat dan zakat (memberikan sebagian yang dimiliki). Salat yang dilakukan dengan hati penuh keikhlasan karena Allah, Swt., semata dapat menunjukkan seseorang kepada sifat-sifat baik. Salat juga mendorong seseorang menyadari bahwa dalam rejeki yang ia miliki terdapat hak-hak orang yang membutuhkan.

Seorang Mukmin yang taat mengetahui bahwa dengan suka dan duka merupakan dua walisah atau perangkat menuju kepada ibadah sabar dan syukur. Jika ia diberkati dengan sebuah nikmat maka ia bersyukur, dan jika nikmat yang diberikan itu diambil kembali maka ia bersabar tanpa sebuah kegamangan dan kesedihan. Semua itu adalah amanat yang diminta kembali oleh pemiliknya, dan tidak lebih bagi seorang Mukmin tadi kemalinkan hanya berdoa “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn.”

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS.Al-Baqarah: 156)

Syukur berarti mengekspresikan dan mengungkapkan nikmat, sebuah wasilah untuk mengenal Sang Pemberi nikmat, dan barang siapa yang mengenal Sang Pemberi nikmat maka ia akan mencintaiNya dan bersungguh-sungguh dalam mentaatiNya. Sehingga syukur didefinisikan dengan menggunakan nikmat untuk sebuah kesempurnaannya nikmat yang diseru oleh syara', yang teraplikasikan dalam ketaatan kepada Allah, Swt., dan jalan kebaikan. Karena sejatinya mengetahui Sang Pemberi nikmat mengantarkan pada cinta kepadaNya, cinta kepadaNya mengantarkan kepada syukur kepadaNya.




0 Comments